Fiat Voluntas Tua

Membangun Katedral

| 0 comments

” Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,” (Luk10:4)

Di situs pembangunan sebuah katedral, seseorang mendekati salah satu pekerja. Roman muka pekerja itu tampak serius dan tegang. Pekerjaannya dari hari ke hari sangat membosankan, memasang bata satu persatu dari pagi hingga terik matahari sampai menjelang sore. Ia bertanya, “Apa yang sedang kaukerjakan?” “Bekerja. Mencari nafkah.”

Kemudian, ia mendatangi pekerja yang lain lagi. Pekerja ini tampak bekerja dengan riang dan bersemangat. “Apa yang sedang kaulakukan?” tanyanya. Dengan bersemangat ia menjawab “Lihat! Aku sedang membangun katedral!”

Ilustrasi ini saya sampaikan di awal rekoleksi Dewan Paroki terpilih yang akan bekerja mulai November nanti selama tiga tahun. Pekerjaan yang dilakukan para pengurus Dewan Paroki, baik sebagai pengurus harian maupun pengurus lingkungan, adalah pekerjaan yang tidak popular. Menjemukan kalau tidak melelahkan rohani, nyaris sama dari waktu ke waktu. Maka tak jarang banyak pengurus yang berhenti di tengah jalan, kelelahan dan tidak kuat lagi meneruskannya sampai akhir masa jabatan.

Kita perlu memahami bahwa ‘terpilih’ menjadi bagian dari Dewan Paroki, yang kebanyakan dari kita merasa dipaksa, diminta, di ‘ceburkan’ dan didorong, adalah merupakan tawaran Tuhan Yesus sendiri untuk mengambil bagian dalam pembangunan jemaat. Kita sedang ikut “membangun katedral”, terlibat dalam proses peluasan Kerajaan Allah. Bukan semata-mata melakukan tugas, sekadar pekerjaan sepertilayaknya mata pencaharian; apalagi sebagai pengurus Dewan Paroki tidak ada honornya kecuali dikatakan “Upahmu besar di Surga”.

Maka bilamana kita akan memulai tugas perutusan kita menjadi pengurus Dewan Paroki, biarlah kita tidak mengandalkan kemampuan dan talenta kita sebagai pundi dan kasut yang diandalkan. Tidak heran kalau banyak yang menolak tugas sebagai pengurus lingkungan atau Dewan Paroki dengan mengatakan “Saya tidak bisa” ata “Saya tidak siap”. Mereka mungkin lupa bahwa saat Yesus mengutus muridNyapergi berdua-dua,sudah diingatkan untuk tidak mengandalkan kemampuan dan ketidak mampuan mereka. Jangan bawa pundi dan jangan bawa kasut, tapi andalkanlah Roh Kudus yang senantiasa menyertai para murid termasuk kita sebagai pengikutNya.

Maka kalaupun bagian kita hanya menghitung kolekte, petugas tata tertib bahkan juru parkir, lakukanlah dengan sungguh-sungguh karena kita melakukannya sebagai persembahan bagi Tuhan. Kita sedang mengambil bagian dalam pelayanan. Perlu dibayangkan bahwa tujuan akhirnya adalah pembangunan jemaat yang saling mendukung satu sama lain dalam pengenalan akan Tuhan. Penekanannya bukan pada apa yang kita lakukan, melainkan pada mengapa, bagaimana dan untuk siapa kita melakukannya. Selama kita melakukannya sesuai dengan perintah Tuhan, tidak mengandalkan kekuatan diri sendiri tapi mengandalkan terang Roh Kudus, kita sedang “membangun katedral.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.