Beberapa dokumen Gereja yang menyebutkan dan menganjurkan devosi kepada Santa Perawan Maria:
Katekismus Gereja Katolik (KGK) 971 menyebutkan: “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia” (Luk 1:48). “Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti ibadat Kristen” (MC 56). “Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan gelar ‘Bunda Allah’; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya… Kebaktian Umat Allah terhadap Maria… meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya” (LG 66). Ia mendapat ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah Bdk. SC 103. dan dalam doa marian – seperti doa rosario, yang merupakan “ringkasan seluruh Injil”
Bdk. MC 42.Vatikan II, Lumen Gentium 69, “Hendaklah segenap Umat kristiani sepenuh hati menyampaikan doa-permohonan kepada Bunda Allah dan Bunda umat manusia, supaya dia, yang dengan doa-doanya menyertai Gereja pada awal-mula, sekarang pun di sorga – dalam kemuliaannya melampaui semua para suci dan para malaikat, dalam persekutuan para kudus – menjadi pengantara pada Puteranya, sampai semua keluarga bangsa-bangsa, entah yang ditandai nama kristiani, entah yang belum mengenal Penyelamat mereka, dalam damai dan kerukunan di himpun dalam kebahagiaan menjadi satu Umat Allah, demi kemuliaan Tritunggal yang Mahakudus dan Esa tak terbagi.”
Kitab Hukum Kanonik, Kan. 1186, “Untuk memupuk pengudusan umat Allah, Gereja menganjurkan agar umat beriman kristiani secara khusus dan dengan sikap seorang anak menghormati Santa Maria selalu Perawan dan Bunda Allah, yang diangkat oleh Kristus menjadi Bunda semua orang; Gereja juga memajukan penghormatan yang benar dan sejati kepada Orang-orang Kudus lain, yang dengan teladannya umat beriman kristiani dibangun serta dengan pengantaraannya umat itu didukung.”
Apostolic Bull dari Paus Pius IX, saat mengeluarkan Dogma Maria Dikandung Tanpa Noda, Ineffabilis Deus, 31, mencantumkan juga anjuran untuk terus berdoa dan menghormati Bunda Maria.
Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II, “Rosarium Virginis Mariae/ Tentang Rosario”, 43, “Saya menganjurkan pada engkau, para saudara dan saudari dalam setiap status kehidupan, kepadamu para keluarga Kristiani, para penderita sakit dan kaum manula dan kepadamu kaum muda: berdoalah Rosario lagi dengan yakin. Temukanlah/ doakanlah kembali Rosario di dalam terang Alkitab, dalam keharmonisan dengan liturgi dan dalam konteks kehidupanmu sehari-hari.”
Surat Ensiklik Paus Leo XIII, Magnae Dei Matris, 29, Rosario yang adalah alat yang dapat membantu mempertahankan iman dan contoh tentang kebajikan ilahi, seharusnya berada di tangan umat Kristiani yang sejati, dan didoakan dan dimeditasikan dengan khusuk.
Surat Ensiklik Paus Pius XII, Ingruentium Malorum, Tentang Mengucapkan Doa Rosario, 11, 12. Umat Kristiani harus dipimpin untuk memahami kebesaran, kekuasaan, dan keistimewaan doa Rosario. Di dalam keluarga, kami mengharapkan agar dibiasakan berdoa Rosario, dan ini agar rajin dilakukan.
Surat Ensiklik Paus Yohanes XXIIi, Grata Recordatio, Tentang Rosario, Doa untuk Gereja,10, Nyalakanlah semangat dengan keyakinan kepada Bunda Perawan Maria, yang selalu menjadi pelindung umat Kristiani dalam kesusahan.
Surat Ensiklik Paus Paulus VI, Christi Matri, Tentang Doa untuk Perdamaian dalam bulan Oktober, 9, 10 menganjurkan agar umat berdoa dengan tekun sepanjang bulan Oktober. Doa Rosario dapat mendatangkan berkat-berkat surgawi. Sejarah telah membuktikan bahwa doa rosario telah sangat berguna untuk mengusir kejahatan, mencegah bencana, dan menjadi bantuan yang besar untuk menunjang kehidupan iman Kristiani.
Surat Wejangan Apostolik Paus Paulus VI, Marialis Cultus, Tentang Devosi Maria, menjelaskan panjang lebar tentang Devosi kepada Bunda Maria, atas dasar Maria sebagai teladan iman, kasih dan persatuan dengan Kristus (bdk. Lumen Gentium 63), yang oleh sikap batinnya Gereja memohon kepada Kristus, dan melalui-Nya menyembah Allah Bapa (bdk. Sacrosanctum Concilium 7). Semoga bermanfaat. [D. Gusti Bagus Kusumawant, Pr]
Catatan dari www.gerejakatolik.net
Dalam iman Katolik, devosi didefinisikan sebagai: praktek-praktek rohani yang merupakan ekspresi yang konkrit bagi keinginan untuk melayani dan menyembah Tuhan dengan melalui objek-objek tertentu, seperti misalnya: misteri Ilahi, orang kudus, benda-benda religius, atau bahkan realitas yang berhubungan dengan Allah. Definisi lainnya menggambarkan devosi sebagai suatu bentuk doa diluar liturgi Gereja yang membantu perkembangan iman umat.