Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka.
Semua orang tahu bahwa untuk menjadi sukses itu harus kerja keras, atau sekarang istilahnya disempurnakan menjadi harus kerja cerdas. Tidak cukup kerja keras tapi tahu memanfaatkan kekuatan orang lain karena kita memiliki kelemahan. Tahu juga apa yang penting dan mendesak sehingga bisa menentukan skala prioritas, sehingga tidak terperangkap dengan pekerjaan setumpuk tapi tidak terorganisir. Sayangnya, banyak orang maunya cari jalan pintas, cari yang instan dan tidak mau susah (apalagi mikir). Contohnya : kita tidak terbiasa lagi pergi tanpa membawa HP dan laptop. Begitu ketinggalan, wah sudah seperti orang linglung gak tahu apa yang dikerjakan. Padahal apa yang diisikan di HP dan laptop asalnya ya dari isi kepala kita juga. Cuma kita tidak mau susah payah menyimpannya lama-lama. Dulu biasa menghafal nomor telpon, sekarang semua simpan di HP, tidak perlu lagi dihafalkan termasuk nomor HP sendiri. Karena tidak mau susah-susah untuk menjadi sukses, akhirnya yang terjadi kita tidak tahu lagi apa sebenarnya tujuan hidup kita, kalaupun sudah sukses lalu untuk apa? untuk menjadi sukses lagi? untuk mengenyangkan perut sendiri?
Orang Farisi dalam bacaan hari ini jelas tahu persis bahwa Elia akan datang mempersiapkan jalan Tuhan. Tapi saat Elia datang pun mereka memperlakukannya dengan semena-mena, tidak mau bertobat. Demikian pula dengan Yohanes Pembaptis, sehingga mereka tidak sadar bahwa mereka kehilangan arah hidup karena sudah menikmati kehidupan dengan caranya sendiri. Saat diajak untuk bertobat dan kembali kepada rencana keselamatan Allah, mereka justru menganggap Yohanes Pembaptis memberikan ajaran sesat. Demikian pula dengan kedatangan Yesus yang mereka tolak juga.
Kembali kepada kehidupan kita, apakah kita juga sering menolak berbagai kesempatan yang diberikan Tuhan untuk kembali kepadaNya? untuk kembali menerima rahmat pengampunan dan kasihNya? Jangan-jangan kita menjauhi orang-orang yang memberikan kritik membangun demi kebaikan kita, bahkan menganggap mereka adalah orang-orang yang iri hati dengan posisi dan kedudukan kita. Semoga kita juga belajar menjadi para murid Yesus yang langsung paham maksud kedatangan Yohanes Pembaptis. Kita belajar bahwa Tuhan pun bisa menegur kita dari setiap orang yang bermaksud baik untuk menolong kita, baik itu pasangan kita bahkan anak kita sendiri. Hanya dengan kerendahan hati kita bisa ‘mendengar’ suara Tuhan yang begitu lembut.
Marilah menyambutNya dengan meluruskan jalan bagiNya, membersihkan hati kita dari segala kerikil dosa.
=================================================================================
BACAAN INJIL : Mat 17:10-13
Ketika Yesus dan murid-murid- Nya turun dari gunung, para murid bertanya kepada-Nya, “Mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?” Yesus menjawab, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu. Dan Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.