Fiat Voluntas Tua

2 in 1

| 0 comments

“Tuhan betapa bahagianya kami berada di tempat ini”

Bulan puasa biasanya paling sering jadi pilihan waktu kelompok/komunitas mengadakan retret. Lebih karena lebih praktis dan ekonomis, karena dapat harga diskon mengingat di bulan puasa sangat sedikit perusahaan yang mengadakan raker/pelatihan disekitar puncak atau sukabumi. Kali ini jadual retret ada dua di bulan puasa, tapi sedihnya jatuh pada hari weekend yang sama. Retret wajib bagi pewarta yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pewarta Mimbar diadakan BPK PKK KAJ di caringin Bogor. Sedangkan rekoleksi dan evaluasi Dewan Paroki Harian Blok Q di akhir masa kepengurusan diadakan di Cipayung, Bogor.  Bukan hal yang mudah bagi saya untuk memutuskan mana yang akan dipilih dan diikuti karena keduanya adalah konsekwensi sebagai pewarta dan pelayanan. 2 rekoleksi dalam 1 hari? duh… gak mudah untuk memilih.

Setelah saya menerima jadual kegiatan serta peta lokasi di dua tempat tersebut, saya merenungkannya dan membawanya dalam doa. Tuhan, kau tahu kerinduanku untuk menyenangkan hatiMu. Kau tahu aku tidak dapat berada di dua tempat sekaligus, tetapi akujuga tidak ingin mengecewakan mereka yang berharap akan kehadiranku. Setiap ketidakhadiran tentu ada konsekwensinya. Retret wajib pewarta memang mewajibkan kehadiran pewarta untuk menilai sejauhmana komitmen pewarta dalam pelayanan, selain mendapatkan pemahaman tentang arah pengembangan pewartaan dijaman kini. Evaluasi Dewan Paroki merumuskan apa yang baik dan perlu dilakukan oleh Dewan paroki yang baru agar pelayanan yang diberikan searah dengan Ardas KAJ. Bagaimanapun semuanya pasti ada didalam rencana Tuhan, saya siapkan diri untuk apapun yang dapat saya lakukan secara maksimal. Paling tidak kendaraan sudah siap seandainya saya harus wir-wiri antara dua tempat tersebut.

Pagi hari jam 6 semua anggota dewan paroki harian sudah berkumpul di pastoran. Wah, rupanya tim penjemput Romo Broto ke Caringin juga sudah siap ditempat. Karena Romo Moderator BPK Christ Purba SJ sedang memimpin WE ME, maka romo Broto bertugas memimpin misa dan membawakan sesi I.  Sambil berbisik romo Broto menyatakan ingin juga ikut rekoleksi dengan Dewan paroki. Hehehe… Akhirnya saya dapat teman juga nih. Bu Elly menawarkan saya untuk ikut ke Caringin dan setelah makan siang bisa bergabung dengan Dewan paroki. Mobil dan supirnya bisa dipinjam mengantar saya dan Romo Broto  katanya. Oh My God ! You are awesome!

Tidak terkatakan sukacita saya diantara kesejukan lereng gunung Gede juga menikmati Sakramen Ekaristi di Caringin, khususnya meresapi bacaan Injil hari ini. Alangkah bahagianya kami berada ditempat ini ! Semakin rindu menikmati kemuliaan Tuhan seperti para rasul yang mengalaminya di Gunung Tabor. Mereka yang telah memiliki pengalaman pribadi bersama Kristus, sudah tidak lagi silau dengan hal-hal duniawi. Petruspun tidak ingin turun kembali karena maunya menikmati kemuliaan Tuhan senantiasa. Tetapi pekerjaan Yesus belum selesai sehingga mereka harus turun dari gunung. Demikian pula kita tidak bisa berharap hanya bisa menikmati kemuliaan Tuhan saat mengikuti Sakramen Ekaristi. Kita harus siap untuk diutus pergi keluar membawakan Kabar Baik pada dunia disekitar kita.  Kita perlu juga melihat realitas bagaimana melakukan evangelisasi secara baru dengan tantangan yang begitu menggoda.

Semoga kita tidak hanya merindukan kemuliaan Tuhan saat Ekaristi. Tetapi kita sugnguh mewartakan Tuhan melalui perkataan, perbuatan dan teladan hidup kita. Biarlah kita serupa seperti bulan dan bintang yang tidak punya sumber cahaya, tetapi mengarahkan diri pada sang matahari, terang Kristus yang menyinari kehidupan kita senantiasa. Kiranya kemuliaan Tuhan semakin besar senantiasa.

======================================================================================================================================================

Bacaan Injil Mat 17:1-9

“ Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan. Lalu Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: “Berdirilah, jangan takut!” Dan ketika mereka mengangkat kepala, mereka tidak melihat seorang pun kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka: “Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.