Fiat Voluntas Tua

Siap Bekal Hidup Kekal

| 0 comments

“Gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka”

Setiap kali naik pesawat kita selalu disuguhi peragaan keselamatan oleh pramugari. Inilah standar operasi di airline industry, yang juga seharusnya diperagakan di semua moda transportasi termasuk laut. Saya yakin anda yang sering naik pesawat pasti hafal apa yang akan diperagakan si pramugari. Bahkan tanpa sadar anda juga akan mengecek apakah pelampung masih tersedia di bawah kursi anda. Saking seringnya melihat maka andapun akan ikut memberi perhatian paling tidak pada kata-katanya.

Pernah dalam satu pesawat saya jadi cerewet meminta penumpang sebelah saya untuk mematikan HP nya. Dua kali saya peringatkan tidak ada tindakan nyata. Akhirnya saya pencet bel memanggil pramugari dan memberitahukan bahwa penumpang sebelah saya tidak mematikan HP nya. Pramugari itupun juga meminta penumpang tersebut mematikan HPnya dengan disertai tengokan dan lirikan penumpang-penumpang lainnya. Akhirnya si bapak dengan mendongkol sambil melotot pada saya mematikan HP nya. Well, ini aturan keselamatan penerbangan bung ! Kalau anda tidak mau selamat, jangan ajak yang lain juga dong. Come on !

Ada satu kalimat menarik yang selalu diucapkan pramugari diakhir peragaan keselamatan : Untuk penumpang yang membawa anak-anak, pasangkan masker oksigen pada diri anda dahulu, baru kemudian anda memasangkannya pada anak anda. Betul, sering terjadi kita ingin mereka yang menjadi tanggung-jawab kita (dalam hal ini anak-anak) harus diselamatkan dulu, tapi lupa bahwa diri kita sendiri belum sepenuhnya ‘aman.  Maunya menolong orang lain, malah bisa jadi tidak tertolong karena tidak menggunakan alat penyelamat diri.

Injil hari ini bukan mengajarkan kita untuk egois memikirkan keselamatan diri sendiri dan tidak mau menolong orang lain. Tetapi perikop ini mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri sendiri, bertanggungjawab atas keselamatan diri sendiri dulu sebelum menolong orang lain. Kita harus memastikan bahwa yang kita lakukan sudah sesuai dengan SOP aturan keselamatan, baru ikut menyelamatkan orang lain.

Jadi Kerajaan Surga menginginkan  setiap ‘anggota Kerajaan Surga’ harus mengenal  aturan yang ada yang telah ditetapkan oleh si Empunya – sang Tuan Rumah yang akan mengadakan perhelatan besar. Ia selalu bisa datang sewaktu-waktu, tapi juga selalu memberikan waktu dan kesempatan untuk  mempersiapkan diri masing-masing menjelang kedatangan Sang Mempelai. Yang disampaikan adalah berita keselamatan – bukan aturan keselamatan supaya tidak menjadi korban jiwa – tetapi berita keselamatan agar kita bisa selamat bisa menjadi anggota Kerajaan Surag dan hadir dalam perjamuan Anak Domba.

Maka marilah kita gunakan setiap kesempatan untuk memastikan bahwa masing-masing dari kita telah memahami dan melakukan persiapan seperlunya. Kita tidak lengah dan terlena, kalaupun sempat ‘tertidur’ kita cepat bangun dan mempersiapkan diri kembali dengan bekal-bekal yang telah disiapkan. Bahkan setiap menjelang tidur malam, kita bisa dengan siap berdoa ” Tuhan terima kasih untuk kesempatan kehidupan yang telah diberikan bagiku satu hari ini. Begitu banyak orang-orang yang kujumpai dalam sehari ini, kiranya Tuhan memberkati mereka. Saya tidak tahu kapan lagi akan berjumpa mereka, tetapi perjumpaan mereka telah menjadi berkat juga bagiku. Begitu banyak hal yang belum ku lakukan, semoga besok saya diberikan kesempatan untuk mewujudkannya, membawa rahmat bagi orang lain. Tetapi kalaupun tidak, saya tetap mengucap syukur untuk kesempatan yang telah diberikan,  untuk orang-orang yang telah mencintai kami, ampuni kesalahanku dan kekuranganku yang belum sempat diperbaiki. Kiranya semua kukembalikan kepadaMu. Apapun yang aku lakukan kukembalikan kepadaMu. Semoga semuanya dapat membesarkan KerajaanMu. Amin”

==============================================================================================

Bacaan Injil Mat 25:1-13
“Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.