Fiat Voluntas Tua

Pertemuan Imam Keuskupan Bandung – Pastoral Orang Muda Katolik

| 0 comments

Selasa-Rabu, 5-6 Oktober 2010
di Pondok Mitra Pratista
PRATISTA

Silakan click: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/269/PASTORAL_ORANG_MUDA_KATOLIK

Bandung, Selasa, 5 Oktober 2010,  jam 17.00 dimulai acara Pertemuan Imam Keuskupan Bandung. Pst. Tarsi, SSCC mengawali pertemuan ini dengan doa pembuka, dan kemudian menerangkan rangkaian acara sampai selesai Rabu, 6 Oktober 2010. Pertemuan kali ini  membahas bidang pastoral Orang Muda Katolik (OMK) di Keuskupan Bandung. Karena itu Pst. Wahyu, Pr menyampaikan paparannya pada acara pertama.

Rama Yohanes Dwi Harsanto, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI mengisi acara-acara selanjutnya sampai Rabu siang.

Rabu, 6 Oktober 2010, jam 08.00 Rama Dwi Harsanto menyampaikan pengantar untuk pembicaraan dalam kelompok, yaitu harapan OMK pada pastor. Terhadap panduan untuk pembicaraan kelompok, saya sampaikan refleksi pribadi saya.

Orang Muda Katolik dalam Hati Imam Tuhan
Bantuan Refleksi Sessi II Oleh RD. Yohanes Dwi Harsanto, Sekretaris Eksekutif Komisi Kepemudaan KWI

HARAPAN OMK PADA PASTOR:
OMK mengharapkan pastor yang : punya hati untuk OMK: Mempercayai untuk mengembangkan diri; Bersahabat, Menghargai OMK (berterima kasih, memuji, mengakui keterbatasan:minta maaf, minta tolong); secara wajar tidak jaim, cool (tenang tidak merasa terancam oleh OMK), tidak pilih kasih pada kelompok tertentu; Menyapa – melibatkan OMK; menyediakan doa (DSA), sarana, waktu serta kehadiran untuk OMK sebagai ALASAN OMK BERKUMPUL & MENDAPAT MAKNA/NILAI. Agar Gereja Kristus diremajakan karena OMK mengalami Dia yang hidup. Pastor yang menanamkan nilai-nilai Injili pada OMK, yang menyiapkan estafet perutusan; Mau berpikir bersama OMK aktif utk membuat Gereja selalu berdaya pikat. Imam yang makin/tetap berdaya pikat bagi OMK kendati usia makin tinggi (Ini dimudahkan otoritas imamat), imam dg sikap damai-syukur-kudus. Bersyukurlah imam KB karena aktivis OMK KB selalu siap sedia diutus.

BERBAGI PENGALAMAN

I. Bersikap: Dengan MELIHAT KEMBALI SPIRITUALITAS PASTORAL

1.    Apakah motto tahbisanku?

Tahbisan imam: “Fiat mihi secundum verbum tuum!” (Luk 1:38)

Tahbisan Uskup: 1. Duc in altum (Luk 5:4) perintah Tuhan kepada para murid pada awal masa perutusan Tuhan; 2. Penggandaan lima roti dan dua ikan di Betsaida (Yoh 6:1-11) karena seorang anak mempersembahkannya kepada Tuhan untuk memberi makan kepada orang banyak.

2.    Bagaimana motto itu membentuk sikap dasar kasih-pastoralku terhadap OMK? (Mengingat kehasan OMK: gaya akseleratif, moody, pencarian diri, aktualisasi diri, butuh pendampingan).

