“Hendaklah kalian selalu siap siaga.”
Kalau kita membandingkan kehidupan disekitar kita dengan kehidupan 15-20 tahun lalu, tentu bisa dilihat perbedaan yang mencolok tentang tingginya tuntutan pelayanan yang prima dan harus 24 jam, selain itu harus bisa dihubungi on-line lewat telpon dan internet serta akses off-line untuk dapat menerima walk-in customer. Segala kemudahan diberikan kepada para pelanggan agar mereka tidak ragu mengambil keputusan. Maka bermunculanlah berbagai jasa pelayanan 24 jam. Mulai dari apotik 24 jam karena orang sakit tidak kenal waktu – keluarga pasien juga gak mau juga diketok dengan obat yang mahal di RS. Jadi mereka punya pilihan lain. Ada rumah makan 24 jam, kok seperti melayani supir bis malam, atau mungkin ada yang ngelindur jalan keluar cari makan? Ada biro perjalanan yang membuka penjualan tiket pesawat 24 jam – padahal calon penumpang kalau mau (en kalau bisa) dapat akses lewat internet juga. Ada lagi fotocopy dan percetakan buka 24 jam – mungkin ingin menangkap mereka yang punya ide tengah malam, langsung dituangkan dan dicetak sebelum ‘dicuri’ orang dan hilang idenya dipagi hari.
Semua tuntutan ini membutuhkan infrastruktur yang kuat, baik sistem informasi sampai dengan perangkat komunikasi dan SDM profesional didalamnya yang bersedia bekerja 3 shift bahkan standby on call. Client-client kami terutama mereka yang diposisi manager, sudah pasti HP nya tetap ON walaupun di rumah. Panggilan mendadak dari lapangan harus cepat direspon. Kalau ada ATM rusak, ada sistem IT yang down, bahkan ledakan gas seperti kemarin harus bisa direspon cepat. Harus ada pengambilan keputusan yang cepat, kalau perlu memotong birokrasi demi tersedianya layanan bagi para pelanggan. Semua pihak dari lini depan sampai lini pendukung di garis belakang harus siap sedia 24 jam.
Kenapa kalau untuk bekerja bagi manusia kita bersedia ON CALL 24 jam, bersedia dihubungi kapan saja, tetapi takut menghadapi panggilan Tuhan saat membaca Injil hari ini? Kita mau mempersiapkan diri untuk sewaktu-waktu dihubungi atasan padahal mereka ini tidak menentukan masa depan kita di akhirat. Kita takut kalau sewaktu-waktu malaikat maut datang menjemput dan berkata “mbak/mas, dipanggil Tuhan Yesus tuh!” HHhhhmmm…. dulu saya juga takut kok, anda gak sendirian. Takut kalau sewaktu-waktu Tuhan datang memanggil kita pulang. Bukan takut saat ketemu Tuhan, tapi takut gak siap mau jawab apa saat Tuhan bertanya “Apa yang sudah kau lakukan bagiKu?” Rasanya kita belum berbuat apa-apa selama ini bahkan bertindak tidak pantas kepadaNya.
Tapi hal yang sama juga kita hadapi di bumi – ketidaksiapan saat berpisah dengan orang yang kita kasihi. Kita tidak siap saat orang tua atau pasangan kita meninggalkan kita terlebih dulu, rasanya kita belum sempat membalas cinta mereka. Yang lebih menyedihkan adalah bila kita belum sempat meminta maaf dan membuat mereka tersenyum. Saat mendengar wafatnya Romo Slamet, saya terdiam kaget dan shock. Saya tahu bagi penderita asma kronis seperti Romo Slamet, serangan jantung adalah pasangannya. Ia bisa datang sewaktu-waktu menjemput korbannya. Tapi tetap saja, saya dan banyak orang yang dekat dengan beliau, terhenyak mendengar berita duka ini.
Salah satu pembicaraan kami saat mengikuti kursus pastoral paroki di Puskat Jogya, membahas kira-kira mengapa orang baik selalu meninggal lebih dulu. Tuhan selalu memanggil pulang mereka yang hidupnya baik. Sehingga yang tersisa dan yang ditinggalkan di bumi adalah mereka yang jahil, jahat dan pendosa. Sambil becanda saya bilang, Tuhan itu adil mo, orang baik dipisahkan terlebih dahulu dari yang jahat supaya tidak terkontaminasi. Sedangkan orang jahat diberi kesempatan hidup lebih panjang lagi, siapa tahu satu saat nanti bisa menjadi orang baik. Tetapi satu hal yang saya sadari dengan kepergiannya, romo slamet memang membuktikan dia memang orang baik, paling tidak lebih baik dari saya karena ia lebih dulu meninggalkan kita semua.
Orang baik memang selalu mempersiapkan dirinya kapan saja siap ditugaskan, termasuk kapan saja siap dipanggil Tuhan. Ia selalu mengisi hari-harinya dengan syukur dan suka cita. Setiap hari yang baru adalah hari yang dirahmati bahkan kesempatan baginya untuk menjadi saluran rahmat Tuhan bagi orang lain. Gak heran kalau Tuhan ingin kita juga seperti ‘orang baik’, selalu siap ON CALL, siap diutus kemana saja, siap menolong siapa saja, siap mengubah diri menjadi lebih baik dan siap dipanggil pulang kapan saja. Betul kah kita siap ON CALL?
==============================================================================================
Bacaan Injil Matius 24:42-51
Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”