Fiat Voluntas Tua

Salib Yang Menyelamatkan

| 2 Comments

Pada hari Minggu, 29 Nopember 2009, seorang Bapak , bernama Yoh JP, bertanya kepada saya: “Bruder, di mana saya dapat membeli salib? Saya ingin memasang salib di rumah saya”. Bapak yang sudah saya kenal beberapa tahun itu termasuk keluarga miskin. Dan ia sekeluarga sudah minder di hadapan banyak umat Katolik di parokinya yang tergolong elite di Yogyakarta. Kalau hari Minggu, banyak mobil parkir sampai penuh di jalan-jalan, bahkan ada yang parkir cukup jauh dari Gedung Gereja. Orang miskin ini sudah bertahun-tahun hampir tidak ke Gereja mengikuti Misa, meski Bapak itu dibaptis sejak kecil karena keluarganya ortunya Katolik semua. Juga keluarga dari fihak isterinya juga Katolik semuanya. Sehari-hari Bapak itu bekerja sebagai tukang parkir dengan jadwal mulai pk 9 – 11 malam, yang diteruskan dengan kerja lagi, yaitu jaga malam. Itu pun penghasilan relatif kecil dan belum mencukupi. Kadang di siang hari ia masih bekerja sebagai pencari rumput untuk kambing orang lain atau kerjaan serabutan yang lain. ” Mencari Rp 30.000 sehari, sekarang sulit, Bruder”, begitu ungkapnya. Sementara anaknya 4 orang. Sementara biaya hidup makan-minum dan terlebih biaya sekolah sudah dirasa amat mahal oleh keluarga miskin.
Menjawab pertanyaan “di mana dapat dibeli salib”, saya sampaikan bahwa itu bisa dibeli di toko paroki ini-itu, atau di toko ini-itu yang kiranya dekat dengan rumahnya yang ada dipinggir sungai. Sementara untuk MCK (mandi, cuci, kakus) bersama sekampung, artinya MCK umum dan sumur umum. Rumah-rumah kecil-kecil yang terbilang daerah slum (kumuh).

Ternyata kerinduan Bapak Yoh J P  akan pribadi Yesus agar hadir dalam rumahnya yang meskipun kumuh, telah menjadi jalaran Yesus menyelamatkan hidupnya pada musibah yang dialaminya di hari Senin 30 Nopember 2009.


Kisahnya demikian, karena Bpk Yoh J P ingin memasang salib Yesus agar Yesus hadir dalam keluarganya yang akhir-akhir ini semakin dirasa berat permasalahannya, maka Bruder pada hari Senin berusaha mencari salib di toko barang-barang devosional dengan menginsyafi bahwa kalau Bpk Yoh J P membeli sendiri salib devosional itu dalam waktu dekat, jelas secara ekonomis tak memungkinkan. Syukurlah ada teman-teman Bruder yang kadang memberi sedikit dari uang sakunya untuk menolong yang miskin, dan dari uang itu Bruder dapat membeli sebuah salib sederhana.

Di Toko devosional tsb. Bruder harus memberi yang mana, apakah salib berdiri atau salib dinding? Nah, saya mencoba kontak dengan HP. Dan Bpk tsb mempunyai HP tua yang biasa dipakai untuk memudahkan orang-orang yang membutuhkan tenaganya agar mudah dihubungi dan memungkinkan ia mendapatkan penghasilan tambahan. Justru dari perkontakan itu, Bruder mengetahui bahwa Bpk tsb sedang mengalami keracunan.Setelah patung salib itu dimintakan berkat kepada seorang Pastor SVD yang dengan rela memberikan berkat dengan harapan dapat menjadi sarana doa penuh ramahat, juga dapat memberikan rahmat penyembuhan dari keracuanan tsb.

