Fiat Voluntas Tua

Duc In Altum (Rm R. Maryono SJ)

| 1 Comment

“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Baru saja, saya dan kawan-kawan memperingati 22 tahun dalam Serikat Yesus. Meskipun sambil bergurau dan saling melontarkan ejekan-ejekan, akhirnya sampai juga berbicara soal hidup rohani. Saya bercerita bahwa bila pembicaraan sudah sampai pada hal-hal rohani, mulai ada rasa tidak tertarik. Kerohanian dianggap abstrak dan sulit diwujudkan.

Suatu ketika ada seorang teman yang bertahun-tahun aktif di paroki yang tiba-tiba menjadi orang yang aneh. Sikapnya sangat reaktif dan spontan, sering membuat repot teman-teman yang lain karena bernada menyerang. Ternyata tidak lama kemudian, ia mau mundur dari kegiatan di paroki karena permintaan sendiri. Namun rupanya, ketika tiba waktunya untuk mundur, ia tidak siap. Rupanya ada sedikit post power syndrome. Argumentasi-agumentasinya begitu dangkal, ia merasa disingkirkan, gak dipakai lagi, dan lain-lain pokoknya semuanya negatif. Mungkin, ia sebal seperti Simon yang ahli ,enangkap ikan tetapi gak ada seekor ikan pun yang mau nyangkut di jalanya. Lalu, apa hubungan antara peristiwa di atas dengan pembicaraan soal rohani?

Manusia saat ini menjalani hidup dengan dasar pemikiran yang pragmatis. Soal makna dari suatu tindakan tidak pernah lagi dipikirkan. Pokoknya , kalau ada suatu masalah, orang akan cepat-cepat mencari jalan keluarnya tanpa berpikir apakah jalan keluar itu akan menimbulkan masalah baru lagi. Pemikiran-pemikiran yang dalam semakin diabaikan karena memboroskan waktu. Reaksi-reaksi spontan merupakan pertanda bahwa ada suatu kedalaman yang tak pernah diolah. Hal-hal rohaniah yang menjadi pengendali utama kehidupan semakin dilupakan. Mungkin, kita rajin berdoa, mengikuti ekaristi, mengikuti seminar-seminar rohani, tetapi tidak pernah berdiam diri dan menengok kedalam hati kita serta mengisinya.

Mendengar cerita saya ini, seorang teman Yesuit menyahut, “Memang, orang kalau belum kecantol akan sulit memulainya. Kalau sudah kecantol, pasti akan jalan tanpa disuruh-suruh lagi.” Benar katanya! Saya diminta oleh FKPM (Forum Komunikasi Pewarta Mimbar) untuk memimpin rekoleksi tentang olah rohani. Meskipun belum ada evaluasi dari mereka, tetapi saya merasa usaha saya ini gagal. Sebab, olah rohani memang tidak menarik. Padahal, kalau kita baca bacaan Injil hari ini ada suatu yang membuat kita tergiur.
Kalau kita mampu melihat suatu peristiwa dengan kedalam batin, kita akan melihat mukjizat besar. “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Di tempat yang dalam, kita akan menemukan hal yang membuat kita kecantol. Di bawah ini ada doa yang membuat kita
tertarik untuk memulai “bertolak ke tampat yang lebih dalam”

Kekuatan Tuhan

Ya Tuhan, anugerahkanlah padaku rahmat
agar dalam kelemahanku kukenal kekuatan penjelmaan Mu
agar dalam kemiskinanku kuketahui kekayaan ilahi Mu
agar dalam penghinaan yang kuderita kualami kepuasan karena simpati Mu
agar dalam kesepianku kuperoleh kenikmatan karena kehadiran Mu senantiasa
agar dalam kesulitanku kurasakan campur tangan Mu yang penuh buah
agar dalam kebingunganku kutemukan bimbingan kebijaksanaan Mu
akhirnya karena kematian Mu yang mulia serta kebangkitan Mu
tuntunan lah aku untuk memandang Mu, dari wajah ke wajah.
Amin.

(diterjemahkan dari : 2000 Years of Classic Christian Prayer, New York 1999, Hlm 95. Oleh Romo GP Sindhunata, SJ).
================================================================

Bacaan Luk 5:1-11

“Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.”

__._,_.___

One Comment

  1. Duc In Altum – saya mengalaminya berulang kali saat putus asa, nyaris patah arang, sudah tidak berdaya karena lebih sering bertumpu pada kekuatan, logika dan akal sendiri persis seperti rasul Petrus sang nelayan senior. Tapi begitu kembali mengalami perjumpaan dengan Nya, ada semangat untuk bangkit lagi dan berkata ” …As You wish, Lord!” … Hasilnya bukan main, selain berkat melimpah, hanya rasa syukur dan tidak berdaya, tidak layak menerima semuanya ini. Walaupun lebih berat, lebih gelap perjuangannya, lebih jauh masuk ke dalam sanubari, tetapi karena mangandalkan Dia, maka Dia lah yang berkarya. Ad Maiorem Dei Gloriam !

Leave a Reply to ratna ariani Cancel reply

Required fields are marked *.