Fiat Voluntas Tua

He Knows Everything

| 0 comments

“Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?”

Saat bertugas sebagai moderator di seminar Sunset Policy, saya ingat pak Sayuti Gazali, nara sumber waktu itu, mengisahkan kejadian saat studi banding tim DJP (DirJen Pajak) ke satu negara maju. Mereka mencari tahu apa yang dilakukan negara maju dalam rangka sosialisasi kesadaran taat pajak. Seperti kita tahu di semua negara maju, kontribusi pajak memberikan porsi terbesar dalam pengelolaan kas negara. Di salah satu negara mereka mendapati hal menarik saat memasuki salah satu kantor pajak. Suasananya seperti bank papan atas dimana karyawannya ramah semuanya. Konsep Customer First adalah nilai yang mereka sosialisasikan. Tapi ada satu banner besar dan bahkan banyak ditemui berbagai poster dengan satu tema ” We know EVERYTHING”. Papan reklame besar juga ditemui dimana-mana di jalan protokol.

Rupanya dibalik keramahan para petugas pajak, ada satu ‘tagline’ pesan tegas bahwa mereka mau bekerja sama melayani para Wajib Pajak agar lebih paham,  tidak takut dan tidak ragu melakukan kewajibannya. Tapi di saat yang sama Wajib Pajak juga diingatkan bahwa DJP pun tegas mengikuti peraturan dan akan memberikan sanksi berat bagi Wajib Pajak yang nakal. Dengan kecanggihan teknologi dan juga wewenang yang diberikan, DJP memiliki akses informasi apapun tentang Wajib Pajak. Mulai dari kegiatannya sehari-hari, pembelian tiket pesawat, pengeluaran kartu kredit bahkan sampai tagihan listrik, handphone sampai sekolah anak-anaknya. Wajib Pajak yang tidak kooperatif tentu akan menemui masalah di kemudian hari. We know EVERYTHING mengingatkan para wajib pajak agar tidak berniat untuk menghindari kewajiban karena DJP pasti dapat mengetahui apapun kegiatan yang berhubungan dengan keuangan mereka. Tapi untuk itu mereka tidak perlu takut, karena kalau memang berniat menjadi warga negara yang baik maka DJP siap melayani segala bantuan yang diperlukan termasuk sebagai konsultan pajak… for free. Itulah yang sekarang diterapkan oleh DJP Indonesia agar hubungan antara Wajib Pajak dan DJP kembali harmonis.

Hal serupa sebenarnya tersirat dalam kisah Injil hari ini. Keinginan baik Yesus untuk menolong dan menyembuhkan si sakit ditanggapi dengan negatif oleh para Ahli Taurat. Alih-alih kagum pada kuasa Yesus yang mampu menyembuhkan, mereka justru iri hati dan mempertanyakan kuasa Yesus yang mengampuni orang berdosa. Setiap niat baik memang harus diikuti usaha dan kerja keras, bahkan kita sendiri memerlukan orang-orang lain yang terus mendoakan kita agar kita menjadi sembuh setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus. Sembuh dari kelumpuhan karena tidak bisa menguasai diri, lumpuh dan tidak berdaya karena rasa tamak dan iri hati, bahkan lumpuh dan tak berdaya mengampuni orang lain. Begitu lemahnya kita sehingga jatuh berkali-kali dan tidak mampu berdiri. Bersyukurlah kalau ada kawan bahkan pasangan kita yang senantiasa mendoakan serta mengingatkan agar selalu mencari Yesus, agar selalu memohon kesembuhan dariNya. Dan pada akhirnya kita mengakui bahwa kelemahan kita itu disebabkan dosa-dosa kita.

Kita menjadi egois, tidak bisa melihat orang lain senang apalagi maju dan memiliki posisi lebih baik dari kita. Kita serupa orang Farisi yang tidak melihat rahmat Allah yang melimpah. Kita buta bahwa Yesus ingin menyembuhkan semua orang dan ingin melepaskan kita dari kelumpuhan akibat terikat dosa.  Tuhan melihat jauh sampai kepada kedalaman hati kita. Orang lain tidak akan mengenalinya. Mereka mungkin juga senang saja ada Ahli Taurat ikut hadir dalam pelayanan Yesus, wah… ada pejabat rumah ibadat, berarti mereka merestui karya dan kotbah Yesus. Padahal kehadiran mereka adalah mencari kesempatan dan celah untuk menjatuhkan Yesus. Dalam hati mereka banyak mencatat dan mempertanyakan hal-hal apa yang dilakukan Yesus yang bertentangan dengan Taurat.

Kita punya dua pilihan, selalu mencari kehendak Allah dalam setiap kejadian dalam keseharian kita sampai ke hal yang sekecil-kecilnya atau memikirkan manfaat apa yang saya dapat dari kejadian ini yang aman dan menguntungkan saya. Ada dua kutub yang berseberangan yang mempengaruhi isi hati kita, mencari Tuhan dan memuliakanNya atau mengamankan dan memuliakan diri sendiri. Semoga Injil hari ini kembali menyadarkan kita dari kelumpuhan kita untuk selalu mencari kehendak Allah dan memilih segala kemungkinan untuk memperbesar kemuliaanNya. He knows everything. Orang lain mungkin tidak melihat apa yang tersembunyi dalam pikiran dan hati kita,  tapi Tuhan melihat ketulusan dan kesungguhan kita. Jauhkanlah pikiran jahat seperti iri hati, ingin aman, tidak mau susah payah dan mau enak sendiri. Demikian juga bagi saya, setiap kali ada terlintas pikiran nakal, jahil, marah, irihati, sombong maka kalimat Tuhan Yesus ini menjadi rhema buat saya “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?” Dia yang  begitu mengasihi kita serta melimpahi kita dengan berbagai rahmat, tetap mengasihi kita walau kita berpikiran tidak tulus dan menjauh dari pikiran Allah. Maka Ia yang berbelas kasih pasti menjawab doa orang-orang yang tulus hatinya agar hubungan kita dengan Allah Bapa kembali menjadi harmonis.

============================================================================================

Bacaan Mrk 2:1-12

“Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -:- “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan”

Leave a Reply

Required fields are marked *.