Tahun-tahun imamat saya diisi dengan pendampingan para seminaris calon imam (1973; 1977-1983; 1990-1997; 1997-1998), OMK yang diproses menjadi “yang dituakan” (presbyter). Masa formatio Tahun Rohani di Semarang menjadi masa penegasan fokus pastoral dengan membangun sikap peduli, berbagi pada yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir dengan melibatkan orang muda Katolik melalui Pelayanan Sosial Garam dan Ragi Masyarakat (GARAM). Yang kemudian diteguhkan dalam pilihan pastoral Keuskupan Agung Semarang seperti tercantum dalam Ardas (2006-2010): pada Tahun Anak dan Remaja 2008: “Ekaristi, Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan” sebagai inspirasi untuk gerakan berbagi. Tujuannya: berbagi menjadi habitus umat (output) dan masyarakat (outcome).

II. Melihat  konteks Pastoral Nyata

3.   Mana keprihatinanku (kegelisahan) yang paling dalam untuk domba-domba muda ini? (bdk. 5 fokus pastoral KomKep: kepribadian, katolisitas/spiritualitas, profesionalitas/intelektualitas, kepedulian/kemasyarakatan, organisasi/kepemimpinan).

Dalam reksa pastoral di Keuskupan Bandung, melibatkan umat untuk membangun karya pastoral melalui Muspas, perumusan Ardas KB 2010-2014, memandu pelaksanaannya.

4.   Bagaimana OMK kutempatkan dalam fokus pastoral Paroki ( Keuskupan) di tempatku diutus sekarang? Bagaimana strategi khusus untuk OMK (pembagian tugas senior-yunior sebagai strategi/fokus ataukah  membatasi peluang pewartaan? OMK berhak atas pewartaan Injil dari imam usia berapa pun.

Formal: 1. Pelayanan sakramental Ekaristi, penguatan, tahbisan imam di berbagai paroki Keuskupan Bandung; 2. mendukung kegiatan, gerakan pastoral yang memberi peluang kepada kaum muda;

Informal: berelasi melalui MP, FB mengenali persoalan, keprihatinan dan sedapat mungkin membantu mereka untuk membangun masa depan mereka.

REFLEKSI

Berangkat dari paparan mengenai Pastoral OMK, saya sampaikan refleksi mengenai kehadiran Gereja Keuskupan Bandung di Jawa Barat:

-    Pst. Aaron, OSC mengemukakan pengalamannya,  betapa tidak mudah memadukan kelompok-kelompok dalam paroki, berhadapan dengan semangat kelompok yang tertutup dalam paroki. Yang dikemukakan adalah gejala penyakit umum masyarakat kita, yang disebut dengan “komunalisme”. Tesa, seorang pengurus OMK Keuskupan Bandung menjawab,  perlunya perubahan mentalitas.

-    Kenyataan dewasa ini: migrasi bangsa-bangsa (Cina, Jawa, Batak, Flores, Kalimantan) antar pulau telah dan sedang berlangsung dan tak terbendung: dilakukan oleh orang perorangan, keluarga muda, anak-anak, OMK.  Human trafficking bagian dari migrasi ini. Gerak migrasi tersebut juga terjadi di Jawa Barat, di mana Gereja Keuskupan Bandung berada. Muncul kebutuhan akan fasilitas umum: sekolah, tempat ibadat, pasar,  dll

-    Para migran tersebut merambah wlayah-wilayah yang memberi jaminan masa depan yang lebih baik, yaitu wilayah-wilayah industri: misalnya Puwakarta.

-    Berhadapan dengan suatu mentalitas komunalisme: suku (primordialisme), agama (fanatisme), ras (rasisme), golongan (geng, klik-klikan); peristiwa-peristiwa yang terjadi menunjukkan meningkatnya intoleransi di dalam masyarakat. Meski sudah ada PBM 2006, betapa tidak mudahnya mengurus perijinan membangun gereja/ tempat ibadat. Sekarang ini sedang digagas, dipersiapkan Rancangan UU Kerukunan Hidup Beragama, atau Rancangan UU Jaminan Kebebasan Beragama (Ps 29 UUD 1945). Perlu kita waspadai kecenderungan etatisme dalam perkara-perkara penghayatan iman.

