Pendalaman iman atau pendalaman kitab suci bagi sebagian besar umat masih menjadi momok atau hal yang menakutkan. Orang akan lebih banyak berbondong-bondong datang ke doa Rosario, doa lingkungan, atau apalagi kalau undangannya berbunyi doa keluarga atau doa syukur. Ini merupakan fenomena yang terjadi di banyak tempat.
Mungkin ada semacam ketakutan pada hati umat untuk memenuhi undangan pendalaman kitab suci atau pendalaman iman. Hal tersebut mungkin takut jika diminta untuk sharing, mengungkapkan pengalaman, takut ditanya oleh pemandu, dan ketakutan-ketakutan yang sejenis.
Ini merupakan suatu tantangan bagi para pemandu pendalaman kitab suci untuk terus menggali dan berusaha menemukan suatu metode atau langkah-langkah pendalaman kitab suci yang membuat umat yang hadir tidak muncul perasaan was-was jangan-jangan nanti ditanya atau disuruh sharing oleh pemandu.
Memang metode sudah banyak muncul dan bertebaran, tetapi sepertinya belum banyak yang khusus dirancang untuk umat yang masih belum biasa bicara di depan orang lain maksud saya di depan orang banyak dalam konteks pendalaman iman/kitab suci. Sebenarnya menurut saya, metode apa pun jika dibawakan oleh orang yang bisa membawakannya dengan baik maka akan tidak membuat umat jera untuk datang dalam pendalaman ima/kitab suci. Akan tetapi untuk sebagian pemandu yang keterampilan membawakannya pas-pasan, metode memang akan sedikit membantu agar umat sedikit demi sedikit dan pelan-pelan terbiasa mengungkapkan isi hatinya di dalam pertemuan pendalaman kitab suci.
Berikut ini saya mencoba menggali suatu langkah-langkah yang dirancang agar umat bisa mengungkapkan sesuatu isi hatinya dalam pertemuan pendalaman iman. Tentu ini juga hanya salah satu alternatif. Saya akan menggunakan materi pendalaman kitab suci tahun 2011 dengan tema pertemuan pertama “Orang Samaria yang Murah Hati.” Metode ini saya beri nama metode “TaRefA”. Akronim dari: pemilihan kata, refleksi, rencana aksi.
Tema Besar : Mendengarkan Tuhan Bercerita.
Judul : Orang Samaria Yang Murah Hati (Ada yang menulis “Orang Samaria Yang Baik Hati.”)
Tujuan : Membantu peserta pertemuan untuk berusaha menjadi sesama bagi semua orang, dengan mengupayakan tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah-Langkah Pertemuan:
Lagu Pembuka.
Tanda Salib dan Salam.
Pengantar : Pada hari ini kita akan merenungkan perumpamaan tentang Orang Samaria yang Murah Hati dari Inji Lukas 10:25-37. Perumpamaan ini mengundang kita untuk “bertindak sebagai sesama”. Masyarakat di zaman kita ini mudah dikotak-kotakkan berdasarkan etnis, agama, kedudukan, status, kekayaan, pendidikan, dan sebagainya. Situasi terkotak-kotak tersebut sering membuat orang bertanya, “Siapakah lawan, siapakah kawan.” Dengan perumpamaan ini, Yesus mengajak kita keluar dari pertanyaan “Siapakah Sesamaku Manusia” dan beralih ke pertanyaan, “Bagaimana aku dapat menjadi sesama bagi orang lain.” Dari paradigma iman yang introvert menjadi beriman secara ekstrovert.
Doa Pembuka. (Doa bisa dirumuskan sendiri).
Inti Pertemuan:
Membaca Injil Lukas 10:25-37: Langkah membaca yang pertama adalah membaca secara bergilir untuk setiap hadirin yang bisa membaca. Giliran bisa per ayat, bisa per dua ayat, bisa per sub ayat. Umat membaca, sesuai dengan keinginannya lalu diam disambung yang duduk di sebelahnya dan seterusnya. Langkah kedua setelah satu perikop selesai dibaca. Dilanjutkan dengan membaca solo, yakni mengulangi membaca perikop tetapi dilakukan oleh salah satu umat saja, yang lain mendengarkan/menyimak ulang agar isi Injil semakin dihapal, diingat, dipahami.
Hening secukupnya, menyimak, mengingat, membaca ulang dalam hati.
