“bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.”
Habis sudah masa liburan, kita mulai kembali pada kehidupan biasa. Mungkin kita akan ketemu orang yang sama, masalah yang itu-itu juga, pertentangan dan pertikaian yang masih sama sejak minggu lalu sejak tahun lalu. Tetapi di tahun yang baru ini seharusnya sikap kita lah yang membuat semuanya berbeda karena disikapi dengan suatu pengharapan yang tinggi, suatu pengharapan bahwa pasti sebentar lagi yang baik akan datang, ada pencerahan ada penerangan.
Kalau liburan kemarin kita menyempatkan pergi ketempat alam terbuka dimana listrik langka, pasti kita bersiap-siap membawa lampu senter dan lilin kan? Tentu dengan harapan adanya lilin dan lampu senter kita bisa melakukan aktivitas dengan aman. Demikian pula bila kita harus memilih kesempatan untuk menjalankan misi sebagai pembawa kabar sukacita, kadang kita bingung saat harus memilih. Pergi kemana dulu? Yang mana yang lebih penting? Ternyata tanda-tandanya telah diajarkan Yesus Kristus. Pembawa kabar sukacita harus memulai dari tempat-tempat yang gelap, yang menakutkan yang tidak ada harapan, bahkan dikatakan ‘dipayungi maut’…. hiii sereeem!!
Saat mendengar berita duka tentang meninggalnya Yohanes Pembaptis, Yesus punya pilihan: merenungi kedukaan itu atau terus melakukan mewartakan kabar sukacita. Ia memilih menyingkir kepinggiran, berdiam diri dan memutuskan memulai dari tempat tergelap dimana terang itu dibutuhkan, dimana pengharapan itu dinanti-nantikan.
Kita sendiri juga memerlukan waktu untuk merenungkan segala sesuatu setiap harinya, sehingga kita bisa tenang berpikir dan mendengarkan panggilan Tuhan kemana lagi harus melangkah setelah ini. Merefleksikan dengan mata hati, dimanakah sebenarnya tempat yang paling membutuhkan terang? Siapa saja kah yang kita jumpai hari ini, apakah ia sendiri membutuhkan ‘terang’ itu? Orang-orang yang mengalami ketakutan, dibayangi kegelapan masa depan, matinya harapan, bahkan tidak berdaya karena sakit dan lumpuh, justru menjadi sasaran yang pertama. Sulitnya adalah mengenali mereka yang sakit rohani dan lumpuh harapan, karena tidak nampak secara fisik.
Maka bila kita senantiasa berjalan dalam terang iman, kita akan dibimbing untuk memiliki kepekaan dalam mengenali dimana dan siapa yang membutuhkan sapaan, perhatian, dorongan agar mereka tidak tinggal dalam kegelapan. Dunia politik dikatakan kotor, ehm… dunia bisnis juga tidak kalah kotor, tetapi ternyata dunia pendidikan serta kesehatan tidak lebih ‘bersih’ dan ‘terang’ karena banyak juga skandal didalamnya. Dimana ada pertikaian, jangan menyingkir karena disitulah kita diharapkan menjadi penengah. Bila ada kekacauan, jangan juga berdiam diri, karena disitulah kita dibutuhkan untuk menjadi penenang. Dimana ada keputus-asaan, jangan pura-pura tidak lihat, karena disitulah kita harus berbicara dan menumbuhkan harapan.Dimana akan ada perceraian, cepat datang dan persatukan kembali sebelum terlambat. Bila tempat/komunitas kita tinggal terjadi gonjang-ganjing, justru itu tanda untuk ‘tinggal tetap’ jangan cari aman dan selamat sendiri karena jangan-jangan justru disanalah kita ‘diutus’ dan ditempatkan Tuhan.
Masih banyak orang-orang yang memerlukan sentuhan kasih dan pengharapan akan menjadikan segalanya lebih baik lagi. Tetapi ini hanya mungkin bila kita sendiri juga setia memeriksa diri kita sendiri, jangan-jangan ada bagian dalam hati dan kehidupan kita yang kita biarkan gelap dan tidak meminta Allah untuk meneranginya. Jangan-jangan masih ada kemarahan dan kekecewaan yang kita tidak ijinkan untuk Allah menggantikannya dengan pengampunan dan suka cita.
Maka Kerajaan Allah itu amat sangat dekat, dekat dengan hati kita sendiri, manakala kita membutuhkan terang itu. Kita hanya perlu membuka bagian yang tergelap yang memerlukan pengampunan dan pencerahan agar sukacita itu bisa tinggal tetap dalam hati dan kehidupan kita. Karena hanya dengan hati yang penuh sukacita dipenuhi terang iman, kita mampu bertahan menghadapi wilayah dan daerah yang gelap dan kita tidak ikut terlarut dalam ‘kegelapan’. Mari bangkit dan bergeraklah, dari tempat yang gelap di hati kita menuju Terang dan membawa terang pergi ketempat yang gelap… pergi ke sudut-sudut hati setiap orang.
===============================================================================================
Bacaan Injil Mat 4:12-17.23-25
“Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, — bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang.” Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.”