Fiat Voluntas Tua

Harta Terpenting

| 0 comments

Dihadapan Tuhan, posisi kita semua adalah sama dan harga kita dihadapan Tuhan hanya ditentukan oleh perbuatan kita memuliakan Tuhan, memberikan yang terbaik bagi sesama, peduli pada lingkungan dan menyayangi diri sendiri, bukan oleh harta yang melimpah.

Saya pribadi sempat terpesona untuk mengumpulkan harta, bahkan sempat bersemangat sekali untuk menjadi kaya, agar dapat memiliki segala sesuatu dengan mudah. Dengan semangat materialis seperti ini, memacu kami berdua untuk bekerja keras dengan mengutamakan harta, tetapi melupakan diri sendiri dan anak-anak dirumah, padahal mereka adalah harta yang tak ternilai yang haus akan kasih sayang, sesuatu yang tidak dapat dibayar dengan materi.

Untuk membalas kekurangan waktu tersebut, kami memberikan kesenangan duniawi bagi anak-anak, dengan memberikan apa yang mereka minta, ternyata hal itu menambah derita saja, seperti orang tua yang membeli tanggung jawab atas titipan Tuhan dengan uang.

Ketika putri bungsu kami lahir, kesadaran akan pentingnya mendampingi anak-anak semakin penting, apalagi sering mendapat laporan dan cerita kenakalan mereka yang merupakan cermin jiwa yang haus akan perhatian, sehingga makin hari makin susah diatur, bahkan hubungan antar kakak-adik semakin tidak sehat, karena pembantu yang mendampingi mereka tidak bisa diharapkan untuk banyak berbuat, begitu juga orang tua. Hingga akhirnya salah satu harus mengalah untuk dirumah sebelum segalanya menjadi terlambat, pesan dari Tuhan jelas sekali untuk kami, bahwa harta yang dikejar hanyalah artificial sedangkan perkembangan jiwa anak-anak adalah harta yang abadi dan percayalah, Tuhan akan mencukupi semuanya.

Maka janganlah mengeluh jika anak-anak susah diatur atau tidak memiliki relasi yang harmonis dengan kita, bahkan menentang dan kurang ajar karena kita melupakan tugas perutusan dalam keluarga, pada saat itulah kita akan sadar dan menyesal akan masa lalu yang gemar mengumpulkan harta duniawi.

Seandainya semua orang mau hidup secukupnya seperti burung dilangit yang tidak pernah membuat lumbung, tentunya tidak akan ada sesama yang kekurangan. Analogi yang berlaku umum adalah, semakin banyak orang memberhalakan uang, akan semakin banyak jiwa-jiwa sesama yang tidak dihargai, diri sendiri menjadi konsumtif, semakin banyak lingkungan yang rusak dan semakin jauh hubungan kita dengan Tuhan Allah.

Hendaknya kita sadari bahwa uang adalah bagian dari rasa percaya, semakin besar rasa percaya itu ada pada kita, maka semakin banyak uang yang akan datang. Sedangkan rasa percaya adalah mutlak milik Allah, maka adalah sebuah kemustahilan, jika kita percaya pada Allah tetapi terus memberhalakan uang. (Samsi Darmawan)

=================================================================

Bacaan Luk 12:13-21

“Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah !Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.