-    Gereja yang kita bangun adalah Gereja yang kita percayai sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik; yang dikenali oleh Konsili Vatikan II sebagai sakramen persekutuan “communio trinitaris”, yang dalam realitas Asia tampil sebagai “a dynamic communion of community” yang berdialog dengan keragaman budaya, berbagai agama dan realitas kemiskinan.

-    Gereja yang misioner, mewartakan Kristus yang berhati dan berwajah Asia. Yesus itu “datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10) Bagaimana kita menceritakan Kristus sebagai pokok keselamatan  pada zaman sekarang melalui dialog tri-matra: dengan umat berbagai agama, dalam berbagai budaya, yang berada dalam kondisi kemiskinan struktural. Tema tersebut dioleh dalam SAGKI, 1-5 November 2010, di Wisma Caringin Bogor.

-    Perlu diupayakan pergeseran paradigma cara berada menggereja dan memasyarakat: yang “inward looking” menuju ‘outward looking”, yang eksklusif ke yang inklusif, dengan memupuk kesadaran menjadi bagian (“sense of  belonging”) pada Gereja Katolik di Jawa Barat. Dalam gerak pergeseran itu hendaknya Gereja, kita semua, berada di garis depan, yang mengambil sikap, bertindak untuk pertama kalinya.

LAIN-LAIN:

1.    BUKU PANDUAN UPACARA PERKAWINAN GEREJANI oleh Fons Bogaarts, OSC Yang diupayakan Pst. Bogaarts adalah jalan pintas mengatasi ketidakjelasan penyusunan panduan upacara perkawinan gerejani. Sementara kita menunggu terbitan KWI.

2.    HUMAN TRAFFICKING, oleh Yunanto dan Nunung, Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Bandung. Bekerjasama dengan lembaga yang lain Komisi Keadilan dan Perdamaian akan mengadakan Seminar tentang Human Trafficking pada Hari Sabtu – Minggu,  27 – 28 November 2010 di Paroki St. Michael Waringin. Jl. Waringin No 51 Bandung

Konkrit: para pastor hendaknya memperingatkan orangtua untuk memperhatikan anak-anak mereka, waspada terhadap penculikan anak yang mungkin terjadi. Menangkap peristiwa yang terjadi, menyusun narasi 5W1H, dan menyampaikan dalam jaringan advokasi terhadap perdagangan manusia.

3.    SAGKI 2010, 1-5 November 2010, oleh Pst. I. Eddy Putranto, OSC: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, hidup dalam kelimpahan. Gunakan metode naratif, yang cocok dengan Asia, menghadirkan Kristus di Asia, melalui triple dialog: agama, budaya, dan kemiskinan. Ajakan refleksi umat melalui panduan yang diterbitkan oleh Panitia SAGKI 2010. Partisipasi umat diwujudkan dalam suatu kolekte paroki untuk SAGKI 2010.

4.    PENUTUPAN TAHUN KELUARGA 2010: 26 Desember 2010, Pesta Keluarga Kudus, di Gereja Katedral Keuskupan Bandung. Penghargaan bagi keluarga ideal. Sertifikat pada keluarga yang anggotanya dipanggil hidup bakti, dan menjadi imam. Membentuk paguyuban  keluarga terpanggil. Refleksi: talkshow, sharing panggilan hidup keluarga dan khusus. Wakil dari paroki: suami, isteri dan anak, di tingkat paroki.

5.    RAKER KEUSKUPAN, 12-14 November 2010: Fokus Pastoral 2011 tentang Pemberdayaan Komunitas Basis. Sebelumnya, Raker Komisi Dewan Karya Pastoral (DKP) Keuskupan Bandung, 29-31 Oktober 2010.

6.    SUPERVISI PAROKI: telah dan sedang dilakukan di paroki-paroki Keuskupan Bandung oleh empat Tim Supervisi. Evaluasi dan Refleksi dari para pastor supaya ditulis menjadi masukan bagi DKP.

Bandung, 6 Oktober 2010

Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Bandung

Leave a Reply

Required fields are marked *.