Fiat Voluntas Tua

Que Sera Sera

| 0 comments

Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Setiap anak kecil pasti ditanya ” mau jadi apa kalau besar nanti?” termasuk kita juga akan bertanya hal serupa bila bertemu anak kecil. Kenyataan akan berbeda dengan jawaban yang diberikan anak-anak itu. Yang waktu kecil cita-citanya ingin jadi pilot, besarnya jadi sales asuransi. Yang kecilnya ingin jadi dokter, lho kok jadinya kontraktor. Ada juga yang kecilnya ingin jadi guru, malah jadi artis.

Apakah itu garis tangan? Nasib atau takdir? Yang jelas semua ibu doanya kurang lebih sama; mereka ingin anaknya tumbuh besar dengan sehat, tidak kurang sesuatu apapun. Mereka ingin anaknya menjadi anak yang berguna bagi banyak orang, berguna bagi bangsa dan negara. Itu doa klasik semua ibu, apapun agamanya. Ia ikut senang kalau anaknya menolong teman-temannya. Iapun akan sedih kalau anaknya memukul anak lain apalagi yang tidak bersalah. Ia akan bangga bila anaknya memiliki prestasi.

Maka akan jadi apakah anak kita itu nanti? tergantung sejauhmana sang ibu mendoakan dan mendampingi anak-anaknya. Tugas kita sebagai orang tua mengajari anak-anak untuk memberi, memberi contoh berbagi, menunjukkan cara berempati, membantu orang lain dan belajar menyatakan perhatian pada seseorang. Maka kalau kita bisa sesering mungkin mengajak anak-anak bertemu dengan orang-orang yang layak dibantu, tentu empati mereka tumbuh. Anak memiliki IQ, EQ dan sekarang ada SQ. Semua itu perlu dikembangkan agar seimbang. Percuma saja IQ yang tinggi tapi tidak punya hati dan kepekaan terhadap orang lain, percuma juga kalau tidak memiliki ketahanan terhadap stress dan perubahan. Ia akan menjadi anak yang lembek dan cinta diri.

Seorang ibu pun tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk jadi apa anak itu nanti.  Kalau sebagian besar profesinya dokter, gak berarti anaknya bakal punya ‘darah’ dokter. Demikian juga ‘nama’ maupun titel juga gak harus anaknya ikutin oom dan bapaknya. Biarlah kita senantiasa mendoakannya agar kehendak Tuhan yang nyata dalam kehidupan sang anak. Anak pun punya karakter dan talenta tersendiri yang perlu dipupuk dengan doa dan cinta. Que sera-sera, apapun yang terjadi biarlah kehendak Tuhan yang menjadi kenyataan.

===============================================================================================

Bacaan Injil Lukas 1:57-66

Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Kata mereka kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.” Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: “Namanya adalah Yohanes.” Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Leave a Reply

Required fields are marked *.