Fiat Voluntas Tua

Tuhan …. Hantu…. Tuhan… Hantu

| 0 comments

“Aku ini jangan takut”

Baru bulan lalu kantor saya pindah ke gedung baru, kami menempati lantai 40 – 3 kali lebih tinggi dari tempat semula di lantai 12. Segala kegamangan terbayang-bayang setiap masuk lift dan memencet angka 40. Duuuh tinggi banget… kalau gempa gimana? Pengalaman saya paling banter turun tangga dari lantai 18.  Jadi belum pernah kan turun dari lantai 40? Mana sinyal BB byarpet jadi kalau ada emergency pun gak bisa telpon … walah! Deg-degan setiap turun dan naik lift. But i have no option lah…Gonjang-ganjing kehidupan di sekitar kita memang sering membuat miris.

Mau cari sekolah untuk anak, adakah yang bebas tawuran dan bebas dari kekerasan atau bullying? Ada tapi mesti rogoh kantong dalam-dalam dulu, biasanya mahal banget. Mau cari universitas dan tempat kost murah untuk anak, tapi adakah kampus yang bebas narkoba dan jauh dari seks bebas? Ada tapi bukan kampus papan atas. Mau naik kendaraan umum atau sepeda motor ditengah traffic yang luar biasa padat, apa bisa dijamin aman?  Naik lift saja belum tentu aman, bisa juga dirampok didalam lift. Perampasan mobil ditengah jalan jadi berita biasa. Apalagi penculikan dalam taxi serta pelecehan sexual di bis Trans Jakarta. Baca berita di media penuh bukannya tambah tenang, bisa-bisa bikin parno. Sedikit sekali dapat dijumpai ‘kabar baik’ dan menyenangkan.

Kalau melihat ini semua, mungkin lebih baik tidak keluar rumah yang justru membuat tambah ‘parno’, tapi tidak berbuat apa-apa juga bisa tenggelam dalam ketakutan serta ketidak pastian.  Betapa banyak orang merasa kesepian dan sendiri akhirnya memilih “game over’.  Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Sang Immanuel ada bersama kita, dengan mata iman kita terus memandang Dia yang senantiasa mengulurkan tanganNya walaupun gelap sekalipun minim harapan. Yesus yang masih berdoa di darat saja bisa tahu bahwa murid-muridNya sedang diterpa badai kok. Maka Ia langsung berjalan diatas air, tidak perlu menunggu hari terang menunggu kapal yang lain  datang (malah suruh mbayar lagi wkwkwk). Ia hadir tanpa menunggu semua keadaan sempurna. Ia hadir tepat pada saat murid-murid ketakutan setengah mati.

Pasti akan ada sapaan dan pertolongan yang datang untuk meneguhkan hati kita lewat orang-orang disekitar kita bilamana kita mengalami badai kehidupan. Kita tidak akan ditinggalkan sendiri terombang-ambing tanpa pengharapan, tanpa kepastian. Selalu ada penyelenggaraan Ilahi bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan tidak pernah terlambat bagi siapapun yang berharap kepadaNya.

Maka tidak heran kalau kita bisa menemukan orang-orang yang tetap tenang di saat menghadapi kesulitan, seperti para pastor, suster di berbagai kisah di daerah konflik dan bencana seperti di Aceh, Mentawai, Merapi dsb. Mereka berani memilih tinggal disana daripada mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Mereka memiliki ketenangan menghadapi badai kehidupan karena selalu menjaga jam doa mereka. Bagi mereka hidup untuk Tuhan, matipun untuk Tuhan. Sehingga apapun yang dihadapi semua dipakai untuk memuliakan Tuhan.

Mereka memiliki kedamaian dan ketenangan karena percaya pada penyelenggaraan Tuhan – Providentia Divina – sehingga mereka justru dimampukan untuk menolong orang lain terlebih dulu. Memang di saat menghadapi krisis sering tampak wajah asli orang-orang yang panik dan akhirnya menjadi egois dan tamak karena ingin menyelamatkan diri sendiri tanpa peduli orang lain, bahkan bisa menghalalkan segala cara agar mereka aman. Mereka tidak lagi melihat Tuhan dalam ‘badai’ kehidupan, malah kesempatan yang ditawarkan dikira hantu yang akan menghancurkan kita.

Iman percaya ternyata berlawanan dengan kebimbangan dan ketakutan. Semakin beriman dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan, semakin tenang lah kita. Di saat badai kehidupan melanda, ketergantungan kita pada Tuhan membuat kita mampu membedakan dan menjauhkan diri dari ketakutan. Kita tidak ijinkan ketakutan menguasai hati kita. Bahkan justru di saat sulit inilah kita mampu menemukan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan melalui perjumpaan dengan siapapun yang Tuhan utus. Maka bila badai kehidupan datang menghantam, yang perlu dilakukan adalah tinggal tenang dalam hadirat Tuhan. Dengan demikian kita justru dapat melihat Tuhan yang datang melalui siapapun yang menghampiri kita menawarkan pertolongan, bukannya menjadi ketakutan dan mengira orang lain datang menghantui kita dengan masalah-masalah baru. Dengan bantuan Roh Kudus kita mampu mengenali tawaran keselamatan yang diberikan Tuhan.

Semoga kita tidak menjadi benih ketakutan bagi orang lain sehingga meng’hantu’i kehidupan orang lain, tetapi justru orang mengenali kehadiran Tuhan lewat kasih, lewat compassion yg kita tunjukkan saat mereka menghadapi badai kehidupannya.

Hidup adalah petualangan…beranilah.

Hidup adalah misteri…..kuaklah.

Hidup adalah permainan… mainkanlah.

Hidup adalah perjuangan…hadapilah “ (Dr.Anthony D’Souza SJ: Proactive Visioner).

===============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 6:45-52

“Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.