“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Renungan hari ini merupakan refleksi saya setiap menghadapi kesulitan dalam memilih mana kehendak Tuhan dan keinginan saya. Sungguh kata-kata diatas ini adalah ucapan yang paling berat dalam doa saya. Suatu ungkapan penyerahan total, menyerahkan segala keinginan pribadi, harapan bahkan impian dari keadaan yang nyaman dan berpihak kepada kita. Menolak semua harapan dan keinginan pribadi dan menyerahkannya kembali kepada Tuhan. Bukan keinginan kita yang terjadi dan dikabulkan Tuhan, tapi justru kita meminta rencana Tuhan yang terjadi dalam situasi kita dan sambil deg-degan menanti situasi yang justru tidak kita harapkan yang terjadi.
Kalau saya menengok hidup saya 5 bulan lalu, rasanya saya tak percaya dengan apa yang saya hadapi saat ini. Ucapan Bunda Maria ini sungguh berat saya daraskan ditengah tantangan yang saya terima, sempat maju mundur saat melihat nama saya tercantum dalam Daftar Caleg Sementara. Maju kena mundur kena, maju pasti berat mundur berarti menjauh dari visi. Mending kalau jadi pasukan komando yang disangoni peta dan bedil lengkap dengan amunisinya. Satu lawan seribu seperti rambo pasti siap lah.
Tidak pernah terbayang bagi seorang remaja Maria bahwa akibat berkata “Jadilah kehendakMU” maka kehidupannya sebagai remaja putri mendadak sontak berubah. Tidak lebih mudah, tapi justru sangat sulit. Hamil diluar nikah ! Hukuman rajam membayang didepan mata ! Tapi ia begitu tabah dan percaya bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik maka ia berani menghadapi segala resiko dan tetap memilih berjalan pada rencana Tuhan.
Demikian juga saat kita berserah pada jalannya rencana Tuhan dalam hidup kita, bersiaplah untuk menghadapi berbagai tekanan dan situasi yang jauh dari harapan. Tapi dibalik itu semua, rahmat luar biasa telah disediakan bagi kita yang setia. Begitu banyak penghiburan-penghiburan akan disediakan bagi kita yang setia. Sama seperti yang dialami Bunda Maria dalam mendampingi rencana Tuhan melalui Putra Tunggalnya.
Saya menemukan kebahagiaan kecil saat berjumpa berbagai komunitas baru yang bisa dikatakan sulit ditembus ‘orang luar’ justru di saat sosialisasi seperti ini. Kalau saya bukan caleg mana bisa ada alasan untuk bertemu dengan mereka. Sayapun berharap agar mereka tidak menganggap saya hanya datang saat kampanye saja untuk membutuhkan suara mereka. Bertemu dengan komunitas gay, kelompok musik underground, kelompok gali dan preman pasar dan angkot, seperti mendengarkan suatu jeritan tak bersuara.
Maka saat saya menerima email seorang konstituen yang bertanya “apa untungnya kalau saya pilih ibu?”, saya pun tidak bisa menjawab apa-apa. Saya terdiam dan bertanya, untuk siapakah saya jalani ini semua? Saya juga tidak dapat berbuat apa-apa saat beberapa lingkungan menolak saya untuk melakukan sosialisasi dengan berbagai dalih. Lain kali saja, ini pertemuan APP. Well … there will be no ‘lain kali’ : D Saya yakin saya tidak bisa memenuhi harapan semua orang. Tapi satu hal yang menjadi fokus saya, Tuhan datang bagi yang miskin, lapar dan terhilang. Semoga saya bisa menjadi kuping yang mendengar mereka, tangan yang menjangkau mereka, mulut yang berbicara bagi kebutuhan mereka.
Semoga kita memiliki kerendahan hati menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan menerima segala kekurangan kita. Karena dengan mengenali keterbatasan kita, kita mengandalkan rahmat Bapa Di Surga, seperti Bunda Maria berkata….terjadilah padaku menurut kehendakMu, apapun konsekwensinya. Aku ini hamba Tuhan.
===============================================================
Bacaan Luk 1:26-38
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
1:38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
March 27, 2009 at 5:46 am
Ibu Ratna,
Indah renungan ibu, apa adanya dan nyata kita hadapi sehari hari. Pada tingkat tertentu, mudah mengatakan jadilah KehendakMu, dan bagi saya tantangannya adalah mengetahui manakah kehendakNya yang harus saya ikuti, saat saya harus membuat keputusan.
Ada pengalaman yang pernah Ibu Ratna alami? apakah ada tanda-tanda tertentu, atau ?
Terima Kasih
March 27, 2009 at 7:01 am
Terima kasih commentnya pak Adi, memang tidak mudah mengenali kehendak Tuhan apalagi bila kita merasa pintu-pintu harapan terasa tertutup. Well, tetap carilah mungkin ada jendela terbuka, karena disitulah kita bisa memiliki jalan yang lain. Sulitnya memang jalan Tuhan berbeda jauh dengan jalan pikiran kita, berbeda jauh dengan harapan kita. Dan yang pasti… tidak pernah mudah.
Pengalaman saya wah… buanyak banget. terutama dari pertemuan sehari-hari dengan berbagai macam orang juga dalam situasi suka dan duka. Kita tidak bertanya ‘why me’ tapi kita bersyukur bahwa pasti Allah menghendaki kita berbuat sesuatu melalui berbagai kesulitan. Nikmatnya adalah saat kita menerima berbagai penghiburan dari Tuhan melalui berbagai peristiwa sederhana, seperti dukungan doa via SMS, sabdaNya, terima kata2 bijak via email dsb. Buat saya penghiburan ini adalah tanda bahwa saya tidak salah jalan. Berkah Dalem