Fiat Voluntas Tua

Iri Hati: Masakan Dipelihara ?

| 0 comments

“Iri hati” dapat membutakan mata dan hati seseorang sehingga tidak mampu melihat segunung kebaikan pada orang lain. Sebaliknya, setitik kekeliruan dan  kesalahan dianggapnya sebagai alasan untuk menyerang orang lain.

Inilah yang dialami oleh Yesus ketika demi kesembuhan sesama ia berani melanggar apa yang ditentukan dalam hukum untuk ditaati. Hukum demi keteraturan hidup manusia, tapi keselamatan manusia harus tetap diutamakan. Karena itu, sementara orang Farisi menunggu saatnya Yesus berbuat salah dan menyalahkan-Nya di satu pihak, tetapi di lain pihak, Yesus tak pernah berhenti berbuat baik. Orang Farisi menaruh perhatian pada ketaatan akan hukum manusia, tapi Yesus menempatkan manusia yang sakit dan menderita sebagai prioritas pelayanan lebih daripada taat pada aturan. Bagi Yesus, manusia lebih penting daripada hukum dan aturan, walaupun semuanya itu tetap berguna bagi manusia demi keteraturan hidup.

Pagi ini, baiklah kita jujur bertanya diri; “Seberapa besarkah sikap iri hati di dalam diriku saat ini kepada orang orang lain dan terhadap miliknya? Apakah aku merencanakan sesuatu yang jahat kepada mereka yang tidak kusukai atau yang menyakitiku?” Hanya mau mengingatkanmu bahwa “iri hati, masakan dipelihara di dalam diri?”  Kamu bisa menghilangkannya jika kamu mau.

Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

**Duc in Altum***

Sumber: http://www.facebook.com/notes/gereja-katolik/renungan-pagi-iri-hati-masakan-dipelihara/10150306478972440

=============================================================================

Bacaan Injil, Luk 6:6-11
Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.

Leave a Reply

Required fields are marked *.