Fiat Voluntas Tua

Siap! Kami harus memberi mereka makan!

| 0 comments

“Mereka semuanya makan sampai kenyang.”

Ibu saya sangat menyukai  tas yang besar dan kuat, yang umumnya terbuat dari kulit agar awet.   Tapi yang membuat saya kagum adalah isi tas ibu itu lho. Seperti tas Doraemon layaknya, mulai dari  keperluan anak seperti permen mentos, wibert kalau gak davos, kadang ada mainan kecil terselip, tensoplast sampai obat merah dan tetes mata juga ada. Disamping perkakas perempuan terselip juga baju ganti anak. Maklum ibu senang bepergian dengan mengajak anak-anaknya yang berjumlah 7 orang. Ia ingin setiap anak menikmati kebersamaan, jangan sampai ada yang sakit ataupun masuk angin. Satu pergi semua anak ikut. Satu  anak sakit, semuanya tidak ada yang pergi.  Sehingga ada saja yang dilakukan untuk membuat  perjalanan nyaman sewaktu  kami masih kecil.

Ternyata  isi tas ibu tetap saja tidak berubah sampai kami dewasa dan berkeluarga. Saya baru mengerti ketika pada suatu saat mengikuti misa di gereja ada umat yang pingsan. Maka ibu-lah yang pertama-tama bangkit dan paling repot mengurusinya. Isi tasnya dikeluarkan semua seperti  obat gosok,   salonpas bahkan cologne 4711.

Ia selalu siap membantu siapa saja yang ia temui hari itu. Apakah itu pendeta, romo, suster, bahkan tukang-tukang  di  lapangan yang istrinya sedang sakit di kampung. Pasti dengan cepat ibu membuka tas Doraemonnya. Wah.. sungguh saya bangga punya ibu yang memikirkan orang lain lebih dari dirinya sendiri.

Ibu mudah tergerak hatinya melihat orang yang mengalami kesulitan, yang membutuhkan pertolongan. Ibu mengajarkan kami ber-welas asih bila melihat orang lain sedang bersusah hati.  Ia tidak saja mendoakan mereka, tetapi juga memberikan jalan keluar yang dibutuhkan. Ia tidak hanya memberikan makanan jasmani yang dibutuhkan, tapi  pasti tidak lupa mendoakan mereka dulu sebelum mereka pergi.  Tak bosan-bosannya ibu menceritakan kisah lima roti dan dua ikan. Ibu selalu mengingatkan jadilah seperti anak kecil itu, lakukan apapun bagi orang lain yang sedang susah, walaupun harus berbagi bekal yang  ada. Itulah hati yang dimiliki Yesus, Ia ingin murid-muridNya memiliki hati yang demikian sehingga Ia memerintahkan mereka untuk memberi orang-orang itu makan.

Sebagai pengikut Kristus, kita perlu belajar seperti anak kecil yang  memiliki kepedulian kepada keadaan sekitarnya. Ia mampu melakukan sesuatu bagi orang lain secara sederhana, berbagi dengan orang lain bahkan saat ia  tidak memiliki apa-apa kecuali bekal lima roti dan dua ikan. Tapi melalui hati yang tergerak oleh kasih Tuhan, yang terjadi tidak hanya pemenuhan kebutuhan, tapi juga sukacita melimpah bahkan sampai berlebih.  Memberi dengan tulus tanpa pamrih akan menghasilkan sukacita Ilahi, yang tidak terbayarkan dengan apapun selain rasa syukur pada Tuhan. Semoga kita selalu memiliki semangat berbagi, dan dengan tulus mau menolong siapapun tanpa pamrih, tanpa meminta balas jasa dan imbalan di kemudian hari.  Mujizat bisa terjadi karena ada orang-orang yang hatinya digerakkan oleh Roh Kudus untuk menolong membantu orang lain, bukan hanya seorang tapi banyak orang tergerak dan akhirnya menjadi gerakan berbagi dengan ketulusan satu dengan yang lain. Yang tersisa nantinya adalah 12 bakul penuh kedamaian dan sukacita.

Marilah kita gunakan setiap kesempatan untuk bertemu Tuhan saat kita melihat orang-orang yang kelaparan, yang membutuhkan pertolongan. Menolak mereka berarti juga menolak Tuhan yang lapar. Tidak hanya lapar akan makanan tapi juga lapar akan kasih sayang, akan keadilan dan akan kesetaraan. Semoga mata hati kita tidak tertutup dan berani menerima perintah Kristus: Siap ! Kami harus memberi mereka makan… bahkan sampai kenyang.

===============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 6:34-44

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawab-Nya: “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepada-Nya: “Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!” Sesudah memeriksanya mereka berkata: “Lima roti dan dua ikan.” Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.