Langkah Kedua, sesuai dengan tema besar “Mendengarkan Tuhan Bercerita,” maka Alkitab ditutup. Umat secara bergiliran menceritakan kembali isi kisah tersebut. Setiap umat bisa mengungkapkan cerita isi kisah tersebut dalam penggalan-penggalan cerita sesuai yang diingatnya. Salah satu mulai mengungkapkan penggalan cerita, misalnya: “Pada suatu hari ada ahli Taurat datang kepada Yesus dan bertanya: Guru, bagaimana cara memperoleh hidup kekal?” ……. yang lain melanjutkan, bisa secara bergilir, bisa juga secara acak, spontan siapa yang siap untuk melanjutkan cerita tersebut, begitu seterusnya sampai kisah dalam perikop selesai.
Memilih Kata/Idiom: Kepada setiap peserta disilakan untuk memilih salah satu kata/idom yang ada pada perikop tersebut. Misalnya kata ‘sesamaku’ atau idiom misalnya ‘belas kasihan’ dan sebagainya. Bisa bebas memilih kata apa saja yang penting ada dalam perikop, bisa kita arahkan/batasi, misalnya memilih ‘kata kerja saja’ atau idiom yg mengandung kata kerja saja. Atau dibatasi hal lainnya. Pada proses ini hendaknya diberi waktu yang cukup untuk merenung, membaca ulang dalam hati, dan menentukan kata yang dipilihnya.
Mengungkapkan Kata Pilihan: pada langkah ini setiap peserta diajak untuk menyebutkan kata yang telah dipilihnya. Menyebut saja, tanpa ada tambahan apa pun, misalnya : “tidak berdaya” , dan seterusnya secara bergilir atau secara spontan bagi yang sudah menemukannya dan siap mengungkapkannya.
Setelah semua mengungkapkan kata pilihan atau dirasa cukup, pemandu mengajak peserta untuk BEREFLEKSI, dengan bantuan pertanyaan berikut : Mengapa kata itu muncul dalam hati saya dan saya pilih untuk diungkapkan? Apakah dalam hidup saya sebelum ini pernah mendengar atau melihat atau mengalami hal yang ada hubungan dengan kata/idiom itu? Kapan, dimana, bagaimana peristiwanya? Proses ini juga diberi waktu yang cukup untuk melakukan flash back terhadap peristiwa-peristiwa yang pernah dialami peserta dalam hubungannya dengan kata yang menjadi pilihannya.
Pada langkah berikutnya, peserta dipersilahkan mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan refleksi di atas. Ini tentu tidak boleh dilakukan dengan model giliran/urut, tetapi bersifat terbuka bagi yang mau mengungkapkannya saja.
Pemandu selalu mencatat, merangkum apa saja yang menjadi kata pilihan dari peserta, juga mencari benang merah dari ungkapan peserta untuk dihubungkan dengan tujuan “Menjadi sesama bagi orang lain.”
Langkah akhir adalah mencari bentuk aksi pribadi didasarkan dari hasil ungkapan-ungkapan peserta (pemandu jangan menyodorkan hal lain di luar apa yang telah diungkapkan oleh peserta), dengan bantuan pertanyaan refleksi, misalnya: “Dengan kata …….. atau pengalaman masa lalu …….. tersebut, untuk selanjutnya perbuatan nyata apa yang bisa saya perbuat agar saya bisa mewujudkan amanat Yesus menjadi sesama bagi orang lain?”
Ungkapan Aksi: dalam langkah ini bisa dalam bentuk Doa Spontan untuk mengungkapkan aksi yang telah dipilihnya, bisa juga dalam bentuk lain seperti menulis niatnya dalam secarik kertas (tentu ini harus disiapkan kertas dan alat tulis sebelumnya jika pemandu memilih ini) lalu kertas dikumpulkan di depan untuk dipersembahkan dalam Doa Umat.
Pemandu memberikan beberapa kalimat kesimpulan.
Doa Bapa Kami.
Doa Penutup.
Lagu Penutup.
Demikian salah satu langkah yang bisa kita laksanakan untuk penyajian materi pendalaman kitab suci tahun ini. Semoga bermanfaat bagi Anda, dan silakan berikan komentar, usul, saran, sharing agar kita semakin diperkaya, dan Tuhan semakin dimuliakan. Amin.
Sumber: http://luminareminus.wordpress.com/2011/08/26/pendalaman-kitab-suci-2011-pertemuan-pertama/
September 5, 2011 at 11:17 am
Berkah Dalem
Kami akan mencoba menerapkannya dalam Pertemuan Pertama Bulan Kitab Suci di Lingkungan nanti malam. Terima kasih.
Tuhan Beserta Anda
September 7, 2011 at 6:38 am
Terima kasih oom pencerahannya saya akan mencoba cara seperti ini.
Tuhan Mleindungi. Amin
September 9, 2011 at 11:23 am
Terima kasih pak Erwind an Pak Parjoto sudah mampir di blog ini. Silahkan memepersiapkan pendalaman Kitab Suci bersama umat. Kiranya terang Allah menyertai anda semua. Berkah Dalem