Sumber: Catholic Update ©1989 – A Walk Through the Mass; www.americancatholi c.org Disesuaikan dengan : 1.”Tata Perayaan Ekaristi” oleh Konferensi Waligereja Indonesia; Penerbit Kanisius; 2. Katekismus Gereja Katolik Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell. net/yes
BAGIAN KEDUA : LITURGI SABDA
Jika kita berkumpul bersama di rumah seorang teman untuk suatu perjamuan, kita selalu memulainya dengan percakapan. Dalam Misa setelah upacara pembukaan, kita duduk dan mendengarkan Sabda Tuhan. Pada hari Minggu ada tiga bacaan dari Kitab Suci.
Bacaan Pertama
Bacaan Pertama diambil dari Kitab Suci Perjanjian Lama. Kita diajak untuk mengingat kembali sejarah perjanjian kita. Bacaan pertama ada hubungannya dengan Injil hari itu; tujuannya memberi latar belakang sehingga menambah pengertian/pemahama n kita akan apa yang akan dilakukan Yesus dalam Injil.
Mazmur Tanggapan
Kemudian umat akan menanggapi Sabda Tuhan dengan menyanyikan atau mendaraskan sebuah mazmur – nyanyian yang diilhami oleh Allah sendiri karena diambil dari Kitab Mazmur.
Bacaan Kedua
Bacaan Kedua biasanya diambil dari salah satu surat Rasul Paulus atau tulisan-tulisan apostolik lainnya.
Alleluya / Bait Pengantar Injil
ALLELUYA. Semua umat berdiri sebagai ungkapan hormat pada Sabda Allah.
Injil
Bacaan Ketiga diambil dari salah satu dari keempat Injil. Kita, umat Katolik, biasanya tidak dikenal sebagai umat yang gemar membaca Kitab Suci, namun demikian pada dasarnya keseluruhan Misa diambil dari Kitab Suci. Bahkan orang Katolik sendiri pun akan terkejut mendapati betapa banyaknya bagian Misa yang diambil dari Kitab Suci: bukan hanya ketiga bacaan dan mazmur, bukan hanya doa-doa yang secara nyata dikutip dari Kitab Suci seperti Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan dan doa Bapa Kami, tetapi hampir semua kata dan kalimat doa dalam Misa diambil dari Kitab Suci.
Karena kehadiran Kristus yang unik pada waktu Injil dibacakan, maka sejak lama telah menjadi kebiasaan umat berdiri dengan sikap penuh perhatian untuk mendengarkan Sabda Allah. Kita percaya bahwa Kristus “hadir dalam sabda-Nya, karena Ia sendirilah yang berbicara ketika Kitab Suci dibacakan di gereja” (Konstitusi tentang Liturgi Kudus #7). Imam akan sekali lagi menyapa kita dengan “Tuhan sertamu.” Kemudian Imam memberi pengantar pada bacaan Injil dengan berkata, “Inilah Injil Yesus Kristus menurut ….” sambil membuat tanda salib kecil di kening, bibir dan hati dengan ibu jarinya dan berdoa dalam hati supaya Tuhan membersihkan pikirannya dan juga hatinya dan agar supaya bibirnya layak mewartakan Injil. Gerakan ritual imam ini juga diikuti oleh seluruh umat. Kemudian kita duduk untuk mendengarkan bacaan Injil.
Aklamasi Sesudah Injil
Imam mengakhiri bacaan Injil dengan, “Demikianlah Injil Tuhan,” dan kita menjawab, “Terpujilah Kristus.” Sekali lagi kita menyatakan iman di hadapan Kristus yang hadir dalam sabda-Nya. Sesudah itu umat duduk untuk mendengarkan homili.
Homili
“Homili” memiliki arti lebih dari sekedar khotbah tentang bagaimana kita harus hidup atau pun tentang apa yang kita percayai. Homili adalah mewujudnyatakan ibadat berdasarkan bacaan Misa khususnya bacaan-bacaan Kitab Suci yang baru saja disampaikan. Homili mengambil pesan-pesan dari dalamnya dan menerapkannya dalam situasi kehidupan sekarang. Sama seperti sebuah roti besar dipecah-pecahkan guna memberi makan setiap orang, demikianlah Sabda Tuhan harus disingkapkan sehingga dapat diterima dan dicerna oleh setiap umat. Homili selalu diikuti dengan hening sejenak di mana kita masing-masing berterima kasih kepada Tuhan atas sabda yang telah kita dengarkan dan berusaha menerapkan pesan yang disampaikan dalam bacaan hari itu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Syahadat
Kita berdiri dan bersama-sama mendaraskan Syahadat Aku Percaya. Syahadat lebih dari sekedar daftar hal-hal yang kita percayai, tetapi merupakan pernyataan iman kepada sabda yang telah kita dengar dan dari homili, dan pernyataan iman yang memimpin kita untuk saling mengasihi satu sama lain seperti Kristus yang telah memberikan nyawa-Nya bagi kita. Pada mulanya syahadat adalah pernyataan iman bagi mereka yang hendak dibaptis dalam perayaan Misa.
Doa Umat
Liturgi Sabda diakhiri dengan Doa Umat. Sebelum kita pergi meninggalkan rumah untuk suatu perjamuan, kita pasti mematut diri di depan cermin untuk memastikan bahwa penampilan kita sudah pantas -rambut tertata rapi, kancing telah dikancingkan dengan benar- dan mungkin kita melakukan pembenahan-pembenah an terakhir sehingga gambaran diri kita seperti yang kita inginkan sesuai dengan yang terlihat di cermin.
Demikianlah halnya dengan Doa Umat dalam Misa. Dengan Sakramen Baptis kita menjadi Tubuh Kristus. Sekarang saat kita bersiap-siap untuk menuju meja Ekaristi, kita mematut diri dalam bacaan-bacaan Kitab Suci, sama seperti di depan cermin, dan bertanya: Sudah layakkah kita? Apakah Tubuh Kristus yang sekarang berkumpul ini sudah mirip dengan Tubuh Kristus yang digambarkan dalam bacaan-bacaan Kitab Suci? Biasanya belum! Jadi kita perlu melakukan pembenahan diri; kita berdoa agar kita sungguh menjadi serupa dengan Tubuh Kristus, pembawa damai, perlindungan bagi mereka yang tidak mempunyai rumah, penyembuh bagi mereka yang sakit, makanan bagi mereka yang lapar.
Kita berdoa bagi Gereja, bagi negara dan para pemimpin masyarakat, bagi orang-orang dengan kepentingan khusus dan bagi kepentingan umat paroki – biasanya permohonan dikelompokkan dalam keempat kategori ini. Seorang wakil umat akan memanjatkan doa, umat diberi kesempatan untuk mendoakan intensi tersebut dalam hati, dan kemudian menjawab serentak “Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan.” (Bersambung ke Tahapan Misa -3)