Fiat Voluntas Tua

SMS: Susah Melihat yang Senang atau Senang Melihat yang Susah

| 0 comments

“Iri hatikah engkau karena aku murah hati?”

Melihat anak kecil bermain bersama tentu senang, cepat sekali akrab walau mereka baru mengenal karena dipertemukan orang tuanya. Awalnya mereka kelihatan akur, tapi sesaat kemudian pasti salah satu menangis  atau marah karena tidak boleh memegang salah satu mainan favorit anak yang lain.  Begitu orangtuanya melerai tidak lama kemudian mereka bisa main bersama lagi, tertawa lagi dan cepat lupa dengan kejadian rebutan mainan tadi . Herannya hal demikian tidak terjadi pada orang dewasa. Ada orang yang lebih sukses kok malah irihati?

Sifat iri hati, mau menang sendiri, tidak bisa melihat orang lain senang ; tepatnya  Senang Melihat yang Susah atau Susah Melihat yang Senang (SMS) adalah hal yang biasa dan alami yang tumbuh dengan sendirinya. By nature, tidak usah diajarkan maka sifat buruk seperti ini ada dalam diri manusia sejak kecil. Semakin orang tuanya cuek, maka semakin besar anak itu akan menjadi semakin egois dan tidak memiliki kepedulian satu sama lain. Ia merasa harus selalu menjadi pusat perhatian, paling baik, paling kaya, paling segalanya… dan orang lain harus berada di belakangnya.

Injil hari ini mengingatkan kita ganasnya benih iri hati ini yang seperti benih ilalang, tumbuh bersama dengan benih baik lainnya dalam hati kita. Allah sendiri memiliki sifat murah hati, memberikan kasih dan perhatian bagi semua orang. Tapi manusia dengan sifat egonya, ingin tetap diutamakan, bahkan ingin mengatur Tuhan kepada siapa dan bagaimana Ia memberikan rahmatNya.

Padahal segala benih baik berasal dari Allah. Kalau kita berani mengaku sebagai anak-anak Allah, maka harusnya segala  sifat Allah yang baik juga dimiliki anak-anak Allah. Benih kemurahan hati itupun harusnya ditumbuhkan di hati manusia yang takut akan Allah. Kalau benih itu jatuh di hati yang subur, harusnya kita juga memiliki hati yang penuh dengan kemurahan. Hati yang selalu memberi, hati yang selalu memperhatikan yang lain yang berkekurangan, hati yang selalu peka dan peduli pada keputus asaan. Hati yang melihat dan menemukan orang-orang yang membutuhkan pertolongan seperti sang tuan rumah yang tidak berhenti keliling mencari orang-orang yang membutuhkan pekerjaan.

Maka bila kita ingin juga menumbuhkan benih kemurahan hati, janganlah berhenti membuka mata hati untuk memandang di sekeliling kita. Sehingga kita bisa mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita, tapi sekaligus kita juga bertanya apa yang bisa kita lakukan bagi mereka yang belum seberuntung kita. Kemurahan hati timbul karena kemauan kita untuk terus mencari sebanyak mungkin orang susah dan berusaha membantunya menemukan solusi.

Kalau kita senantiasa mengusahakannya dan mengajarkan anak-anak menjadi lebih peka dan peduli dengan sekitarnya, maka kita akan mampu memiliki kerendahan hati seperti yang Tuhan inginkan. Kita justru bisa tetap ber SMS seperti Allah Bapa yang maha pengasih dan murah hati, tapi yang dimaksud adalah : Susah Melihat yang Susah, Senang Melihat yang Senang. Caiooo…

==============================================================================================
Bacaan Mat 20:1-16

“Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang m asuk terakhir hingga mereka yang masuk terdahulu.

Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.