Fiat Voluntas Tua

Cangkul yang Dalam

| 0 comments

Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah

Kalau saya boleh mengingat-ingat lagi bagaimana almarhum ibu wanti-wanti, mungkin menjadi litani yang sangat panjang. Maklum anak perempuan sulung pula, adiknya saja 6 orang dimana yang 5 laki-laki dan usia kami bertaut 1-2 tahun saja. Jadi bisa terbayang kan isi litaninya? Sebagai anak paling besar itu kamu harus begini, begini dan begitu lah pokoknya harus jadi teladan. Sebagai anak perempuan harus begono beginu juga. Tapi namanya juga anak-anak, lebih sering keluar daripada masuknya.

Puluhan tahun kemudian, sambil melihat satu-persatu teman-teman ‘ngumpul’ ketangkep di ‘bukumuka’ atawa FB facebook, saya jadi senyum-senyum sendiri. Bahkan temen dari TK pun akhirnya bisa ketemu lagi, saya ingat sekali yang buandelnya nemen. Eh kok ya sudah jadi ‘orang’. Mereka yang sama-sama mendengarkan litani yang serupa, sama-sama bengal dulunya akhirnya kok ya mereka bisa jadi orang tua yang punya anak-anak berprestasi. Untung juga saya diberi orang tua yang tidak putus-putusnya menyirami kami dengan berbagai pesan, petuah dengan berbagai cara dari yang tegas kadang juga pedas sampai yang lembut sampai dibisikkan ke telinga sambil dipeluk. Thank you Lord for giving us such wonderful parent, may they both rest in peace.

Seperti itulah rahmat yang kita terima setiap saat dari Bapa di surga, rahasia Kerajaan Surga, yang tidak bosan-bosannya menyirami kita dengan kasih. Ia menyapa kita dengan sabdaNya sejak dari kita belum bisa membaca sekalipun, tapi dibaca dan didengar orang tua kita lewat Misa harian. Sabda yang sama terulang lagi dan lagi, sampai kita besar dan mendengarnya di Misa bahkan membacanya di blog ini. Terus dan akan berlangsung sampai kita sudah beralih generasi, sabda yang sama didengar dan dibaca oleh anak cucu kita. Hasilnya kita tidak pernah tahu, tapi yang pasti apapun reaksi kita dari yang masa bodoh sampai yang menerima, Sabda itu akan terus diwartakan. Satu gak menerima, yang lain siapa tahu menanggapi. Yang sekarang lagi BT, siapa tahu nantinya bisa kembali lagi.

Maka tidak perduli bagaimana cuaca hati kita, tetaplah siap mendengarkan SabdaNya. Tetap membaca FirmanNya, tetap pergi mengikuti Misa sesering mungkin dan gak tergantung mood. Siap juga dengan mempersiapkan tanah yang baik, yang senantiasa di cangkul dan diairi agar terus gembur dan layak menerima benih-benih rahasia Kerajaan Surga. Biarpun tanah keras dan berbatu, jangan pernah bosan untuk saling mengingatkan. Air terjun Niagara yang begitu besar juga diawali dari tetesan air di batu cadas.

Kalau Allah Bapa di Surga tidak bosannya menyirami kita dengan rahmatNya, maka terlebih lagi kita juga harus senantiasa menjaga hati untuk tetap siap dicangkul dihancurkan segala yang keras dan berbatu. Sehingga mampu melipatgandakan rahasia benih Firman Tuhan menjadi rahmat bagi lebih banyak orang lagi. Jangan kita lelah dan berhenti mencangkul mempersiapkan hati untuk tetap menjadi tanah yang baik, jangan pula kita bosan menyiramkan rahmat kata-kata pujian dan dukungan atau apapun bagi banyak orang karena kita tidak tahu jangan-jangan saat itu hatinya sedang terbuka akan rahmat Allah. Sebandel-bandelnya dan sekerasnya hati manusia, Tuhan tetap memberi kesempatan untuk berubah memiliki hati yang lembut. We have been there, done that. Untung kita punya Tuhan yang tetap sama, dulu dan sekarang sampai selamanya, sehingga kita masih bisa diberi kesempatan memperbaiki satu persatu kelemahan kita. Semper Reformanda.

=============================================================================================
Bacaan Markus (4:1-20)

Pada suatu hari Yesus mengajar di tepi danau Galilea. Maka datanglah orang yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia terpaksa naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh, lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu ada di darat, di tepi danau itu. Dan Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka dalam bentuk perumpamaan. Dalam ajaran-Nya itu Yesus berkata kepada mereka, “Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga benih itu tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dengan subur dan berbuah; hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat”. Dan Yesus bersabda lagi, “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Ketika Yesus sendirian, pengikut-pengikut- Nya dan kedua belas murid menanyakan arti perumpamaan itu. Jawab-Nya, “Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan, supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menangkap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, biar mereka jangan berbalik dan mendapat ampun”. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? Penabur itu menaburkan sabda. Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat sabda itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar sabda, lalu datanglah iblis dan mengambil sabda yang baru ditaburkan di dalam mereka. Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi sabda itu tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, mereka segera murtad. Dan yang lain, yang ditaburkan di tengah semak duri, ialah yang mendengar sabda itu, tetapi sabda itu lalu dihimpit oleh kekuatiran dunia, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain sehingga sabda itu tidak berbuah. Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut sabda itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat”.

Leave a Reply

Required fields are marked *.