Fiat Voluntas Tua

Pro Christo Legatione Fungimur

| 0 comments

Demi Kristus, Aku Diutus Menjadi Ragi

Sebuah kegiatan nekat yang pernah saya pilih adalah mengajak para putra altar mendaki Gunung Lawu. Mereka masih duduk di bangku SD. Para orangtua keberatan karena takut anak-anaknya sakit atau kecelakaan di jalan mendaki. Tetapi, saya meyakinkan mereka bahwa saya akan menjaga. Akhirnya,

sekitar sepuluh putra altar yang kecil-kecil itu ikut mendaki. Dua minggu sebelumnya mereka harus membuat badan sehat dengan berjogging. Selain itu, mereka juga harus menyiapkan perlengkapan. Di antara perlengkapan, saya menyiapkan tas plastik hitam untuk mengumpulkan sampah.

Sampailah pada hari yang sudah ditentukan, kami menuju Cemara Sewu untuk mendaki Gunung Lawu. Kami memeriksa perlengkapan. Sesudah semuanya siap, saya membagi plastik hitam kepada masing-masing anak. Tugas mereka adalah membawa sampah yang ada di gunung untuk dibawa turun. Sudah saya
perkirakan, mereka pasti menggerutu. “Romo, itu kan bukan kami yang mengotori!” Yang lain mengatakan,”Kita membersihkan tetapi yang lain membuang sampah seenaknya.” Yang lain lagi,”Iya lah Mo. Ini pekerjaan yang sia-sia.”. Masih banyak komentar protes dari mereka.

Pekerjaan itu kecil dan tak ada artinya dibanding dengan orang-orang yang tidak peduli. Sampah di gunung tidak akan habis bahkan dari hari ke hari malah bertambah banyak. Memang bukan maksudnya untuk membersihkan gunung dari sampah-sampah yang berserakan, melainkan saya mau menanamkan sikap
peduli. Kalau kita bicara masalah pembentukan sikap (habitus), ukurannya tidak dengan besar-kecilnya pekerjaan yang dilakukan. Justru sikap (terutama sikap peduli) akan terbentuk mendalam melalui
pekerjaan-pekerjaan yang kecil dan tampak tak berarti. Karena, orang yang melakukan tidak akan mendapat pujian-pujian yang membuat hati puas. Pujian membuat orang lemah motivasinya. Memang, beberapa orang akan gagal karena tidak memiliki daya tahan.

Tidak demikian yang dilakukan orang-orang Farisi. Mereka ingin terpandang di muka orang banyak. Mereka melakukan hal-hal besar untuk mendapatkan pujian. Orang Farisi sangat bangga karena pusat peribadatan ada di Yerusalem, kota mereka. Pusat religiusitas adalah Yerusalem. Kalau orang Farisi ditanya orang, ”Darimana asalmu?” Mereka akan menyebut,”Dari Yerusalem!” dengan bangga dan orang akan segera tahu orang macam apa yang dihadapinya. Tetapi mereka terlena oleh kebanggaan itu dan menjadi munafik. Yerusalem adalah cap untuk orang suci sehingga tanpa usaha pun mereka sudah dianggap suci. Supaya kebusukannya tidak dilihat orang, maka mereka “sok suci”.

Kira-kira sama dengan orang yang senang memakai jubah. Jubah juga merupakan cap suci. Orang tidak suci pun akan dianggap suci karena memakai jubah. Mereka tidak tahu bahwa orang lain akan melihat dan merasakan apa yang ada di balik semua itu. “Tiada sesuatu pun yang tertutup yang takkan dibuka, dan tiada sesuatu yang tersembunyi yang takkan diketahui ……dan seterusnya.”

Naaah, sekarang kita melihat ada dua ragi dalam hidup. Pertama, ragi habitus baik yang dilatihkan pada anak-anak putra altar yang mendaki gunung. Kedua, ragi kebohongan dan kemunafikan yang disebarkan oleh orang Farisi dan ahli Taurat. Baik ragi “baik” maupun ragi buruk, mulai dari hal yang kecil-kecil. (R. Maryono, SJ)
======================================================================

Bacaan Luk 12:1-7
12:1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid- Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.
12:2 Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.
12:3 Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.
12:4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat- Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
12:5 Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!
12:6 Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah,
12:7 bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Leave a Reply

Required fields are marked *.