Ternyata, di rumahnya, Bpk tsb seorang diri ngringkel kesakitan, karena ia mual-mual, perut sakit melilit dan kepala pusing berputar-putar rasanya, begitu ungkapnya. Wah, keracunan. Bruder berpikir, kalau di bawa ke Rumah Sakit, biaya belum ada bagaimana??? Perlu ada langkah pertolongan segera. Kontak dengan seorang yang rupanya tahu mengatasi keracunan, tapi secara tradisional di pedesaan, katanya, segera diberi minum air kelapa hijau / degan ijo. Setelah Bruder mendoakan Bpk yang keracunan itu, Bruder pergi mencari degan ijo. Wah, ternyata harus tanya berkali-kali, di mana ada degan ijo dijual. Hampir satu jam keliling, akhirnya dapat juga. Harganya relatif mahal, tapi yang berarti, bapak tua penjual itu memberi rahasianya. Air kelapa tidak boleh dituang di gelas, dan harus tetap di dalam kelapa, dan sebelum diminum ditambah sedikit garam, lalu diminum dengan pipet / sedotan.

Begitu sampai kembali di rumah Bpk tsb. segera si sakit diminta minum air kelapa degan ijoi itu. Reaksi pertama, tenggorokan yang terasa panas dan kering, langsung nyesss terasa segar, katanya. Tetapi perutnya tambah melilit. E, rupanya reaksi, maklum Bruder tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bpk itu tambah mlungker tidurnya, seperti foto bayi di dalam kandungan itu.
Ternyata reaksi itu disusul dengan hilangnya sakit kepala yang pusing muter-muter, dan kemudian diakhiri dengan buang air besar, dan rupanya keluarlah racunnya bersama segalanya. Dan badan terasa pulih kembali, meski masih terasa lemah karena sehari belum makan dan minum. Segera minum air gula dengan sedikit garam beberapa gelas utk mengatasi dehidrasi, lalu setelah itu makan sedikit-sedikit.

Dari peristiwa itu, saya berefleksi: ternyata YESUS yang dirindukan dalam wujud patung salib sebagai simbolnya telah menyelamatkan hidup Bpk Yoh J P. Karena kalau ia tidak menginginkan salib tsb, tentu ia tidak ada yang menolong dalam keadaan seorang diri di rumahnya tanpa ada orang tahu bahwa ia sedang keracunan, gara-gara ia minum ramuan jamu kemasan. Tetapi justru karena salib itu, Bruder yang terkait dengan mencari salib untuk Bpk tsb., dan dalam kontak untuk urusan salib itu, mengetahui bahwa Bpk tsb sakit dan butuh bantuan. Sementara isteri dan anak-anaknya tidak ada di rumah semuanya.

Sekarang salib Yesus yang sudah diberkati / sakramentali itu sudah hadir di rumah Bpk Yoh J P.  Kita percaya, Yesus hadir dan terlibat dalam hidupnya yang rupanya dirasa berat olehnya dan ia merasa Yesus telah menyelamatkannya dari ancaman kematian akibat keracunan itu. Salib itu ibarat seperti ular tembaga Musa yang bila diangkat dan dilihat orang yang keracunan sembuh.

Bilangan 21
21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.
21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”
21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Yohanes 3
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bukan pertama-tama benda patung salib, tapi iman Gereja Katolik – doa pastor dan doa Bpk tsb, doa Bruder  dan doa kita semua agar Yesus hadir dan menyelamatkan dalam rahmatNya, itulah yang membawa pengalaman SALIB YANG MENYELAMATKAN.
Penulis: Br. Yoanes FC

