Fiat Voluntas Tua

Muna? Jangan deh..

| 0 comments

“Celakalah kamu karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.”

Iseng-iseng cek definisi kata Munafik di Wikipedia, ternyata berdasarkan hadits, Nabi Muhammad SAW dikatakan :”Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Soal dusta, ingkar janji dan tidak bisa dipercaya rasanya menjadi karakter sebagian pemimpin bangsa yang ada sekarang ini. Sebagian besar rakyat sudah bingung dan bertanya-tanya siapakah pemimpin yang masih bisa dipercaya saat krisis multi dimensi begini? Bila ada satu masalah, yang ada saling tunjuk kesalahan. Contoh terlantarnya 30 penari dari NTT dan juara catur tingkat dunia asal Riau sebagai pengisi acara dan tamu di Istana Negara, hanya salah dua kisah miris dibalik kemegahan acara seremonial ditempat paling terhormat yang hanya bisa ditembus dengan “By Invitation Only”.

Pada akhirnya perilaku muna para pemimpin hanyalah membawa kesengsaraan bagi mereka yang paling lemah seperti halnya anak-anak, perempuan, kaum miskin dan rakyat yang tak berdaya menghadapi sikap dan keputusan para pemimpin yang menduduki “kursi Musa”. Maka Injil hari ini sungguh pedas, menyebut kan bahwa pemimpin demikian dosanya akan menghadapi tuntutan berlapis. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.” Sudah pasti orang ‘muna’ sendiri tidak bisa masuk Kerajaan Surga, karena kesombongannya. Masih ditambah lagi, mereka ini membuat orang lain pun menjauh dan tidak bisa masuk Kerajaan Surga.

Teguran Yesus ini tidak hanya berlaku bagi kelompok terpandang yaitu kaum Farisi dan Ahli Taurat saat itu, tapi juga berlaku bagi kita semua yang memiliki kedudukan dan kekuasaan di berbagai area. Siapapun yang memiliki otoritas membuat aturan, baik peraturan hukum di tingkat negara, kota bahkan di tingkat perusahaan sampai di tingkat aturan di dalam rumah tangga sekalipun. Jangan sampai kita sendiri menjadi penganut ” Sudah Duduk, Lupa Berdiri”. Tergoda untuk terus menerus menduduki “kursi Musa” tapi lupa bahwa segala aturan itu dibuat bedasarkan hukum Kasih.

Tidak hanya para pemimpin bangsa, pemimpin dan para manajer perusahaan bahkan ketua RT sampai para orang tua bisa ‘terperangkap’ pada perilaku ‘muna’; maka bisa dibayangkan para korban kemunafikan tersebut adalah orang-orang yang paling lemah dan tak berdaya disekeliling mereka. Di lingkungan keluarga, maka anak-anak lah yang paling menderita bila orang tua berperilaku otoriter tanpa disertai kasih. Jangan sampai kita sendiri lupa diri dan secara tidak sadar menginjak hak orang lain bahkan menghilangkan kesempatan orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Duh.. jangan sampai deh.

====================================================================

Bacaan Mat 23:13-22

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.