Fiat Voluntas Tua

Upah dari Thian (dari Samsi Dharmawan)

| 0 comments

Teringat akan cerita opa saya (almarhum) akan temannya ketika pertama kali datang ke Indonesia, sama sekali tidak membawa apapun kecuali pakaian yang melekat dibadan, tanpa kemampuan berbahasa Indonesia apalagi bahasa Inggris, kecuali bahasa Mandarin dan Hokkian, tapi hal ini dilakukan oleh teman opa tersebut bukanlah karena pesan Yesus dibawah, tetapi lebih kepada mencari perbaikan hidup karena komunisme di China ketika itu menjadi momok yang sangat menakutkan.

Tiba di pulau Sumatera, bersama semua pendatang dari daratan Cina mereka turun dari kapal dan dibawa kesebuah gudang penampungan, lalu mereka hanya dibantu dijelaskan jalan selanjutnya yang hendak dituju. Kalau kebetulan teman atau sanak-saudaranya ada dan satu kota dengan lokasi penampungan itu berarti beruntung, tetapi jika tidak satu kota itu artinya setengah beruntung, karena masih ada kemungkinan tersasar.

Celakanya kalau tidak ada yang kenal, seperti teman opa ini, akhirnya dia memilih untuk pergi mengikut arah kaki dengan tujuan pasar. Nalurinya sebagai manusia yang mengadu keberuntungan tentulah pusat keramaian yang dituju, dengan berbekal bahasa Tarzan, tibalah dia di pasar dan mulailah berinteraksi dengan orang-orang yang ada disana dengan ramah memberi salam, ada yang menerima dan ada juga yang menolak. Ternyata benar kata seorang ibu, jika salammu ditolak orang, maka salam itu akan kembali padamu dengan berkah dua kali lipat.

Teman opa akhirnya bertemu dengan orang sebangsanya dan bisa diajak berkomunikasi, sejak itu dia mulai dengan kehidupan baru, bekerja sebagai buruh toko dengan tugas sebagai pencatat barang keluar masuk, bermodalkan kepandaian, keuletan, kesabaran dan kejujuran sambil belajar bahasa setempat dan menabung, mulailah dia mendapatkan kepercayaan sedikit demi sedikit dari boss nya, hingga akhirnya menguasai sistem perdagangan toko itu, mulai berani untuk mandiri dan punya toko sendiri yang kemudian membesar dan terus membesar menjadi orang kaya yang terkenal.

Sejak itu dia dikenal sebagai orang kaya yang murah hati, yang kemudian memberikan penghidupan baru disekitarnya dengan mempekerjakan orang-orang ditoko, dipabrik, digudang dan semua perusahaan yang dia miliki, karena orang-orang inilah yang secara tidak langsung membuatnya berhasil. Falsafahnya sederhana, “Lebih baik hidup bersama orang-orang baik dalam kekurangan, daripada hidup bersama penjahat dalam kelimpahan.”

Catatan Mat 10:7-13:

Seorang pekerja patut mendapatkan upah, maka apa yang didapatkan teman opa ini adalah contoh kesaksian hidup yang menarik. Hanya berbekal keyakinan dia dapat hidup dan berkembang, bahkan mau dan mampu berbagi dalam derma. Karena semua itu didapatnya dari Thian (Tuhan) maka dia merasa wajib untuk membagi pada sesama.

Leave a Reply

Required fields are marked *.