Fiat Voluntas Tua

Yang ‘Muna’ Yang Tulus (Samsi Dharmawan)

| 0 comments

Orang-orang munafik ini cukup banyak, tidak terbatas pada orang-orang farisi dan ahli Taurat saja, tetapi juga ada disekitar kita, dilingkungan Gereja, dan dikeluarga sendiri. Orang munafik ini tidak pernah konsisten, tidak pernah bertanggung- jawab atas tugas yang diberikan atau apa yang dijanjikannya, dalam pergaulan selalu menyembunyikan niat yang sebenarnya, selalu cari selamat dan cari untung sendiri.

Uniknya lagi, masyarakat kita lebih menyukai orang-orang munafik, karena senang dengan pujian atau tutur kata manis, walau kenyataan tidaklah demikian tidak masalah. Pada awal beraktifitas dalam pelayanan, saya seringkali terlalu jujur dalam bersikap, sehingga sering dikucilkan bahkan kalau bisa tidak dilibatkan, tetapi saya tidak pernah peduli karena memang niat mau melayani, bukan mencari nama atau kesibukan.

Saat ini banyak orang berlomba-lomba menjadi anggota DPR, dan pastilah dalam sumpah, janji dan visi-misinya untuk memperjuangkan rakyat Indonesia, tetapi setelah itu dari tahun ke tahun yang diperjuangkan adalah diri sendiri, keluarga sendiri dan kelompok sendiri, rakyat menjadi nomor sekian atau nanti saja jika diperlukan. Demikian juga dengan para eksekutif yang hanya membutuhkan legitimasi rakyat lewat pilkada/pemilu, bila perlu rela berangkulan dengan para pemulung atau berkotor-ria di pasar tradisional, setelah itu rakyat harus minggir ketika mereka ada, atau ketika mereka lewat. Kalau dulu hanya presiden dan wakilnya yang punya previlage, sekarang hampir semua menteri dan para petinggi lainnya bisa mendapatkan previlage, kalau bukan pemimpin munafik lalu apa namanya?

Masih jelas dalam ingatan, setiap kali presiden atau wakilnya mau kunjungan atau lewat, pastilah lokasi atau desa atau kota tersebut harus bersih tanpa cacat, indah dan asri, semua lobang, cacat-cela diperbaiki sedemikian rupa, selanjutnya tempat hunian yang dianggar liar, kumuh dan merusak citra digusur paksa, penghuninya diperlakukan lebih hina dari hewan, atas perintah yang berwenang. Padahal mereka adalah rakyat yang setiap pilkada/pemilu dirayu, dekati, dipeluk-rangkul, inikah yang namanya pemimpin bertanggung jawab?

Saya sertakan sebuah tulisan yang dikirim seorang teman, yang kiranya dapat membedakan antara Pekerjaan (munafik) dan Pelayanan (tulus/jujur) — Samsi Dharmawan–

Bila anda melakukannya untuk mendapatkan nafkah, itu pekerjaan

Bila anda melakukannya karena untuk ciptaan Tuhan itu Pelayanan

Bila anda keluar karena ada yang mengkritik itu pekerjaan.

Bila anda terus bekerja sekalipun dikritik habis-habisan itu pelayanan

Bila anda berhenti karena tidak ada yang berterima kasih, itu pekerjaan

Bila anda terus bekerja walaupun tidak pernah dikenal oleh siapapun itu pelayanan

Bila anda merasa makin sulit menikmati yang anda kerjakan, itu pekerjaan

Bila anda merasa makin sulit untuk tidak menikmatinya itu pelayanan

Bila yang anda pikirkan adalah sukses, itu pekerjaan

Bila yang anda pikirkan adalah kesetiaan, itu pelayanan

Gereja yang biasa-biasa saja dipenuhi oleh umat yang bekerja

Gereja yang luar biasa dipenuhi oleh orang-orang yang melayani.


====================================================================

Bacaan Mat 23:13-22

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.