Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.
Kalau punya anak masih sekolah, baik dari TK sampai SMU, nama bagi seorang ibu sudah tidak penting. Nama para ibu bisa menghilang dari ingatan siapapun termasuk guru-guru, karena yang diingat adalah anaknya; maka nama panggilan para ibu menjadi berubah. Ibunya Sekar menjadi Mama Sekar, ibunya Bimo menjadi Mama Bimo. Entah kapan tradisi ini dimulai, entah juga sebabnya kenapa; mungkin alasan praktis juga biar guru-guru tidak banyak menghafal nama. Tapi bisa juga usaha guru untuk menumbuhkan kebanggaan baik bagi si ibu terhadap si anak;juga sebagai pengakuan publik akan keterikatan antara ibu dan anak. Anak yang juara kelas, mamanya ikut jadi terkenal diantara para ortu. Demikian juga di acara Idola Cilik, Indonesian Idol, mama si penyanyi juga sering disebut-sebut MC.
Sebutan ini juga biasa dilakukan suku Nias, malah nama bapak dan ibu nya tidak penting. Kalau anak tertuanya namanya Rae, maka ayahnya disebut Ama Rae dan ibunya menjadi Ina Rae. Walaupun anaknyaempat tetap saja disebut yang sulung: Ama dan Ina Rae; karena merupakan sebutan keakraban keluarga besar Nias. Kalau anda menyebut dan memanggil mereka dengan ama dan ina Rae, anda dianggap sebagai keluarga mereka juga. Jadi kalau Yesus orang Nias maka Santo Yusuf menjadi Santo Ama Yesus dan Bunda Maria menjadi Santa Ina Yesus. Kalau pasutri tidak punya anak, maka mereka menyebutkan keponakan sulungnya menjadi ‘nama anak’nya. Jadi seolah-olah diberikan ‘anak’ karena mempunyai anak adalah status dalam masyarakat Nias. Tapi kasihan juga adik-adiknya, siapapun namanya gak penting lagi karena keduluan si sulung yang jadi sebutan si ama dan si ina nya 8)
Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan kehidupan keluarga yang menjadi panutan dalam masyarakat. Kedekatan Yesus dengan ibuNya dihormati oleh para murid dan pengikutNya. Mereka yang terkagum-kagum dengan karya Yesus yang fenomenal, juga mengagumi dan menghormati ikatan keluarga tersebut. Orang-orang Yahudi memiliki ikatan kekerabatan yang sangat kuat, berbeda dengan keluarga barat jaman sekarang. Kitapun sering ingin tahu bagaimana sebuah keluarga melahirkan anak-anak berbakat dan istimewa. Kita juga salut dengan hubungan keluarga yang ada yang mampu mengenali talenta anak dan mengembangkannya.
Yesus bukannya tidak menghargai kedatangan Ibu dan saudara-saudaraNya, mereka pasti juga keliling mencari Yesus karena tidak selalu bisa mengikutiNya senantiasa. Disusul ke kota ini , ternyata sudah pindah ke kampung lain. Di susul kesana eh sudah berangkat lagi ke kota satunya. Kan gak ada telpon coy! Jadi pasti Yesus juga sangat ingin bertemu keluargaNya dan tahu pasti bahwa mereka pun berhari-hari mencoba mencariNya. Injil mau mengatakan bahwa Ia sangat mengasihi ibu Nya yang telah membesarkan dan mempersiapkan Dia, bahkan mengijinkan Dia pergi dari rumah untuk menjalankan perutusanNya. Tetapi Yesus juga sama besar cintaNya bagi para pengikutNya yang tekun dan setia melaksanakan perintahNya.
Relasi yang begitu dekat layaknya keluarga juga selayaknya dibangun antara para pelaku Firman Tuhan bahkan bisa setara seperti hubungan darah, antara saudara satu dan lainnya. Sejahat dan sebandel apapun adik kita, kita harus sadar bahwa ia adalah saudara sekandung kita. Bukan berarti kita bangga karena ia adalah adik kita kalau baik, kaya dan terkenal, tapi saat sedang jatuh dan lengah kita tidak mau bahkan malu mengakuinya saudara lagi dihadapan umum. Demikian juga kalau anggota keluarga kita jahat sekalipun, kita wajib mengasihinya. Tentu ada rasa kasih untuk terus mendampinginya bahkan bila ia dipenjara sekalipun, ia tetap tidak bisa disangkal adalah adik kita sendiri. Kita tidak pernah minta seperti apa kakak dan adik kita, tapi Tuhan telah menciptakan kita menjadi saudara sekandung yang lahir dari satu ibu dan satu bapa yang sama. Sampai matipun hubungan darah ini tidak bisa disangkal.
Maka hari ini kita diingatkan bahwa seharusnya hubungan antara para pelaku Firman, mereka yang telah ditebus oleh Darah Krisus, menjadi satu keluarga besar dalam baptisanyang sama. Mereka adalah layaknya saudara sekandung, saudara sedarah yang saling membangun, saling mendukung saat salah satu terjatuh. Hubungan ‘kekeluargaan’ seperti ini layaknya terus berlaku sampai akhir perjalanan hidup kita di bumi. Yesuspun memperlakukan kita para pelaku Firman seperti saudaraNya sendiri, Ia mendampingi kita setiap saat karena Dialah sang Immanuel. Allah beserta kita. Hendaknya kita juga memelihara semangat persaudaraan dan saling membantu dan membangun iman para saudara didalam Kristus, karena Dia lah yang Sulung diantara kita. Maka marilah menjadi pelaku Firman yang setia karena kita juga punya Mama yang selalu mendoakan kita sampai waktu kita mati; Bunda Maria yang juga Mama Yesus, Ina Yesus.
===================================================================
Bacaan Mat 12:46-50
12:46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia.
12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”
12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?”
12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku!
12:50 Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.