Fiat Voluntas Tua

Sulitkah membangun kebiasaan anak untuk berelasi dengan Tuhan?

| 0 comments

Suatu saat di pagi hari menjelang berangkat kantor, Devin, nama anak ini, bilang pada Mamahnya, Caroline, “Mam, doa malaikat Tuhan dulu ya, sebelum berangkat!” Anak itu baru berusia 2 tahun. Mamanya kaget, terbata bata dia menjawab, “Iyaaa, Devin, ayo kita berdoa ya…” Caroline dan anaknya, Devin akhirnya berdoa bersama, meski Devin belum mandi.

Saudara saudaraku terkasih, anak itu begitu saja bisa  mengajak mamanya berdoa. Dari manakah asal usul gagasan anak yang masih berumur 2 tahun ini? Setelah ditelusuri ternyata David dan Caroline sudah mengajak anak ini berdoa sejak kehamilannya diketahui positif oleh pasangan muda ini. Mereka selalu bertiga berdoa sejak kehamilan berlangsung. Setelah melahirkan, anak ini juga dibiasakan mendengarkan lagu klasik dan mendengarkan cerita cerita kitab suci, dan tentu tidak kalah pentingnya, anak ini selalu diajak bersyukur sebelum dan sesudah makan, mau minum susu, mau bobok, juga kalau lagi sakit diajak berdoa untuk minta kesembuhan. Saat mandipun anak ini diajak untuk berterimakasih atas air yang berlimpah.

Apakah sulit membangun kebiasaan anak untuk berelasi dengan Tuhan? Kesulitan itu pasti ada. Namun apakah kita akan berhenti pada kesulitan itu lalu tidak berbuat sama sekali? kesulitannya tidak lain adalah kebiasaan berelasi dengan Tuhan itu berkebalikan dengan kecenderungan kita yang lebih suka berelasi dengan pribadi yang sungguh sungguh menguntungkan dan menyenangkan. Sementara berelasi dengan Tuhan itu penuh ketidakpastian, karena kita tidak tahu kapan Tuhan menjawab dan bagaimana Ia menjawab. Dalam ketidakpastian itu ada godaan kita untuk meragukan Tuhan, “apakah Tuhan akan mendengarkan, apakah Tuhan akan sungguh sungguh bersikap baik kepada kita. Keraguan itulah yang menyulitkan diri kita sendiri, sehingga kita kerap kali cepat cepat mundur. 

Agar kita mampu berdoa, tidak lain mesti minta Allah untuk mencurahkan Roh Kudus-Nya agar kita mampu berdoa, berseru, “Abba ya Bapa” (Rm 8).Bagaimana Roh itu dicurahkan kalau kita sendiri tidak meminta-Nya? Tuhan begitu menghargai kehendak bebas kita, karena itu Roh itu tidak otomatis akan diberikan begitu saja. Roh itu mesti diminta. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”(Luk 11:13) Roh itulah yang memampukan kita bertekun dalam membangun relasi dengan Allah Bapa sehingga tumbuhlah pengharapan kepada Allah, bukan lagi malah keraguan yang mewarnai sikap batin kita.

Dengan membangun kebiasaan berdoa itu, ternyata dalam usia 2 tahun pun, anak itu sudah terlihat “mendidik” orang tuanya untuk belajar berdoa. Itulah orang tua yang mesti belajar dari “anak”, tidak hanya anak belajar dari orang tua. Jadi, dengan membangun kebiasaan berelasi dengan Tuhan, kita juga sebenarnya menciptakan “ruangan yang hidup” agar Roh Kudus berkarya dalam diri anak anak, juga dalam diri kita? Itulah artinya kalau kita mau mengakui diri sebagai “Bait Roh Kudus”.

Semoga makin banyak keluarga kristiani yang berjerihpayah dan bertekun membangun kebiasaan untuk berjumpa, berbicara, dan berelasi dengan Tuhan sendiri…!

Have a nice and blessed today!
blasius slamet lasmunadi pr

Leave a Reply

Required fields are marked *.