Fiat Voluntas Tua

Kapankah Cukup itu Cukup?

| 0 comments

“Hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Reaksi pribadi setiap orang menghadapi krisis finansial seperti sekarang ini sangat beragam. Mereka yang tidak punya apa-apa seperti saham, dollar, deposito dsb mungkin juga tidak bereaksi. Business as usual. Pembantu saya pun tenang-tenang aja, selama masih bisa SMSan dan bisa kirim uang ke kampung dia sih happy-happy aja. Tapi mereka yang sebagian besar tabungannya ada dalam bentuk demikian umumnya dilanda kepanikan dan penyesalan. Panik karena tiba-tiba sahamnya anjlok nilainya. Rencanapun bubar jadinya. Menyesal karena tidak dari minggu-minggu lalu sahamnya dijual. Semakin panik orang-orang ini maka pasar sahampun semakin hancur-hancuran. Kalau saja para pemegang dollar dan pemegang saham membaca perikop hari ini, mungkin indeks harga saham tidak terjun bebas dan bisa cepat rebounch.

Menjadi pengikut Kristus memang butuh latihan iman yang terus menerus, tidak bisa instant tinggal diseduh. Selesai retret langsung imannya ingin jadi sebesar gunung. Berkali-kali saya ditanya via SMS, email bahkan di chat room tentang bagaimana mengenali suara Tuhan. Kalau kita gak baca berita di televisi dan koran, kita gak tahu dan gak perduli dengan keadaan sekitar. Sama seperti pembantu saya tadi, gak ada urusannya dan relevansinya juga dengan kehidupan dia kok. Ngapain pusing??  Maka kalau ingin tahu rencana Tuhan dalam hidup kita, ya harus sering-sering baca Kitab Suci dan merenungkannya. Banyak situasi dalam sabda Tuhan yang sangat relevan dalam kehidupan kita sehari-hari termasuk dalam hal karir dan usaha. Kalau tidak dibiasakan maka iman kita seperti roller coaster, bisa terjun bebas saat saham juga menukik tajam.

Penumpukan kekayaan seperti yang terjadi sekarang ini membuat orang terjerumus pada kapitalisme, dan akhirnya mendewakan uang. Selalu dicari cara untuk mendapatkan income lebih tinggi dengan modal lebih sedikit. Kalau dulu return nya 8 %, gimana caranya bisa jadi 11 % Semua itu tidak ada batasnya, persis seperti langit. Akhirnya kita mendirikan menara babel dalam hidup kita, uang adalah segalanya. Rumah satu kurang ya tambah lagi villa. Mobil satu gak cukup ya tambah yang lebih mewah. Masa muda dihabiskan untuk kerja keras menumpuk deposito dan saham, lupa bahwa memelihara hidup adalah lebih penting. Coba diperhatikan sekitar kita, rata-rata para eksekutif usia 40 tahun sudah ada yang terserang stroke bahkan jantungnya sudah dipasang sten. Lalu untuk apa artinya kekayaan bila kesehatan pun menuntut biaya banyak untuk mempertahankan hidup?

Dimanakah rasa cukup? Politik dan bisnis sama kotornya karena pelakunya adalah orang-orang yang tidak pernah merasa cukup, sehingga apapun bisa menjadi halal. Tetapi bila saja setiap orang tahu menempatkan apa yang paling penting dalam hidupnya yang cuma 70 tahun (insyaallah) dan merasa cukup atas apa yang diterima nya hari ini, maka setiap pagi kita mempersiapkan diri menerima berkah yang harus disyukuri. Setiap malam kita pergi tidur, kita pun belum yakin apakah besok pagi kita bisa bangun.

Saham boleh turun tapi iman harus tetap naik. Caranya? Marilah melatih diri kita untuk kembali mengandalkan Tuhan yang memegang kehidupan kita, bukan kekayaan bukan kepandaian bukan segala usaha kita, tapi Dialah yang berkarya dalam kehidupan kita. Apapun yang kita miliki yang kita lakukan, kita kembalikan lagi untuk memuliakan Dia. Yang berlebih harta dan talenta, memperhatikan mereka yang berkekurangan. Yang memiliki waktu lebih, memberikan perhatian bagi orang lain melalui sapaan dan kunjungan. Dengan latihan berbagi maka iman kita tidak menjadi iman roler coaster, tapi iman yang bertumbuh dari biji sesawi menjadi pohon besar. Marilah berbagi satu sama lain, karena dengan semakin berbagi kita diberikan rasa syukur dan dijauhkan dari ketamakan. Dengan sering berbagi kita menjadi kaya dengan suka cita dan rasa syukur, kita menjadi kaya akan kemurahan hati dan menjadi kaya dihadapan Allah.

====================================================================

Bacaan Luk 12:13-21

“Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah !Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.