Fiat Voluntas Tua

Pikiran Manusia vs Pikiran Allah

| 1 Comment

“Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia”

Tidak pernah ada seorang manusiapun yang bisa mengetahui pikiran orang lain. Mungkin bila bisa terlihat pikiran manusia ini seperti chip komputer yang tidak pernah berhenti mengolah jutaan data tiap detiknya. Tidak pernah berhenti selama si manusia itu beraktivitas. Ia berhenti berpikir hanya saat tidur. Tetapi dari mesin pikiran itu akan bisa diproduksi ribuan kata-kata dan akhirnya melahirkan tindakan-tindakan yang menyertainya.

Kita hanya bsia menduga-duga mengapa seseorang bertindak nekad, mungkin baru bisa memahami apabila berkesempatan bertemu untuk berdialog, kalau bukan interogasi seperti yang dilakukan polisi bila menemukan seseorang yang diduga sebagai tersangka pelaku kejahatan.Kita bisa melihat betapa buruknya pikiran manusia disekitar kita dengan melihat apa yang ditayangkan di media – kerusakan tatanan sosial masyarakat karena perilaku-perilaku buruk terjadi hampir dimana-mana dan semakin menjadi-jadi.

Salah satu cara mengetahui pikiran seseorang adalah dari perkataan-perkataan yang diucapkan dan dari tindakan yang dilakukan (ini kalau ketahuan). Seseorang yang selalu berpikiran negatif, pikirannya dipenuhi kosa kata negatif, sehingga apapun yang dilihat akan dinilai negatif. Ucapannyapun dipenuhi kata-kata negatif, mulai dari keburukan seseorang sampai berbagai hal yang ‘diduga’ belum tentu benar alias gossip tentang kejelekkan orang lain. Disisi lain mereka yang berpikiran positif, kosa katanya yang dimilikinya adalah kata-kata positif senantiasa. Bila melihat segala hal dihadapannya, maka ia memilih menggunakan kata-kata positif untuk menyatakan pendapatnya. Termasuk bila dia berada dalam pembicaraan tentang seseorang. Ia memilih melihat sisi baik orang lain, bandingkan dengan orang yang berpikiran negatif, ia pasti memilih kelemahan orang lain untuk dibahas.

Hanya kita sendiri yang mengetahui isi pikiran kita. Tetapi tanpa sadar kita pun membocorkan isi pikiran kita dengan menggunakan kata-kata yang otomatis pasti keluar dari mulut kita tanpa sengaja. Oleh karenanya berhati-hatilah dengan penggunaan kata-kata. Karena kata-kata yang sudah keluar, bisa menjadi pisau bermata dua, menyakitkan hati orang lain dan juga merugikan kita sendiri. Lalu bagaimana kita mengubah pikiran kita bila ingin senantiasa positif?

Lakukan percobaan singkat dengan segelas kopi. Tempatkan gelas berisi kopi tersebut dibawah air kran yang mengalir sampai tumpah. Diamkan beberapa waktu, dan perhatikan bahwa lama kelamaan air didalam gelas berubah pekatnya. Lama kelamaan  air kopi yang hitam pekat berubah menjadi bening kembali karena diisi air bersih yang mengalir mengisi gelas terus menerus.

Artinya segala yang dikeluarkan dari pikiran kita berupa kata-kata juga tergantung dari apa yang masuk ke dalam pikiran kita. Pikiran kita yang tadinya hitam pekat, negatif dan terkadang mesum juga, bisa diubahkan menjadi lebih bersih bahkan bening cemerlang kalau diisi terus menerus dengan segala yang baik. Apa yang kita baca, yang kita lihat dan kita dengar haruslah benar-benar hal-hal yang baik dan positif. Ikutilah seminar rohani dan bacalah buku-buku motivasi, tontonlah film yang menggugah semangat dan kepedulian. Kalau itu dilakukan terus menerus pasti pikiran kita dipenuhi segala yang baik. Buang segala bacaan dan tontonan yang tidak mendidik yang membuat sampah di pikiran kita dan hanya memproduksi kata-kata dan tindakan sampah juga.

Maka penting sekali kita memperhatikan apa yang dilihat juga oleh anak-anak kita. Kekuatan media bisa merasuk sampai ke sanubari anak-anak bila ditonton berjam-jam terus menerus. Mereka melihat dan terbiasa dengan kekerasan, maka mereka juga akan menirunya. Mereka merekam kata-kata yang dimunculkan di sinetron yang isinya sumpah serapah, ya seperti itulah yang akan terucap. Tapi kalau mereka lebih sering mendengar dan melihat bapak ibunya  menggunakan kata-kata dan kalimat yang halus, anak-anakpun dengan mudah menirukannya.

Injil hari ini menunjukkan pada kita bahwa pikiran kita bisa berubah-ubah seperti rasul Petrus – terkadang mengikuti pikiran Allah tapi terkadang tergoda juga ingin mencari enaknya sendiri – maunya hanya menang sendiri saja. Memang tidak mudah mengikuti pikiran Allah karena bertentangan dengan pikiran manusia pada umumnya. Bila mengikuti keinginan Allah pasti berhadapan dengan manusia-manusia yang tidak sejalan dengan pikiran Allah, sehingga kitapun harus siap dikucilkan, tidak populer dan bisa jadi teraniaya. Bisa dibayangkan kalau kita berada dikumpulan orang-orang yang semuanya berpikiran negatif, kita sendiri yang melawan, maka sudah pasti kita  disisihkan dan terbuang dari antara kawanan ini. Siapkah?

Rasul Paulus mengingatkan kita yang siap menjadi murid-murid Kristus untuk memilih dan melatih pikiran kita mendekati pikiran Kristus seperti tertulis  didalam Fil 4:8: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Kita sendiri merasa nyaman bila berada diantara mereka yang selalu berpikiran positif, punya harapan dan cita-cita dan visi yang luhur, jadi ikut bersemangat bila mengikuti pembicaraan mereka. Maka jangan puas hanya mencari dan berteman dengan orang yang demikian, tapi jadilah pencinta damai, yang juga mampu meneguhkan orang lain, menjadi terang bagi sesama, menjadi tempat bagi mereka yang letih dan lesu menghadapi kehidupan.Menjadi oase kehidupan bagi mereka yang tidak berdaya melawan kerasnya kehidupan.

Memiliki pikiran yang serupa dengan pikiran Allah hanya bisa dilakukan kalau kita memahami pikiran Allah melalui meditasi, memelihara hidup doa dan merenungkan sabdaNya terus menerus. Dengan demikian kalau mesin pikiran kita dipenuhi dengan seluruh sabdaNya, maka kata-kata dan ucapan kitapun pasti terpengaruh karenanya. Tidak ada lagi kata-kata sia-sia yang melukai hati orang lain, tidak ada lagi gossip dan membicarakan kelemahan serta keburukan orang lain. Itu semua hanya membuang waktu, sia-sia belaka. Tapi justru kita belajar untuk lebih mudah mengampuni dan terdorong mendoakan orang lain. Itulah dampak pikiran manusia yang dipenuhi oleh sabda Allah. Pertanyaannya sekarang ada berapa banyak manusia memilih memenuhi pikirannya dengan pikiran Allah?

===============================================================================================

Bacaan Injil Mat 16:13-23

“Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

One Comment

  1. Pingback: Bunuh Diri Bisa Terjadi Pada Siapa Saja | Ketaketik.com

Leave a Reply

Required fields are marked *.