Fiat Voluntas Tua

Saya Pasti Sembuh

| 1 Comment

“Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

Setiap kali saat pemecahan roti sebelum menyambut komuni, romo paroki senang sekali menyanyikan Puji Syukur 418 sambil mengangkat piala. Saya bersimpuh hormat dibelakangnya sambil mengatupkan tangan ke atas kepala sebagai prodiakon. Tapi setiap kali itu pula saya tidak bisa menahan air mata yang menetes saat menyanyikan lagu “Tuhan, tak layak aku”.

Siapakah aku ini sehingga aku diijinkan menyambut Tubuh Tuhan, santapan mulia. Santapan yang menyembuhkan, yang memulihkan raga yang letih yang lesu yang jauh dari sempurna. Hanya santapan inilah menjadi sumber kekuatan kita menghadapi kehidupan yang berat. Dan lamat-lamat kita melantunkan doa dalam senandung lagu yang memohon kekuatan untuk mampu mewartakan karunia rahmat Tuhan bagi dunia.

Speechless, demikian lah setiap kali menyanyikan lagu ini. Pada akhirnya saya memeriksa diri sendiri, layakkah aku menjadi Bait Roh Allah, yang maha mulia yang mau bersemayam dalam tubuh fana ini. Kiranya kasih dan kemurahan Tuhan lah yang melayakkan kita. Sekarang saya mengerti, mengapa almarhum bapak jauh-jauh hari sudah memesan bahwa ayat inilah yang harus dituliskan di batu nisannya. Menurut dia, kekuatannya menjadi pewarta kasih Tuhan hanyalah dari Sakramen Ekaristi yang diterimanya setiap hari. Bahkan disaat tubuh rentanya tidak berdaya lagi, tidak kuat dibawa ke gereja, ia selalu mempersiapkan diri menerima kunjungan prodiakon di kamar tidurnya.

Semoga kekuatan yang sama menjalar juga diseluruh bumi saat setiap kali hosti diangkat dan imam berkata dan mengundang kita untuk datang keperjamuanNya. Ia yang telah mengorbankan diriNya untuk menyembuhkan dunia dan memulihkan dunia dari kematian, juga mengundang kita untuk menerima rahmat kesembuhan. Kita semua diundang dalam perjamuan  kudus,  diundang untuk menerima kasihNya dan diundang  juga untuk mewartakan cintaNya.  Karenanya dengan iman kita terima kesembuhan kita, sembuh dari luka batin, sembuh untuk mengampuni yang lain,  sembuh untuk berhenti melukai yang lain. Semoga kita juga menerima terang Roh Kudus untuk senantiasa mampu mewartakan cintaNya untuk menyembuhkan dunia yang terluka.

=====================================================================

Bacaan : Mat 8-5-17

“Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyembuhkannya. ” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya. ” Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia.Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”

One Comment

  1. Terima kasih Ibu Ratna Arini, hasil pencarian Google, saya menemukan nama Bapak dan Ibu Kaptin Adisumarta untuk saya pakai sebagai sharing menginspirasi bersama prodiakon Vikep Semarang, minggu 28 jad. Masa muda saya sering membaca buah pikiran Bapak, saya lupa apakah juga di Majalah Hidup. Shalom dan Berkat Dalem

Leave a Reply

Required fields are marked *.