Fiat Voluntas Tua

Dirgahayu Republik Indonesia (Rm Ign Sumarya SJ)

| 0 comments

“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45” demikian rumus teks Proklamasi Kemerdekaan NKRI 63 tahun yang lalu. Usia 63 tahun untuk orang Indonesia berarti usia pensiun dan bahkan telah memperoleh KTP abadi alias tidak perlu diperpanjang lagi. Namun jika dicermati kemerdekaan yang diproklamirkan 63 tahun yang lalu: buah perjuangan dan pembangunan secara phisik atau materi dalam arti bangunan gedung, jalan, rumah-rumah dst.. mungkin boleh dikatakan berhasil baik, namun dalam hal moral atau budi pekerti rasanya masih jauh dari cita-cita perjuangan dan pembangunan kalau tidak boleh dikatakan merosot. Pada masa Reformasi dan Desentralisasi Pemerintahan yang terjadi antara lain pemerataan korupsi, para pejabat maupun wakil rakyat semakin korupsi, mutu pendidikan merosot, kejahatan dan permusuhan sertakebencian sampai pada pembunuhan terjadi di sana-sini. Pendapatan Negara mayoritas dari pajak, yang pada dasarnya berasal dari rakyat, kurang difungsikan untuk kesejahteraan rakyat melainkan dinikmati sementara pejabat.

Anak-anak yang seharusnya menerima kasih sayang dari orangtuanya sering kurang atau tidak diterima sebagaimana mestinya; hal ini nampak dalam gejala ‘kebejatan moral’ anak-anak antara lain menggejala dengan adanya ‘gang-gang’ generasi muda seperti ‘Gang Nero’ dll. Maka di Raya Kemerdekaan Negara kita ini marilah kita mawas diri dengan bantuan sabda Yesus ini.

Kaisar, Presiden atau Perdana Menteri (juga para gubernur atau bupati) dipilih oleh rakyat dan dipanggil untuk mengabdi atau melayani rakyat. Ada berbagai macam jenis pajak baik di tingkat nasional maupun daerah, yang dipungut dari rakyat atau perusahaan, entah secara pribadi atau organisatoris. Pajak yang dibayar oleh perusahaan besar juga tidak lepas dari keringat atau kerja keras rakyat (para pegawai atau buruh). Maka rasanya baik langsung atau tidak langsung rakyat telah melaksanakan sabda Yesus “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar”. Pada giliran berikutnya hendaknya pajak yang telah terkumpul, entah secara nasional atau regional/daerah, sungguh difungsikan untuk kesejahteraan rakyat, dari rakyat untuk rakyat. Salah satu tanda keberhasilan pelayanan atau kerja seorang pemimpin di tingkat manapun adalah yang dipimpin hidup sejahtera, damai lahir dan batin. Hal yang sama hemat saya berlaku bagi para pengusaha: ingatlah dan sadarilah bahwa keberhasilan usaha anda tidak pernah terlepas dari para pegawai atau buruh, maka hendaknya para pegawai atau buruh digaji atau diberi imbal jasa yang memadai demi kesejahteraan diri sendiri maupun keluarganya.

Hidup dan segala sesuatu yang menjertai hidup kita adalah anugerah Allah atau milik Allah. Maka sabda Yesus “Berikanlah kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” berarti kita harus mempersembahkan hidup dan segala sesuatu yang menyertai kita kepada Allah, secara konkret hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau janji-janji yang pernah kita ikrarkan seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat atau kaul hidup membiara. Kesetiaan dan ketaatan kita kepada janji yang pernah kita ikrarkan akan menjadi dasar atau landasan yang kuat dan handal dalam hidup menggereja, beriman, bermayarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai orang beriman kita wajib “memberikan kepada Kaisar apa yang wajib diberkan kepada Kaisar dan kepada Allah yang wajib diberikan kepada Allah”. Kewajiban ini dapat kita wujudkan atau konkretkan dengan hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk hidup dunia, dijiwai oleh cintakasih Injili alias menjadi suci dengan mendunia, mengusahakan kesucian dalam seluk beluk duniawi. Ingat motto: “Ora et labora” (=Berdoa dan bekerja), atau spiritualitas Ignatian: “contemplativus in actione” (=Menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau Segala ssuatu di dalam Tuhan). Maka marilah kita mawas diri perihal tugas perutusan kita setiap hari, entah belajar atau bekerja Hendaknya kita belajar atau bekerja sesuai dengan tuntunan atau tuntutan yang terkait, tidak belajar atau bekerja menurut kinginan sendiri atau seenaknya sendiri.

“Inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu,takutlah akan Allah, hormatilah raja” (1Ptr 2:15-17)

Nasihat Petrus ini selayaknya menjadi permenungan dan refleksi kita:
·Jangan menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan”. Entah besar atau kecil, di tingkat atau kehidupan macam apapun, kiranya setiap orang memiliki kemedekaan atau kebebasan untuk bertindak sesuai dengan lingkungan, kemampuan atau jabatan dan kedudukannya. Orang atau siapapun yang hidup sendiri atau tinggal di rumah atau tempat kerja sendirian dalam arti tertentu juga memiliki kemerdekaan atau kebebasan. Kami berharap, sesuai dengan seruan Petrus, hendaknya ‘jangan menyalahgunakan kemerdekaan atau kebebasan untuk berbuat jahat atau menyelubungi kejahatan’. Mungkin ketika dalam sendirian berbuat jahat tidak ada orang lain yang tahu, tetapi Tuhan tahu; dan dengan berbuat jahat kiranya kita akan menjadi malu, dengan sendirinya terhukum karena kita tidak bebas merdeka lagi bergaul atau berkumpul dengan semua orang, saudara-saudari kita.

·Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudarimu”. Setiap orang atau manusia diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah, maka menghormati semua orang dan mengasihi saudara-saudari berarti juga menghormati dan mengasihi Allah. Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka kita yang percaya kepadaNya juga dipanggil untuk berpartisipasi menyelamatkan dunia, semua orang, tanpa kenal batas usia,
SARA (suku, ras dan agama), kedudukan maupun jabatan dan fungsinya dalam hidup di dunia ini. Menghormati dan mengasihi semua orang berarti menjunjung tinggi dan menghargai harkat martabat manusia di atas ciptaan lainnya. Dengan kata lain hendaknya dalam sepak terjang, pelayanan atau pekerjaan kita setiap hari senantiasa mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Ukuran keberhasilan atau kesuksesan hidup dan kerja atau pelayanan adalah keselamatan jiwa manusia, semakin banyak jiwa manusia diselamatkan. Secara konkret hendaknya dana, harta benda dan tenaga lebih dicurahkan untuk pembinaan atau pendidikan manusia seutuhnya, sehingga semua manusia menjadi cerdas beriman. Ingatlah dan sadarilah bahwa kemerdekaan Negara kita diproklamirkan dan dirintis oleh pribadi-pribadi yang cerdas beriman, dan kiranya “Kesejahteraan untuk seluruh bangsa” sebagaimana dicanangkan dalam Pancasila akan menjadi nyata juga kita semua menghayati pesan Petrus: “Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudarimu”.

Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN. Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku. Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila;” (Mzm 101:1-3a)

Jakarta, 17 Agustus 2008
====================================================================
Bacaan di Hari Raya emerdekaan RI :
Sir 10:1-8; 1Ptr 2:13-17; Mat 22:15-21

22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”
22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?”
22:21 Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.

Leave a Reply

Required fields are marked *.