Fiat Voluntas Tua

Ora Et Labora

| 0 comments

“Pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa”

Dari kecil kita dibiasakan untuk mulai segala sesuatu dengan doa. Pagi hari sebelum berangkat ke sekolah, berdoa bersama ibu. Di sekolah masuk kelas, berdoa lagi bersama ibu guru. Nanti siang jam 12 berdoa malaikat Tuhan.  Pulang sekolah berdoa lagi sebelum  pulang kerumah. Terus menerus dari TK sampai SMA, itulah yang saya dapatkan dari sekolah katolik. Kita dibiasakan memulai segala sesuatu dengan doa. Namanya juga anak-anak semua ritual tersebut adalah bagian dari upacara harian di sekolah, satu persatu kebagian tugas memimpin doa. Ada yang lirih tak terdengar, ada juga yang ngebut tanpa nafas. Toh akhirnya kebiasaan itu terbawa sampai besar. Semua mulai dengan kebiasaan, gpp mengertinya belakangan lah; namanya juga anak-anak.

Walaupun demikian ritual berdoa sering tidak kentara hasilnya; apakah kita sungguh-sungguh berdoa saat berdoa bersama di kelas, atau pura-pura mengambil sikap doa tapi hati dan pikiran melayang kemana-mana. Walhasil ya gak ada hasil karena tidak menjaga hati dalam suasana ritual berdoa.  Ritual berdoa  memang ada yang terlihat dan tidak terlihat. Untuk yang beragama muslim, bisa terlihat ada yang rajin berdoa lima waktu, ada juga yang mencari-cari alasan untuk tidak sholat.  Yang kristen tidak terlihat berdoanya, sementara katolik terlihat kalau membuat tanda salib.

Injil hari ini mengutip kebiasaan Yesus yang hampir selalu menyendiri di malam hari, pergi ke taman atau naik ke bukit. Mengasingkan diri dari kawanan dan dari murid-muridNya. Kebiasaan Yesus ini ditiru sampai sekarang, kalau sekelompok orang mau retret dan rekoleksi mereka memilih pergi ke gunung daripada ke pantai. Mereka mengasingkan diri dari kesibukan dan rutinitas di kota.  Hal ini dipandang baik dan perlu untuk senantiasa dilakukan ditengah rutinitas kehidupan kita. Pertanyaannya adalah : apa yang terjadi setelah ‘turun gunung’ ? Apa yang terjadi setelah berdoa dan mengasingkan diri berhari-hari?

Perikop ini mengisahkan adanya kejadian dahsyat setiap kali Yesus selesai berdoa semalam-malaman. Ia mampu memilih duabelas rasul sebagai cikal bakal GerejaNya. Walaupun akhirnya tidak lulus satu orang, tapi dengan pilar utama inilah GerejaNya dibangun sampai keseluruh bumi. Ia juga berkotbah dan mengajar orang banyak yang takjub dengan perkataanNYa yang penuh hikmat. Tidak hanya itu semua orang yang sakit dan kerasukan setan disembuhkanNya. SEMUANYA. Ini adalah hasil dari doa Yesus yang semalam-malaman itu. Ia membangun hubungan yang intim dengan Bapa, Ia memiliki kualitas relasi yang luar biasa melalui kuantitas komunikasi yang intensif. Maka rahasia dari karya pelayanan Yesus terletak dari kekuatanNya dalam berdoa, dalam mengandalkan hubunganNya dengan Bapa.

Maka kalau kita tidak bisa melihat kapan dan bagaimana seseorang berdoa untuk membangun relasi dengan Tuhan, kita bisa melihat karya nyata mereka dalam kesehariannya. Apakah perkataan, tindakan serta pemikiran-pemikiran yang dilontarkan memiliki arti, punya otoritas, berhikmat dan mengutamakan kebaikan ? Apa yang tertanam di hati yang paling dalam, pasti keluar menjadi kata-kata, ide dan buah pemikiran bahkan menjelma menjadi tindakan. Dari buahnya kita bisa tahu kualitas seperti apa pohon tersebut, pohon unggul pasti buahnya kelas wahid punya. Tapi kalau asal pungut, maka berbuah pun juga tidak.

Bilamana kita didera dengan rutinitas, maka ada baiknya kita ‘retret’ sebentar, naik ke ‘gunung’ dan berdoa menyerahkan diri untuk diperbaharui. Dengan demikian hasilnya pun bisa dinikmati orang lain, mereka  bisa melihat dan merasakan buah-buah yang kita hasilkan. Mereka tidak perlu tahu kapan dan bagaimana kita berdoa. Tapi bila mereka melihat dan menikmati ‘buah-buah’ karya kerasulan kita, mereka tahu bahwa kita senantiasa berdoa seperti Kristus berdoa pada BapaNya.

Marilah kita tingkatkan kuantitas dan kualitas kita dalam berdoa, sehingga relasi yang ada sungguh-sungguh timbul dari hati yang tulus. Usaha yang telah disusun dan kita rancang,  kita persembahkan untuk disempurnakan Tuhan sendiri. Saat kita “angkat tangan” berdoa dan menyerahkan segalanya pada Dia, maka Tuhan pun “turun tangan” menyelesaikannya bahkan memberikan solusi terbaik lewat talenta kita dan lewatorang-orang disekitar kita. Ora Et Labora

====================================================================

Bacaan Luk 6:12-19

“Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid- Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid- Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan- Nya

Leave a Reply

Required fields are marked *.