“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Dalam berbagai kegiatan sering sekali saya menjumpai orang-orang yang mengaku katolik tapi tidak lagi pergi ke gereja bahkan tidak perduli dia masuk lingkungan mana dan paroki mana. Yang penting masih percaya Yesus. Ada juga yang masih ke gereja tapi sudah puluhan tahun tidak pernah mengaku dosa. Ia merasa tidak perlu mengaku dosa, sudah merasa cukup dengan datang ke Misa. Itupun biasanya sudah last minute Misa, yaitu Misa terakhir minggu malam dan datangnya pun terlambat. Kalau ditanya alasannya, bisa beragam macam dan cukup untuk membuat litani. Coba saja kita hitung kapasitas bangku gereja dan jumlah Misa yang ada di paroki kita masing-masing. Bandingkan kapasitas gereja ini dengan jumlah populasi umat katolik yang ada. Hhhmm.. jangan-jangan Dewan Paroki juga tidak tahu persis data yang paling valid, karena datanya tidak updated. Di paroki saya hanya rata-rata 60% yang pergi ke gereja setiap minggunya, inipun termasuk jumlah umat tamu yaitu yang datang Misa di Blok Q tapi tidak punya KK di Blok Q. Maklum lokasinya memang strategis dan nyaman. Kalau sampai 100 % semua datang ke Misa, sudah pasti gedung gereja barupun sudah tidak sanggup lagi menampung. Masih banyak kita semua untuk mencari dan menyapa mereka yang tidak datang ke Misa dan akhirnya menjauh dari Tuhan.
Tetapi yang membuat saya prihatin, beberapa orang memilih pindah gereja lain (ke paroki lain) justru karena dia capek terus menerus dimintakan menjadi donatur oleh pengurus DP dan pengurus lingkungan bahkan para klerus. Ada lagi yang sakit hati dengan pastornya karena tidak mau membaptis anaknya atau memberikan keringanan uang sekolah dsb. Ada juga aktivis koor yang mundur teratur karena seringnya ditegur karena terlambat latihan, karena memang pekerjaannya menumpuk dan traffic di Jakarta sangat unpredictable. Kesimpulannya mereka tidak lagi ke gereja karena terluka oleh perlakuan sesama umat sendiri, terutama mereka yang merasa lebih baik dan lebih suci.
Semangat gembala yang baik, yang didengungkan di Keuskupan Agung Jakarta, adalah semangat untuk mencari dan menyapa mereka yang terhilang ini. Yesus pun melakukan hal yang sama, Ia berkeliling menyapa satu persatu dan mengajakNya pergi bersamaNya. Kita sebagai pengikut Kristus juga harus punya semangat siap dipanggil untuk melayani dengan mencari satu persatu orang-orang yang menjauh dari Nya, menjauh dari penerimaan Sakramen dan menjauh dari komunitasnya. Kita tidak bisa lagi hanya memikirkan diri sendiri karena Kristus memang datang untuk mencari mereka yang menjauh dariNya sehingga kehilangan kesempatan menerima rahmat Allah. Semangat gembala yang baik membuat kita juga rendah hati mengakui keterbatasan kita serta mengakui peran Gembala Agung yang senantiasa. Blog ini pun dibuat dengan harapan ada satu-dua orang bisa kembali merindukan untuk menerima rahmat Allah dengan menerima Sakramen Ekaristi dan Sakramen Pengakuan Dosa secara rutin.
Lebih baik memposisikan diri sebagai orang yang kurang sempurna, masih terkadang jatuh dalam dosa, termasuk dosa kesombongan karena merasa tidak berdosa; daripada merasa menjadi orang tidak berdosa dan paling benar seperti orang Farisi yang akhirnya menambah dosa dengan menghakimi dan melukai orang lain. Kalau kita merasa paling benar, akhirnya kita tidak membutuhkan Tuhan, dan memang Tuhan hanya memanggil orang-orang yang merasa berdosa dan tidak layak. Itulah skala prioritasNya. Maka marilah kita bersiap-siap untuk dipakai menyapa dan merengkuh teman-teman disekitar kita sambil terus memeriksa diri dari segala kelemahan.
=============================================================================================
Bacaan : Markus (2:13-17)
13 Sekali peristiwa Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. 14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. 15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid- Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. 16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid- Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” 17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”