“Berdamai dengan Allah, berdamai dengan manusia” demikian kata seorang teman dari Aceh saat ia mendengar penjelasan saya apa arti tanda salib. Rupanya tiga agama besar di dunia, Yahudi, Kristen dan Islam punya nilai universal tentang mencintai Allah dan mencintai sesama.
Hukum di bumi bahkan hukum rimba jelas sekali dalam mengatur hubungan antar manusia; nyawa ganti nyawa, tangan ganti tangan, mata ganti mata. Atau vonis hukuman mati paling2 diperhalus dengan hukuman seumur hidup, bagi terpidana pembunuhan berencana (….kalau ketangkep).
Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita sekali lagi tentang aturan main dalam pertandingan hidup, tentang bagaimana kita bisa lolos masuk semi final dan bahkan sampai jadi pemenang di Kerajaan Surga. Kita, setiap manusia ciptaanNya, bisa gugur setiap saat dalam setiap pertandingan babak penyisihan, tergantung pada ketahanan iman tiap orang. Bisa dapat kartu kuning, main lagi masuk lapangan, atau sekali-kali pernah juga kartu merah dengan harapan masih ada kesempatan main di pertandingan berikutnya.
Hampir semua mass media menceritakan maraknya pembunuhan antar anggota keluarga dan pertemanan. Ternyata modus operandi nya sama; semua berawal dari ditanamnya bibit kemarahan dan sakit hati yang terpendam bertahun-tahun hanya karena kata-kata atau tindakan pelecehan sepele.
Syukurlah kita diberikan Tuhan hati nurani yang selalu mengingatkan kita agar waspada akan amarah. Jangan sampai amarah didalam hati, meluncur keluar jadi kata-kata yang menyakitkan saudara dan orang-orang disekitar kita, dan akhirnya (jangan sampai) berujung pada pembunuhan.
Baik di mesjid, sinagoga, dan gereja2, umat bersalam-salaman sebelum menghadap Tuhan. Kalau ibadah setiap hari, ya salaman lah setiap hari. Kalau gak pernah ibadah ya gak pernah salam-salaman. Tapi lebih sering kejadian ini hanya simbolisasi saja, pulang ibadah keluarlah sumpah serapah karena mobilnya terhalang kendaraan didepannya.
Lebih mudah kita tersenyum dan minta maaf, pada orang yang baru kita kenal daripada dengan anggota keluarga sendiri. Kalau terinjak kakinya oleh kita, maka buru2 kita minta maaf sambil tersenyum. Atau kalau kita yang terinjak, dengan reflek kita balas dengan tersenyum dan bilang “Gpp, memang lagi banyak orang kok” padahal … suakit banget.
Tapi kalau kaki kita terinjak anak kita, malah ngomel ” Aduuh…. sakit tauk! Gak lihat ya mama pake sandal?”Semoga di masa puasa ini, kita lebih sering membiasakan memeriksa diri, memeriksa batin kita sebelum beribadah bahkan sebelum berdoa menghadap Tuhan yang kudus. Layakkah kita datang dengan hati yang belum bersih ? Adakah kemarahan, kekesalan hati, kejengkelan akan orang-orang disekitar kita? Kalau ya, jangan tunda lagi dan mari kita bereskan segera, syukur2 sebelum matahari terbenam bisa beres, gak pake lama deh. Apa salahnya kalau kita kirim SMS ” honey, maafin aku ya tadi aku gak sengaja bentak kamu”.
Sungguh, gak enak hati deh, mau berangkat kerja pagi-pagi udah ribut dirumah. Apalagi kalau kita mau menghadap Tuhan, janganlah ada ganjalan di hati.
Bila ada damai dihati kita, juga ada damai di hati orang-orang disekeliling kita, biarlah itu menjadi vitamin bagi suburnya kasih persaudaraan sebelum kita pergi beryukur dan berdoa menghadap Tuhan. Syukur kalau bisa diperiksa 5-7 kali sehari sesering kita berdoa kepada Tuhan. Jangan simpan dan tebar bibit amarah, jangan simpan bibit iri hati lama-lama.
Percayalah…. Tuhan sabar menunggu kok. Dia mau di nomor duakan asal kita menomor satukan relasi dengan orang-orang disekeliling kita. Semangat rekonsiliasi menumbuhkan rasa syukur kita bagi Nya.
========================================
Bacaan : Matius 5, 20-26
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.