Fiat Voluntas Tua

Follow Me

| 0 comments

“Engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ketempat yang tidak kaukehendaki”

Ada hal menarik yang saya amati saat membaca TL (Time Line: pembicaraan di twitter). Jadi senyum juga kalau ada yang mengetik “Folback” yaaa, maksudnya “setelah saya mem follow anda, follow saya kembali dong”. Di Twitter seseorang tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kita, kalau memang kita sendiri ‘tidak penting’ untuk di follow. You are nobody :D Malah kalau dirasa mengganggu yang bersangkutan, bisa-bisa justru di ‘block’ – putus hubungan deh… *gubrraag

Twitter menjadi pilihan banyak orang sebagai sarana social media yang cukup menantang dibandingkan Facebook. Bagi kelompok profesional, mereka yang bekerja di bidang media/jurnalisme, penulis, aktivis LSM dan mahasiswa sampai artis menggunakan Twitter sebagai tempat ‘mengetest’ seberapa jauh pendapat-pendapat mereka  dalam 140 karakter bisa diterima. Sebenarnya mirip juga dengan media yang sudah ada, televisi, radio dan media cetak, orang bisa saja berpendapat dan ada juga yang tidak setuju. Hanya bedanya di twitter, mereka yang bukan termasuk kalangan selebritis tetapi memiliki ‘pengikut’ atau follower banyak, umumnya dipilih karena kalimat-kalimat nya di TL cukup menggelitik dan membuat orang ingin tahu dan mem-follownya serta ikut berkomentar.

Hal serupa juga terjadi bagi kita sebagai pemimpin kristiani dan sebagai pengikut Kristus. By default, mereka yang sudah dibaptis disebut kristen karena mengikuti Yesus Kristus sebagai Gembala Agung. Yesus telah menunjukkan ketaatanNya untuk melakukan perintah BapaNya dan menyelesaikannya di kayu salib. Bacaan hari ini mengingatkan kita bagaimana Yesus meminta rasul Petrus menggembalakan domba-dombaNya. Siapa yang digembalakan Petrus? Tentunya rekan-rekannya sepelayanan, ditambah jemaat yang selama itu mengikuti ajaran Yesus. Apakah mudah? Tentu tidak, terutama karena Petrus telah menyangkal Yesus tiga kali. Ketakutannya mengakui diri sebagai pengikut Yesus   telah membuat ia gagal menggembalakan dirinya sendiri sebagai pengikut Kristus.

Ternyata Yesus yang sangat mengenal Petrus melihat jauh kedalam lubuk hati Petrus. Yesus tahu Petrus bisa melakukan hal yang lebih besar karena cintanya pada Yesus. Maka tidak salah kalau Yesus menanyakan sampai 3 kali untuk menyadarkan Petrus bahwa ia sebenarnya sungguh mengasihi Yesus. Yesus memberi pengampunan pada Petrus dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki dirinya agar dapat menggembalakan umatNya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita berani mengakui kelemahan kita dan mau memperbaikinya sebagai pengikut Kristus? Kesalahan tentu pernah dilakukan setiap orang, tetapi sebagai pengikut Kristus, beranikah kita mengakui kesalahan kita dan karena mengasihi Kristus berani untuk memperbaharuinya dan melanjutkan tugas untuk menggembalakan domba-dombanya?

Dari setiap kita pasti dipercayakan domba-domba yang lebih lemah dari kita, entah itu anak-anak kita sendiri, umat dilingkungan disekitar kita, atau murid-murid yang dipercayakan kepada kita di sekolah bahkan karyawan yang Tuhan percayakan kepada kita. Siapapun mereka, mereka akan melihat juga apakah kita layak untuk ‘diikuti’. Apakah perbuatan kita sejalan dengan apa yang kita ucapkan?

Demikian pula terlepas apa posisi kita, kalau memang kita mengakui sebagai pengikut Kristus serta sungguh-sungguh mengasihinya dengan menunjukkan perbuatan nyata yang sejalan dengan perkataan kita, pasti setiap orang ingin ‘digembalakan’ atau ikut ‘follow’.

Memang tidak mudah menjadi gembala. Saat kita masih muda, imannya mungkin belum bertumbuh, kita bisa mencari kesenangan dan berkeliling kemana-mana ketempat yang kita suka… makanya perlu digembalakan oleh para orangtua dan guru di sekolah. Petruspun digembalakan oleh Yesus sehingga imannya menjadi lebih kuat setelah sempat melakukan kesalahan. Dengan demikian bila  iman kita bertumbuh menjadi dewasa,  kita juga diberikan tanggungjawab dan kewajiban untuk menggembalakan dan membimbing mereka yang lebih muda (imannya) dari kita. Kita harus berjuang melawan keinginan daging, egoisme pribadi, apalagi emosi kita harus kita kuasai, sebagai tanda kasih kita kepada Kristus. Memang tidak mudah, maka tidak heran kalau ditemui orang-orang berumur tapi imannya rapuh; tetap masih perlu digembalakan padahal seharusnya mereka bisa menjadi panutan bagi kaum muda.

Merenungkan sabda hari ini, saya jadi teringat kejadian beberapa hari lalu dimana teman dan seorang romo bertanya, “Kok mbak ratna belum bagi-bagi renungan lagi? Mana nih, ditungguin di milis biar bisa dibagi-bagi juga.” Duuh, jadi timbul rasa bersalah… memang saya akui kesibukan di kantor menyita waktu dan energi; termasuk untuk membuat report, memimpin rapat dan mempersiapkan workshop selama 2 minggu ini. Sampai dirumah sudah habis tenaga hehehe… Ternyata tanpa saya sadari renungan pribadi yang saya tulis yang kemudian dibagikan ke beberapa milis, bertumbuh menjadi ‘kebutuhan’ yang dinanti-nanti orang lain, bahkan oleh mereka yang jauh lebih senior dari saya dan juga beberapa imam. Mungkin ini menjadi salah satu tanggungjawab  ‘penggembalaan’ via internet yang dipercayakan kepada saya secara tidak langsung. Janji deh, saya akan berusaha memenuhi milis dengan renungan lagi setiap harinya. Oh Lord, give me more strength …

Semoga anda, saya dan kita semua  senantiasa diberi kekuatan Roh Kudus untuk terus bertumbuh dalam iman dan mampu menggembalakan domba-domba yang dipercayakan Sang Gembala Agung kepada kita.

===============================================================================================

Bacaan Injil Yoh 21:15-19

“ Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.