Fiat Voluntas Tua

Cepat Mulut dari Tangan dan Kuping

| 1 Comment

“Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya”

Menjadi aktivis membuat kita bertemu banyak orang, entah itu di lingkungan gereja ataupun di berbagai lingkungan profesi. Reaksi yang kita dapatpun beragam terhadap segala tindakan kita. Sayapun mengalaminya dalam berbagai kesempatan interaksi, termasuk komen2 melalui email, SMS dan FB. Ada yang ikut semangat dan bergabung dengan kegiatan yang sedang dipersiapkan seperti sosialisasi Sunset Policy yang akan diadakan senin besok. Ada juga yang berkomentar pedas walau maksudnya baik “kapan batere lu di charge… muter terus sih?”,”kapan ketemu anak dan suami nih? ” Gak punya rumah ya rat?”. Itulah beberapa komentar dari mereka yang tahu aktivitas saya dari hari kehari .  Ada juga yang terkesan sinis melihat foto saya tampil di majalah HIDUP saat pertemuan caleg katolik di KWI. Katanya ” wah aku nggak ngerti itu pura-pura nanya apa serius, biar difoto aja ya?” .

Semuanya saya tanggapi dengan senyum karena mereka memberi komentar sesaat tanpa memberi kesempatan saya untuk menjelaskan apa yang sedang saya lakukan dan saya perjuangkan. Kalau ada cukup kesempatan pasti saya akan jelaskan apa maksud setiap tindakan saya. Saya bersyukur memiliki seorang pendamping yang mendukung setiap kegiatan saya, tidak cepat mengkritisi tapi mencari tahu mengapa saya melakukannya dan apakah saya telah memikirkan segala konsekwensinya. Walaupun secara fisik tidak dapat mendampingi senantiasa, tapi saya tahu bahwa seseorang mendoakan saya terus menerus. Thanks ayah, you’ve been a big blessing for me !

Hal yang sama diterima oleh Rasul Yohanes Pembaptis, yang bertindak nyeleneh di jaman itu, mengajak orang-orang bertobat dan membaptis di Sungai Yordan, bukannya di Bait Allah tempat yang paling kudus. Jesus pun yang wirawiri memberitakan Kabar Sukacita sambil mampir makan di rumah orang berdosa, tidak luput dari kritikan. Orang-orang Farisi ini memang lebih cepat mengkritik dari mulutnya daripada mendengarkan apa yang diucapkan Yohanes dan Jesus, apalagi mengikuti dan mengerjakan apa yang mereka lakukan.

Akan banyak orang-orang yang silih berganti memberi komentar kepada segala hal yang kita lakukan, semakin kita banyak aktivitas, semakin banyak juga kritikan yang diterima. Hendaknya itu tidak membuat kita bingung dan berhenti melakukannya selama kita tahu tujuan dari setiap tindakan kita. Tidak serta merta membuat kita berhenti dan memilih tinggal diam dirumah, do nothing dan tinggal dalam zona nyaman. Tetapi justru membuat  kita terus menerus tekun  mengajak orang lain, menyuarakan segala pemikiran demi kebaikan, walau banyak yang menolak. Pasti ada satu kesempatan dimana ada satu-dua orang yang hendak mendengarkan penjelasan kita dan ternyata memiliki maksud dan kehendak baik yang serupa.

Semoga kitapun lebih sering mau mendengarkan dan memahami maksud orang lain sebelum memberi masukan dan kritik, sehingga melalui pendapat yang kita sampaikan mereka menjadi semakin tajam dan tegas melaksanakan niat baik mereka. Karena dengan mendengarkan, kita juga bisa mengambil hikmah dan belajar dari orang lain untuk juga menajamkan nalar dan budi kita, bahkan ikut bertindak dan mendukung kegiatannya. Bukan untuk siapa-siapa, bukan untuk mencari popularitas juga, tapi setiap kehendak baik pasti juga membawa kebaikan bagi banyak orang, dan akhirnya memuliakan Sang Pencipta sumber segala kebaikan di dunia ini.

===============================================================================

Bacaan  Mat 11:16-19

“Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.”

One Comment

  1. Hai bu Ratna, saya senang dengan Ibu. Ibu adalah salah satu perempuan Katolik yang berani terlibat dalam dunia politik ditengah apatisme orang katolik untuk berpolitik. Saya telah membaca IIklan ibu di HIDUP. Menurut saya ibu layak dipilih dalam pemilu. Tapi sayangnya saya bukan pemilih di dapil ibu.

Leave a Reply

Required fields are marked *.