Fiat Voluntas Tua

Menjadi Kecil (dulu) untuk Menjadi Besar

| 1 Comment

Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

pc250022Diantara orang-orang yang pandai, pintar, terkenal dan kaya ternyata sulit sekali menemukan  kerendahan hati. Wajar lah kalau sebagian besar agak sedikit sulit dijumpai dan disapa, justru karena mereka sudah memiliki posisi tinggi dan ternama dalam masyarakat. Dinilai tinggi karena kepandaiannya, kecantikannya, kekayaannya dan mungkin juga karena prestasinya. Hal yang umum dicari dan dikenal sebagai tanda kesuksesan dalam keluarga, umumnya masih seputar ini juga. Tidak jarang dijumpai orang tua yang anaknya mendapat sekolah terbaik (dan termahal) agar anaknya juga  diharapkan berprestasi baik, mudah mendapatkan universitas terbaik dan akhirnya bisa dapat pekerjaan di perusahaan besar dan bergaji ajubilah besar.

Kita lupa mendidik anak-anak kita sendiri untuk memiliki sikap kerendahan hati yang seharusnya dibesarkan bersamaan dengan bertambahnya talenta, IQ dan kepandaian mereka. Tidak perlu di kursuskan atau diberi jam pelajaran dan guru khusus untuk mengajari mereka. Tapi anak-anak akan dengan mudah menirunya dari orang tua mereka untuk ikut menjadi rendah hati. Orang tua yang dalam tingkah lakunya sering melecehkan orang lain, melahirkan anak-anak yang juga tidak peduli kehadiran orang lain disekitarnya. Tetapi orang tua yang memiliki kemurahan hati, yang sering memberi perhatian, bantuan, sapaan bagi orang disekitarnya; maka dengan mudahnya anak-anak mereka akan meniru melakukannya. Coba anda perhatikan saat berada di foodcourt, bagaimana anak-anak orang lain memperlakukan baby sitter atau pembantu rumah tangga mereka, naah… seperti itu jugalah orang tua mereka memperlakukan para baby sitter dan para pembantu RT.

Perlu ada perhatian khusus untuk menanamkan nilai kerendahan hati secara sengaja mempraktekkannya didepan anak-anak bahkan mengingatkan mereka untuk senantiasa rendah hati, tidak menyombongkan kekayaan, kecantikan, kepandaian atau apapun yang mereka miliki. Kalau tidak maka umumnya anak-anakpun saling tidak mau kalah menyombongkan apa yang menjadi milik kepunyaannya diantara teman-temannya. Pernahkah anda  memperhatikan cara mereka bicara? Begitu satu anak mulai bicara “papaku begini-begini, mamaku begitu-begitu, aku punya ini dan itu”; maka anak lain pun tidak mau kalah untuk saling ‘terbuka’ memamerkan segalanya.

Tantangan bagi orang tua jaman ini adalah sulitnya mendidik dan menjadi teladan kerendahan hati. Hari ini kita diingatkan untuk tidak bosan-bosannya mengajarkan kerendahan hati, terutama bila kita tidak ingin melahirkan generasi yang cuek bebek terhadap keadaan sekitarnya. Menjadikan anak kita anak-anak manja dengan segala kemudahan dan fasilitas, yang justru membuat mereka sulit bergaul dengan orang yang ‘tidak’ memiliki fasilitas yang sama.

Padahal kerendahan hati adalah kunci menuju pintu kekekalan hidup, menuju Kerajaan Sorga. Bagaimana kita bisa menolong orang lain, memberikan makan yang kelaparan, memberikan tumpangan bagi yang membutuhkan, memberikan baju bagi yang telanjang kalau kita tidak memiliki kerendahan hati? Walhasil kita melakukannya hanya karena ingin ‘terlihat’ sebagai dermawan karena dilakukan tanpa disertai kerendahan hati. Ingin dicatat sebagai donatur, ingin terlihat ‘akrab’ dengan para petinggi Gereja, ingin dikenal sebagai pemuka umat…. bukankah itu juga yang sering ditonjolkan anak-anak kalau ingin tidak mau kalah dengan yang lainnya?

Rasanya tidak pernah dijumpai para santo-santa berkeinginan untuk menjadi ‘santo/santa’ dalam mengikuti jejak langkah Kristus dalam kehidupannya. Mereka justru menjadi ‘orang besar’ karena kerendahan hati yang menuntun mereka dalam ketaatan dan kesetiaan bertahan di jalan yang lurus itu. Marilah kita mengikuti teladan santo/santa pelindung kita masing-masing, yang tentunya sudah diberikan oleh orang tua kita dengan harapan agar kita meneladani mereka sebagai pengikut Kristus yang rendah hati.

==================================================================

Bacaan Matius 18:1-5, 10,12-14

Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”

Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.

“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.”

One Comment

Leave a Reply

Required fields are marked *.