Fiat Voluntas Tua

Saat Di Puncak Gunung

| 0 comments

Sebagai pendaki amatir, pengalaman naik gunung Gede-Pangrango ternyata menyisakan kebahagiaan tersendiri hingga kini, karena untuk sampai ke puncaknya bukanlah perkara mudah, begitu banyak rintangan, mulai dari semangat yang terus mengendur karena perjalanan dalam gelap, dingin dan lembab, sehingga rasanya tujuan tidak kunjung tiba, habisnya air minum diganti dengan air alam sudah tidak menghiraukan faktor kesehatan lagi, beban dipundak semakin berat, dan harus menjaga teman-teman putri yang selalu merasa was-was akan binatang melata dan serangga hutan.

Selain faktor teknis, kami juga harus menaklukan faktor alam yang mendaki, licin, kadang-kadang harus meniti bebatuan, melalui pematang lalu jeram kemudian menyisir pinggir jurang sambil berpegangan tangan, merupakan pengalaman indah tersendiri. Tinggi gunung tersebut hanya 2950 meter atau sama dengan jalan sepanjang 3 kilometer, tetapi karena perjalanan tersebut bukan mendatar, maka waktu yang dibutuhkan sama seperti jalan kaki menempuh jarak sepanjang 30 kilometer. 

Sesuai rencana dan semangat menyaksikan sun-rise, menjelang fajar kami semua akhirnya tiba dipuncak gunung Gede yang agak gundul dan bersebelahan dengan gunung Pangrango yang banyak tumbuh bunga edelweis, ajaibnya semua kelelahan hilang begitu saja ketika sinar mentari mulai hadir menerangi, perlahan tapi pasti, begitu anggun dengan warna keemasannya dan indah sekali, sungguh luar biasa, membuat kami lupa akan penderitaan perjalanan mendaki tersebut. Ketika seorang teman hendak difoto berdiri membelakangi sun-rise tersebut tampak oleh kami pemandangan yang sama dengan bacaan diatas, yaitu ketika Yesus dilihat oleh Petrus, Yohanes dan Yakobus dengan tubuh yang bercahaya.

Menyaksikan keindahan alam tersebut, kami merasa begitu dekat dengan sang Ilahi, ada perasaan haru yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, kalaupun bisa mata ini jangan berkedip agar keindahan tersebut tidak ada yang luput. Spiritualitas macam inilah yang hendak dibagikan oleh Yesus kepada kita semua, bahwa sebagai mahluk ciptaan Tuhan hendaknya punya kewajiban dan bersemangat untuk menjaga bumi yang indah ini, sebagai satu kesatuan dalam gerak Inkarnatoris Allah, agar keindahan tersebut tidak pudar sehingga terus dinikmati oleh generasi berikut.

Bagi saya, Hakekat dasar kehidupan yang baik adalah menjaga relasi yang harmonis antara kita dengan Allah Bapa sebagai sang pencipta; Kita dengan alam semesta sebagai tempat kita hidup dan berkembang; Kita dengan sesama sebagai mahluk sosial yang menyayangi kehidupan; dan Kita dengan raga kita sendiri sebagai tempat bernaungnya jiwa yang abadi dalam perjalanan berikutnya menuju kerajaan Allah. (Kiriman  dari Samsi Darmawan)

Leave a Reply

Required fields are marked *.