“Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah”
Disaat kampanye seperti sekarang ini,akan banyak janji-janji bertebaran dan begitu mudah diucapkan. Baik di spanduk sepanjang jalan protokol, di media cetak dan elektronik. Semua berlomba mengambil simpati rakyat dengan mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik dan siap melayani rakyat. Semua mengaku peduli akan nasib rakyat, membela rakyat bahkan mengklaim inilah saat ‘melayani’. Lho memang nya kemarin-kemarin bukannya saat para pemimpin ‘melayani’ ? atau dulunya minta dilayani ?
Seorang korban penggusuran, Fatimah, yang punya warteg di sekitar rel KA stasiun kota mengatakan : Kalau mau pemilu, semuanya pada baik sama saya. Tapi kalau sudah lewat gak ada yang peduli.
Fatimah tidak sendiri, masih banyak kaum terpinggirkan seperti kelompok petani penggarap, nelayan, pedagang kaki lima bahkan penduduk di sekitar wilayah kapitalisme adalah kaum terpinggirkan. Masih lebih banyak yang tidak mengalami tetesan dollar yang mengalir lewat sentra-sentra produksi dan industri besar. Berbagai kasus TKW di luar negeri dan pemogokan buruh tidak kurang mencerminkan perilaku arogansi manusia atas exploitasi manusia lainnya.
Apakah hal-hal demikian merupakan cerminan hasil pemikiran Allah? Rasanya Allah yang menciptakan isi bumi dan melihatnya baik semua, berkeinginan untuk semua menjadi baik juga. Baik menurut Allah adalah saling melengkapi, saling memelihara, saling menolong dan memperhatikan yang lebih lemah. Bahkan Yesus yang diutusNya ke dunia, datang untuk memberikan kesempatan bagi seluruh ciptaan mendapatkan kehidupan.Bukan sekedar hidup tapi hidup berkelimpahan (Yoh 10,10b). Ia tidak datang untuk membunuh dan membinasakan, Ia datang untuk memberikan jaminan hidup kekal dan meninggalkan damai sejahtera. Ia juga datang bagi orang miskin, tertawan dan tertindas (Luk 4:18-19)
Marilah kita melatih diri memiliki pikiran-pikiran Allah, seperti apa yang telah diteladankan Yesus. Kita melatih kepedulian terhadap mereka yang lebih miskin, lebih lemah, tersingkir juga cacat (KLMTC) dan minim fasilitas, tidak berdaya menghadapi situasi hidup yang semakin sulit. Ujung-ujungnya perempuan dan anak-anak adalah yang jadi korban paling akhir, tak berdaya saat kemiskinan merajalela. Kepedulian kita pada KLMTC tidak berhenti pada pikiran dan niat, dan tidak berhenti pada janji-janji kampanye, tapi justru ditunjukkan dengan perbuatan.
Maka bila kita memiliki pengaruh baik melalui talenta, posisi, dana dan waktu, alangkah indahnya bila semua itu digunakan untuk mengutamakan kelompok yang paling lemah. Kita siap menjadi pemimpin yang juga mau menderita dan berkorban bagi kebahagiaan orang lain. Kita juga mau bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki kehendak baik. Itulah semangat berbagi, seperti yang ditunjukkan Kristus melalui Sakramen Ekaristi. Ia telah membagikan hidupNya kepada kita, orang yang lemah yang berdosa, agar kita bisa mendapatkan hidup (Yoh 3:16).
==================================================================
Bacaab: Mat 16:13-23
“Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid- Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Lalu Yesus melarang murid-murid- Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun bahwa Ia Mesias. Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid- Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”