Bapak yang sudah saya kenal beberapa tahun itu termasuk keluarga miskin. Dan ia sekeluarga sudah minder di hadapan banyak umat Katolik di parokinya yang tergolong elite di Yogyakarta. Kalau hari Minggu, banyak mobil parkir sampai penuh di jalan-jalan, bahkan ada yang parkir cukup jauh dari Gedung Gereja. Orang miskin ini sudah bertahun-tahun hampir tidak ke Gereja mengikuti Misa, meski Bapak itu dibaptis sejak kecil karena keluarganya ortunya Katolik semua. Juga keluarga dari fihak isterinya juga Katolik semuanya. Sehari-hari Bapak itu bekerja sebagai tukang parkir dengan jadwal mulai pk 9 – 11 malam, yang diteruskan dengan kerja lagi, yaitu jaga malam. Itu pun penghasilan relatif kecil dan belum mencukupi. Kadang di siang hari ia masih bekerja sebagai pencari rumput untuk kambing orang lain atau kerjaan serabutan yang lain. ” Mencari Rp 30.000 sehari, sekarang sulit, Bruder”, begitu ungkapnya. Sementara anaknya 4 orang. Sementara biaya hidup makan-minum dan terlebih biaya sekolah sudah dirasa amat mahal oleh keluarga miskin.
Menjawab pertanyaan “di mana dapat dibeli salib”, saya sampaikan bahwa itu bisa dibeli di toko paroki ini-itu, atau di toko ini-itu yang kiranya dekat dengan rumahnya yang ada dipinggir sungai. Sementara untuk MCK (mandi, cuci, kakus) bersama sekampung, artinya MCK umum dan sumur umum. Rumah-rumah kecil-kecil yang terbilang daerah slum (kumuh).
Ternyata kerinduan Bapak Yoh J P  akan pribadi Yesus agar hadir dalam rumahnya yang meskipun kumuh, telah menjadi jalaran Yesus menyelamatkan hidupnya pada musibah yang dialaminya di hari Senin 30 Nopember 2009.
Kisahnya demikian, karena Bpk Yoh J P ingin memasang salib Yesus agar Yesus hadir dalam keluarganya yang akhir-akhir ini semakin dirasa berat permasalahannya, maka Bruder pada hari Senin berusaha mencari salib di toko barang-barang devosional dengan menginsyafi bahwa kalau Bpk Yoh J P membeli sendiri salib devosional itu dalam waktu dekat, jelas secara ekonomis tak memungkinkan. Syukurlah ada teman-teman Bruder yang kadang memberi sedikit dari uang sakunya untuk menolong yang miskin, dan dari uang itu Bruder dapat membeli sebuah salib sederhana.
Di Toko devosional tsb. Bruder harus memberi yang mana, apakah salib berdiri atau salib dinding? Nah, saya mencoba kontak dengan HP. Dan Bpk tsb mempunyai HP tua yang biasa dipakai untuk memudahkan orang-orang yang membutuhkan tenaganya agar mudah dihubungi dan memungkinkan ia mendapatkan penghasilan tambahan. Justru dari perkontakan itu, Bruder mengetahui bahwa Bpk tsb sedang mengalami keracunan.
Setelah patung salib itu dimintakan berkat kepada seorang Pastor SVD yang dengan rela memberikan berkat dengan harapan dapat menjadi sarana doa penuh ramahat, juga dapat memberikan rahmat penyembuhan dari keracuanan tsb.
Ternyata, di rumahnya, Bpk tsb seorang diri ngringkel kesakitan, karena ia mual-mual, perut sakit melilit dan kepala pusing berputar-putar rasanya, begitu ungkapnya. Wah, keracunan. Bruder berpikir, kalau di bawa ke Rumah Sakit, biaya belum ada bagaimana??? Perlu ada langkah pertolongan segera. Kontak dengan seorang yang rupanya tahu mengatasi keracunan, tapi secara tradisional di pedesaan, katanya, segera diberi minum air kelapa hijau / degan ijo. Setelah Bruder mendoakan Bpk yang keracunan itu, Bruder pergi mencari degan ijo. Wah, ternyata harus tanya berkali-kali, di mana ada degan ijo dijual. Hampir satu jam keliling, akhirnya dapat juga. Harganya relatif mahal, tapi yang berarti, bapak tua penjual itu memberi rahasianya. Air kelapa tidak boleh dituang di gelas, dan harus tetap di dalam kelapa, dan sebelum diminum ditambah sedikit garam, lalu diminum dengan pipet / sedotan.
Begitu sampai kembali di rumah Bpk tsb. segera si sakit diminta minum air kelapa degan ijoi itu. Reaksi pertama, tenggorokan yang terasa panas dan kering, langsung nyesss terasa segar, katanya. Tetapi perutnya tambah melilit. E, rupanya reaksi, maklum Bruder tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bpk itu tambah mlungker tidurnya, seperti foto bayi di dalam kandungan itu.
Ternyata reaksi itu disusul dengan hilangnya sakit kepala yang pusing muter-muter, dan kemudian diakhiri dengan buang air besar, dan rupanya keluarlah racunnya bersama segalanya. Dan badan terasa pulih kembali, meski masih terasa lemah karena sehari belum makan dan minum. Segera minum air gula dengan sedikit garam beberapa gelas utk mengatasi dehidrasi, lalu setelah itu makan sedikit-sedikit.
Dari peristiwa itu, saya berefleksi: ternyata YESUS yang dirindukan dalam wujud patung salib sebagai simbolnya telah menyelamatkan hidup Bpk Yoh J P. Karena kalau ia tidak menginginkan salib tsb, tentu ia tidak ada yang menolong dalam keadaan seorang diri di rumahnya tanpa ada orang tahu bahwa ia sedang keracunan, gara-gara ia minum ramuan jamu kemasan. Tetapi justru karena salib itu, Bruder yang terkait dengan mencari salib untuk Bpk tsb., dan dalam kontak untuk urusan salib itu, mengetahui bahwa Bpk tsb sakit dan butuh bantuan. Sementara isteri dan anak-anaknya tidak ada di rumah semuanya.
Sekarang salib Yesus yang sudah diberkati / sakramentali itu sudah hadir di rumah Bpk Yoh J P.  Kita percaya, Yesus hadir dan terlibat dalam hidupnya yang rupanya dirasa berat olehnya dan ia merasa Yesus telah menyelamatkannya dari ancaman kematian akibat keracunan itu. Salib itu ibarat seperti ular tembaga Musa yang bila diangkat dan dilihat orang yang keracunan sembuh.

