“Jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi”
Kedudukan setiap orang sama dihadapan hukum. Undang-Undang tidak membeda-bedakan satu sama lain, siapapun yang terbukti melanggar hukum dinyatakan bersalah dan layak menerima hukuman karenanya. Tentu semua hukum ada maksudnya sehingga perlu dibuat dan dilaksanakan serta ditegakkan karenanya. Maka tidak heran kalau para jaksa bahkan hakim yang telah mengetahui segala isi Kitab Hukum pun bisa duduk ditempat yang berbeda, berbalik 180 derajat. Mereka yang tadinya duduk di sidang pengadilan sebagai para hakim dan para jaksa yang akan memutuskan hasil pengadilan, suatu saat pun bisa duduk (dan sudah ada beberapa diantaranya) berganti peran sebagai terdakwa.
Maka kita pun juga selayaknya tidak ‘bermain-main’ dengan hukum, bahkan membuat aturan sendiri dalam ukur-mengukur serta menghakimi orang lain di sidang ‘jalanan’. Itulah yang disebut Yesus sebagai kaum ‘muna’ yang hanya bisa membuat aturan tapi berlaku bagi orang lain, tidak untuk dirinya sendiri.
Lebih baik kita yang menjadi pengikutNya, belajar senantiasa taat pada Hukum Kasih yang diajarkanNya: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa dan akalbudimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Mari kita belajar mengamalkannya pada semua orang, termasuk mereka yang tidak dapat ‘mengasihi’ kita, mereka yang sering melecehkan dan menyakiti hati kita. Orang muna tidak akan mampu melakukannya, karena ia tidak bisa mengasihi orang lain kecuali dirinya sendiri. Jangankan mengasihi orang lain, ia lebih mudah menyalahkan orang lain sebelum memeriksa kesalahan dirinya sendiri. Oleh karenanya kita perlu mengasihinya, membalasnya dengan kasih Kristus. Lebih baik kita lebih dulu mengasihi orang lain, sebelum kita terperangkap menjadi muna.
===============================================================================================
Bacaan Mat 7:1-5
“Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”