Fiat Voluntas Tua

Serahkanlah Diri Kita

| 1 Comment

Ketika Papi saya meninggal di Jakarta saya sangat tidak siap. Tidak siap pertama, karena Papi meninggal persis ketika saya keluar rumah menuju bandara Manado hendak ke Jakarta untuk mendampinginya. Tidak siap kedua, ada rasa bersalah tidak mempersiapkan  Papi kembali  pada Sang Pencipta.
Perasaan tidak siap saya tergantikan rasa syukur yang mendalam ketika mendengar cerita Mami dan kakak2 bahwa Papi pergi justru pada saat yang sangat siap. Selama di RS, dua minggu sebelumnya Papi terima Sakrament Pengampunan, sesudah itu Papi dan Mami saling meminta maaf jika ada kesalahan sewaktu hidup bersama. Papi juga sempat terima Sakrament orang Sakit beberapa hari sebelum wafat. Sehari sebelum meninggal, Papi menerima Sakrament Ekaristi. Dan kepergian Papi diiringi doa penyerahan dari istri, anak dan cucu. Papi benar-benar siap menghadap Bapa-nya. Keadaan damai Papi terlihat dalam jasadnya. Selama 4 hari jasad ditahan agar menunggu HUTnya ke-75 yang tinggal 4 hari lagi,  selama 4 hari itu jasad Papi bersama kami, senyumnya tidak berubah, jelas terlihat para pelayat merasakan disapa untuk terakhir kalinya. Tidak ada bau, tidak ada cairan apapun yang keluar dan tidak ada kesan menakutkan padahal jasadnya tergoncang selama perjalanan, dari rumah sakit ke rumah kakak, semalam disemayamkan lalu ke bandara, di kargo pesawat diperlakukan layak barang mati. Papi meninggalkan kesan dan pesan mendalam. Hidupnya diberikan untuk pelayanan Gereja, negara dan keluarga. Maka tidak heran kepergiannya menyedot pelayat umat tersederhana sampai petinggi Gereja dan Pemerintahan.

Hidup itu dirancang sejak kita masih bayi. Jika diarahkan ke-hal yang baik, ia akan bertumbuh semakin baik, jika diarahkan ke-hal yang tidak baik, ia akan bertumbuh menjadi tidak baik. Mulailah mengawali hidup dengan baik, maka kita akan mengakhiri hidup  dengan happy ending.

Injil hari ini berbicara bagaimana kehidupan Yesus diawali dengan baik, Yesus dipersembahkan di Kanisah.
22Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalaem untuk menyerahkan- Nya kepada Tuhan, 23seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,
Ibu dan Bapak Yesus menyerahkan secara resmi Putera mereka sejak kecil ke Rumah Tuhan agar menjadi Milik-Nya. Mereka menyadari langkah awal itu penting, arahkan hidup pada Tuhan maka Ia akan menyertai keseluruhan hidup anaknya. Hidup kitapun seharusnya demikian, sejak kecil sebaiknya orang-tua membiasakan diri menyerahkan anak ke dalam Rumah Tuhan.

24dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Penyerahan diri harus diikuti dengan pengorbanan. Penyerahan diri pada penyelenggara ilahi bukan berarti semua akan beres tanpa pengorbanan. Justru pengorbanan harus menyertai penyerahan diri itu, sehingga menjadi lengkaplah penyerahan diri kita. Berserah diri artinya siap melakukan apapun yang diminta-Nya dari kita, pun ketika kita harus membayar dengan harga mahal. Bandingkan pengorbanan Yesus di Kayu Salib.

25Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel.
Simeon adalah contoh orang yang menyerahkan hidupnya bagi Allah. Ia setia menunggu kedatangan Juru Selamat. Bagi orang seperti ini Allah tidak pernah setengah-setengah memberi Diri-Nya. Bahkan Allah memberi Roh Kudus baginya.
Roh Kudus ada di atasnya 26dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 27Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, 28ia menyambut Anak itu dan menantang-Nya sambil memuji Allah, katanya: 29″Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 30sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 31yang telah Engkau sediakan dihadapan segala bangsa, 32yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu,Israel. ”
Orang yang berserah pada Allah membiasakan diri mendengar rencana Allah bagi dirinya dan membiarkan dirinya dituntun Roh Kudus. Simeon membiarkan dirinya dituntun Roh Kudus datang ke Bait Allah, di sana ia bertemu dengan Juru Selamatnya, yang akhirnya bisa memberi kesiapan batin untuk kembali pada-Nya dalam damai sejahtera. Kitapun jika membiasakan diri berserah bagi Allah, Ia akan selalu menuntun kita untuk selalu kembali pada jalan keselamatannya, hingga kita siap menghadap-Nya kembali.

Saudara, pernahkah kita menanyakan pada diri kita sendiri, kapan kita diserahkan dalam Bait Allah oleh orang-tua kita? Jika kita tidak ingat lagi, baiklah juga kita datang kembali ke rumah Tuhan dan menyatakan diri, “Tuhan, saya datang menyerahkan diri saya pada-Mu. Terimalah saya, tuntun dan pakai saya menjadi orang pilihan-Mu”. Jika kita telah berserah pada-Nya, siapkanlah diri kita untuk selalu berkorban agar semakin layak menerima tuntunan Roh Kudus.
Semoga.
Jansi

=============================================================================================

Bacaan Lukas (2:22-40)

Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Taurat Musa, Maria dan Yusuf membawa Anak Yesus ke Yerusalem untuk menyerahkan- Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan, “Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah”. Juga mereka datang untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Waktu itu adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh hidupnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel; Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Atas dorongan Roh Kudus, Simeon datang ke Bait Allah. Ketika Anak Yesus dibawa masuk oleh orang tua-Nya, untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, Simeon menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya, “Sekarang Tuhan, biarlah hamba-Mu ini
pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Yusuf dan Maria amat heran akan segala sesuatu yang dikatakan tentang Anak Yesus. Lalu Simeon memberkati mereka, dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu, “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel, dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan — dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri — , supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Ada juga di situ seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer, namanya Hana. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah menikah, ia hidup tujuh tahun bersama suaminya, dan sekarang ia sudah janda, berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Pada saat Anak Yesus dipersembahkan di Bait Allah Hana pun datang ke Bait Allah, dan bersyukur kepada Allah serta berbicara tentang Anak Yesus kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Setelah menyelesaikan semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah Maria dan Yusuf serta Anak Yesus ke kota kediamannya, yaitu Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

One Comment

  1. terima kasih untuk penulisannya, semoga terus memberkati orang lain. God Bless

Leave a Reply

Required fields are marked *.