“Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua”
Seorang teman pengurus sebuah ormas katolik menanyakan dimana bisa mendapatkan renungan harian romo Maryo. Setahu saya sebagai pengurus tentunya ia tergabung dalam milis ormas tersebut. Terkejut juga saya mendengar penjelasannya bahwa renungan harian pernah ada dalam milis tersebut, tetapi karena banyak yang tidak berkenan maka renungan tersebut di ‘remove’ dari milis. Alasannya sungguh tidak masuk akal karena sebagian anggota lainnya berpendapat “manusia tidak hanya hidup dari sabda saja….” Weleh … weleh.. harusnya ayat tersebut tidak di diskon tapi dibaca penuh : Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. (Mat 4:4).
Bertahan hidup dijaman ini tidak mudah, persaingan ketat dan segalanya mahal, apalagi bila manusia ingin hidup mengikuti jalan kebenaran. Banyak tantangan dan dibutuhkan perjuangan hanya untuk survive – apalagi untuk bisa bertahan hidup ditengah kota metropolitan dimana segalanya tidak gratis. Contohnya untuk mandi dan sikat gigi saja harus membayar. Tidak heran kalau kita sering mendengar berbagai kisah keprihatinan perjuangan hidup manusia untuk hidup dari hari ke hari agar dapat memberi makan anak-istri. Kalau hanya mengandalkan kemampuan diri saja, kita bisa stress – depresi. Tidak heran kalau Jesus sudah mengatakan bahwa manusia perlu Sabda dan roti untuk mempertahankan hidup.
Makanan jasmani memang diperlukan untuk tubuh manusia senantiasa tumbuh dan berkembang serta bertahan dari serangan penyakit. Tetapi makanan rohani justru diperlukan untuk membuat manusia menyadari kasih Tuhan, menanggapinya dan juga membagikannya bersama manusia lainnya. Sabda Tuhan seperti benih yang bila direnungkan dan diamalkan akan berbuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri.
Sehingga kalau manusia hanya menginginkan hidup hanya sekedar hidup, memang tidak diperlukan Firman atau Sabda Allah. Tetapi bila menginginkan hidup yang berarti bagi orang lain serta dipenuhi kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,kelemahlembutan, penguasaan diri maka mau tidak mau kita harus menyantap ‘Sabda Tuhan’ dan merenungkannya senantiasa sehingga bisa mengolah budi dan perilaku kita sampai menghasilkan ‘buah roh’. Sabda Tuhan menjadi hidup dan diwartakan melalui sikap, perilaku dan perkataan kita.
Kembali kepada sekelompok orang yang menamakan organisasinya berbasiskan ‘katolik’ tetapi tidak merasakan perlunya merenungkan Sabda Tuhan, saya tidak heran kalau ‘buah’ perbuatan dan karya dari organisasi tersebut nyaris tidak terdengar. Hal ini seyogyanya direnungkan kembali oleh para elit pengurus organisasi untuk senantiasa mencari semangat pewartaan dan pelayanan yang justru ‘menghidupkan’ roh organisasi tersebut. Tanpa Sabda Tuhan maka roh organisasi itupun pelan-pelan padam, kehilangan semangat, kehilangan spiritnya berjalan dengan waktu. Tuhan tidak lagi diagungkan, pelan-pelan yang muncul adalah ego para pengurusnya. Tetapi manakala api Roh Kudus tetap dijaga tetap menyala membakar semangat setiap pengurus dan anggotanya, maka biarpun terjadi pergantian pengurus, organisasi yang tidak meninggalkan Sabda Tuhan akan terus menyala-nyala dan menghasilkan buah perbuatan nyata.
Pertanyaan mendasar perlu dijawab oleh setiap pengurus : apakah orang-orang disekitar kita merasa kehilangan bila tidak ada organisasi katolik tersebut? Apabila jawabannya tidak, berarti komunitas tersebut belum memberikan nilai tambah – tidak adapun tidak membuat perbedaan. Wah, tugas berat para pemimpin untuk mencari ‘api’nya nih? Harus ‘retret’ sebentar untuk mencari apa yang dapat ‘membakar’ semangat setiap orang didalamnya. Inspirasi Kristus yang mana yang akan kita wartakan bersama? Semoga setiap komunitas yang mengakui dirinya katolik sungguh memahami apa artinya menjadi pengikut Kristus. Siap dianiaya, siap dikritisi, siap menyalibkan keinginan diri, siap menyalibkan egoisme demi kepentingan orang banyak, siap untuk tidak menjadi eksklusif, siap menegakkan kebenaran dan berani menghadapi pertentangan bila kebenaran dan keadilan perlu ditegakkan. Tidak mungkin kita bertahan hanya mengandalkan roti pengganjal perut semata, yang sebentar habis dan sebentar juga membuat kita lapar lagi. Sabda Tuhan tetap harus dikonsumsi sama seringnya dengan kita makan roti, agar kita senantiasa teguh dalam iman dan semakin sempurna seperti yang diharapkan oleh Kristus dalam doaNya – menjadikan kehendak Tuhan di bumi seperti didalam Surga.
=============================================================================================
Bacaan Injil Luk 9:18-22
“Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.”