Bilangan 21
21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.” Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu.
21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”
21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.

Yohanes 3
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Bukan pertama-tama benda patung salib, tapi iman Gereja Katolik – doa pastor dan doa Bpk tsb, doa Bruder  dan doa kita semua agar Yesus hadir dan menyelamatkan dalam rahmatNya, itulah yang membawa pengalaman SALIB YANG MENYELAMATKAN.
Penulis: Br. Yoanes FC

2 Comments

  1. NEGERI PENUH DENGAN KETIMPANGAN ; ORANG MISKIN VS ORANG KAYA

    Fenomena menarik terjadi dipenhujung tahun ini. Setelah gonjang-ganjing menyoroti masalah penegakan hukum, kini guncangan kembali terjadi, kali ini dalam dunia ekonomi. Yaitu dirilisnya daftar 40 orang terkaya di Indonesia oleh majalah bisnis Fobes.

    Dari laporan terbaru majalah tersebut, rata-rata nilai total kekayaan mereka naik dunia kali lipat bila dibandingkan bulan desember tahun 2008. Dari US$ 21 miliar (sekitar Rp. 197,4 triliun) menjadi US$ 42 miliar (sekitar 394,8 triliun) tahun 2009.

    Tentunya ini akan menjadi bekal positif bagi pelaku perekonomian untuk menapaki tahun depan.

