Fiat Voluntas Tua

Hati yang Berbelas Kasih

| 0 comments

Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

 Mari Pupuk Hati yang Berbelas KasihDOKTER Tira Aswitama awalnya terpanggil menjadi relawan, ketika bencana tsunami meluluhlantakan Nanggroe Aceh Darussalam pada 2004 lalu. Ia berkata, ”Mendengar dan melihat bencana tsunami itu hati saya tergetar. Dengan izin orangtua, saya pun berangkat ke Aceh. Padahal saya waktu itu baru diwisuda menjadi dokter.”

Tinggal di Aceh selama dua tahun itulah yang mengasah jiwa Dr Tira. Ia mengaku, di dalam dirinya memang ada ”panggilan” untuk membantu sesama. Pengalaman dari Aceh itulah kemudian membuat ia mengambil keputusan yang lebih hebat lagi, yaitu pergi bertugas ke Sudan, Afrika.

Rupanya panggilan untuk menjadi relawan adalah segalanya bagi dokter muda itu. Bahkan untuk pergi ke negeri yang sedang dilanda konflik perang saudara itu ia harus menunda pernikahannya dengan seorang pemudi yang ia cintai.

Tentang pengalamannya di Sudan, ia berkata, ”Ada pengalaman menarik, ketika saya betugas di Sudan. Saya menolong seorang ibu yang akan melahirkan di tengah gurun dengan peralatan seadanya. Tidak hanya itu, suasana di sekitar makin mencekam, karena ada peristiwa tembak-menembak karena perang.”

Karena belum berpengalaman menolong orang melahirkan, Dr Tira mengaku terpaksa menelpon dosennya di Jakarta melalui telepon satelit untuk meminta ‘bantuan’.

Kita hidup dalam dunia yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Bencana alam yang sering menimpa dunia yang kita huni membuat hati orang tergetar untuk membantu para korban. Hati yang mudah tergetar ini mesti senantiasa dipelihara dalam hidup. Hal ini mampu membantu para korban untuk menghadapi hari-hari hidup mereka dengan lebih baik. Ada harapan dari para korban untuk melanjutkan hidup mereka.

Kisah dokter Tira memberi inspirasi kepada kita bahwa ia memiliki kasih sayang yang begitu mendalam terhadap orang lain. Kasih sayang itu mendorong dirinya untuk meninggalkan kesenangan dirinya sendiri. Ia rela mendahulukan kepentingan sesamanya. Ia memberikan dirinya untuk keselamatan hidup orang lain. Tentu saja ini suatu perbuatan yang indah yang mesti dilakukan juga oleh orang-orang lain.

Kalau dunia ini dipenuhi oleh orang-orang seperti dokter Tira, tentu dunia ini menjadi tempat yang damai. Banyak orang akan menemukan kebahagiaan dan sukacita dalam hidup mereka. Banyak orang terbantu untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dalam cinta kasih.

Sayang, belum begitu banyak orang yang mampu tergerak hatinya oleh penderitaan sesamanya. Banyak orang masih mengandalkan egoisme dan cinta diri yang berlebihan. Banyak orang terlalu mendahulukan kepentingan dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa sesama manusia juga membutuhkan uluran tangan dari diri mereka.

Karena itu, hati yang mudah tergetar oleh penderitaan sesama mesti selalu dipupuk terus-menerus. Dengan demikian, hidup ini menjadi sesuatu yang menyenangkan. Hidup yang damai menjadi bagian dari kita semua. Tuhan memberkat.

Romo Frans de Sales, SCJ

================================================================================================

Bacaan Injil, Mat 10:7-13
Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.

Leave a Reply

Required fields are marked *.