Fiat Voluntas Tua

Harmoni Islam Agama Damai – Aloys Budi Purnomo Pr

| 0 comments

KETIKA mengikuti Islamic Studies di Fakultas Kepausan Teologi Wedhabakti, Yogyakarta (1996), dosen saya Prof Dr H Amin Abdullah, membuka pemahaman saya, bahwa Islam adalah agama damai dan mengedepankan harmoni. Karenanya, umat Islam berkewajiban membangun hidup dalam damai dan harmoni dengan siapa saja, semua orang, apapun agama dan keyakinannya. Seorang muslim sejati hidup dalam spirit of total submission to Allah, yang adalah damai.

Kata Islam berakar dari kata Arab, SLM, kata benda yang diturunkan dari aslama yang berarti penyerahan diri kepada Allah. Itulah sebabnya Islam bernuansa damai, harmoni, dan penyerahan diri. Islam adalah agama yang dilandaskan pada penyerahan total kepada Allah.

Meminjam gagasan Maryam Jameelah dalam Islam in Theory and Practice (Lahore, Sant Nagar, 1967:37), setiap orang yang menganut agama Islam disebut kaum muslim. Seorang muslim sejati tidak akan menjadi fanatik, tetapi cinta damai, mengedepankan harmoni dan rasa aman bagi sesama.

Dalam bahasa Arab, kata yang dipakai untuk harmoni adalah ta’aluf. Ta’aluf berarti keakraban; kekariban, kerukunan, dan kemesraan, dan saling pengertian. Kata lain untuk harmoni dalam bahasa Arab adalah tawafuq, artinya persetujuan,
permufakatan, perjanjian, dan kecocokan, kesesuaian, keselarasan (J Milton Cowan, ed, A Dictionary of Modern Written Arabic, London, Macdonald & Evans Ltd, 1974).

Islam juga agama yang toleran sebagaimana dihayati oleh Nabi Muhammad SAW setelah menaklukkan Makkah. Kala itu, Sang Nabi menegaskan kepada setiap orang, termasuk para musuh yang ditaklukkan, untuk tetap merasa nyaman dan aman. Bahkan, gereja-gereja dan sinagoga-sinagoga tetap boleh menyelenggarakan pelayanan dan ibadah mereka tanpa harus dirundung ketakutan.

Pengalaman Nabi Muhammad memberi gambaran dan pemahaman kepada kita mengenai citra wajah Islam sebagai agama damai dan harmoni. Nabi Muhammad dipilih Allah untuk mewartakan pesan damai dan harmoni. Dan itulah makna wajah Islam yang sesungguhnya, menjunjung tinggi toleransi.

Dr Haykal, ilmuwan dari Mesir, Direktur Islamic Studies di Madrid menegaskan, Nabi Muhammad adalah figur besar dalam sejarah kemanusiaan karena sikap dan sifat hidupnya yang mengagumkan. Karena Sang Nabi mengubah sejarah, menjadi contoh moralitas hidup bagi kemanusiaan sepanjang zaman (Pascal Paulus OP, Harmony in Islam, 2002: 161).

Dengan demikian, kehidupan Nabi Muhammad SAW memberi gambaran yang baik, indah, dan cerah kepada kita mengenai wajah Islam sebagai agama harmoni. Dialah model kehidupan bagi kaum muslim dan guru bagi kemanusiaan yang mengedepankan damai dan harmoni. Karenanya, saya sependapat dengan Jamal MA Al-Nessafi, Dubes Kuwait untuk Indonesia, pada tahun 2002, yang menegaskan bahwa most moslems in Indonesia love peace.
Langkah Strategis Agar wajah Islam yang damai dan penuh harmoni dapat ditampilkan di negeri ini, lima butir gagasan yang direnungkan Dr Rifat Sayid (Focus, 2002:162) seorang intelektual Mesir, politikus, dan jurnalis perlu menjadi langkah strategis tokoh-tokoh Islam di Indonesia.

Pertama; Islam harus dibebaskan dari tangan-tangan yang menyalahgunakan nama Islam demi kepentingan egoisnya yang justru mencoreng wajah Islam. Kedua; generasi muda Islam harus memegang idealisme, nilai-nilai dan prinsip-prinsip keislaman yang benar dan humanis.

Ketiga; intelektual Islam perlu bergandengan tangan membentuk dan menyusun masyarakat yang lebih manusiawi berdasarkan otoritas Islam. Keempat; dibutuhkan keberanian untuk menolak aneka pencampuradukan antara agama dan pemikiran-pemikiran keagamaan yang ekstrem, radikal, dan fundamentalis. Kelima; bekerja sama dengan media masa mentransformasi kehidupan dengan cahaya pemikiran dan otentisitas keislaman.

Semoga umat Islam di Indonesia makin menampilkan keaslian wajah Islam sejati sebagai agama yang mewartakan damai, harmoni, dan kerukunan di antara umat manusia. Mari kita hidup damai sebagai saudara-saudari yang sama-sama mewarisi iman Ibrahim leluhur kita, yang pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatannya dikenang pada Hari Raya Idul Adha. Selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H. (10)

— Aloys Budi Purnomo, rohaniwan, budayawan interreligius, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang

Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/11/16/130303/Harmoni-Islam-Agama-Damai

Leave a Reply

Required fields are marked *.