    40 Orang Terkaya Indonesia
    1 (1-2). R. Budi & Michael Hartono US$ 7 miliar
    2 (5). Martua Sitorus US$ 3 miliar
    3 (12). Susilo Wonowidjojo US$ 2,6 miliar
    4 (9). Aburizal Bakrie US$ 2,5 miliar
    5 (8). Eka Tjipta Widjaja U$S 2,4 miliar
    6 (6). Peter Sondakh US$ 2,1 miliar
    7 (4). Putera Sampoerna US$ 2 miliar
    8 (1). Sukanto Tanoto US$ 1,9 miliar
    9 (11). Anthoni Salim US$ 1,4 miliar
    10 (20). Soegiharto Sosrodjojo US$ 1,2 miliar
    11 (25. Low Tuck Kwong US$ 1,18 miliar
    12 (7). Eddy William Katuari US$ 1,1 miliar
    13 (13). Chairul Tanjung US$ 999 juta
    14 (23). Garibaldi Thohir US$ 930 juta
    15 (24). Theodore Rachmat US$ 900 juta
    16 (26). Edwin Soeryadjaya US$ 800 juta
    17 (14). Trihatma Haliman US$ 750 juta
    18 (baru). Ciliandra Fangiono US$ 710 juta
    19 (15). Arifin Panigoro US$ 650 juta
    20 (10). Murdaya Poo US$ 600 juta
    21 (baru). Hashim Djojohadikusumo US$ 500 juta
    22 (baru). Kusnan & Rusdi Kirana US$ 480 juta
    23 (27). Prajogo Pangestu US$ 475 juta
    24 (18). Harjo Sutanto US$ 470 juta
    25 (17). Mochtar Riady US$ 440 juta
    26 (39). Eka Tjandranegara US$ 430 juta
    27 (40). Ciputra US$ 420 juta
    28 (22). Hary Tanoesoedibjo US$ 410 juta
    29 (baru). Sandiaga Uno US$ 400 juta
    30 (baru). Boenjamin Setiawan US$ 395 juta
    31 (34). Alim Markus US$ 350 juta
    32 (21). Aksa Mahmud US$ 330 juta
    33 (31). Sutanto Djuhar US$ 325 juta
    34 (32). Kartini Muljadi US$ 320 juta
    35 (33). Soegiarto Adikoesoemo US$ 300 juta
    36 (35). George & Sjakon G Tahija US$ 290 juta
    37 (28). Paulus Tumewu US$ 280 juta
    38 (19). Husein Djojonegoro US$260 juta
    39 (baru). Bachtiar Karim US$ 250 juta
    40 (36). Kris Wiluan US$ 240 juta

    Ket: Angka dalam kurung peringkat tahun lalu.

    POTRET KETIMPANGAN SOSIAL

    Kemakmuran adalah tujuan pembangunan dan kemiskinan adalah kegagalannya. Bila kita liat daftar 40 orang terkaya tersebut, keadilan sosal yang selama ini kita damba-dambakan seakan-akan sudah tercapai. Namun disisi yang lain, kemiskinan merupakan wajah yang tidak dapat disembunyikan.

    Bila kita mengukur distribusi kekayaan dengan indeks Gini, akan semakin terlihat jelas jurang perbedaan antara sikaya dengan simiskin.

    Data BPS tahun 1998, Indeks Gini berada pada angka 0,32. Tahun 1999, naik menjadi 0,33. Terakhir pada 2005, naik lagi menjadi 0,34. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan maka semakin buruk distribusi pendapatanya. Dengan jelas terlihat jurang perbedaan antara orang miskin dengan orang kaya semakin melebar.

    Ironi!!! negeri yang banyak memproduksi Orang-orang kaya, ternyata banyak juga menghasilkan orang-orang miskin.

    Kekaaan para Taipan dari tahun ke tahun terus merangkak naik, Jutaan orang-orang miskin dan ribuan pengangguran pun juga makin tinggi.

    Akhirnya sulit bagi kita untuk tidak menyebut “kita adalah bangsa yang penuh dengan ketimpangan dan kepincangan.”

  2. ehm… bukan salib nya yg menyembuhkan ya :D
    tapi karena Tuhan sendiri yg bekerja…
    GBU

Leave a Reply

Required fields are marked *.