Sumber : Seri Pastoral 404 :Pastor Sebagai Fasilitator (T. Sweetwer & C.W. Holden) Terbitan dari Pusat Pastoral Yogyakarta 2007
Setelah memahami berbagai problema yang dihadapi pastor kepala dan juga berbagai gaya penggembalaan dan beragam profil paroki pada tulisan terdahulu -(1) dan (2), berikut dijelaskan beberapa hal yang minimal dilakukan atau justru sebaiknya di hindari oleh para pastor paroki agar menjadi lebih efektif.
- Memimpin liturgi paroki sehingga membuat umat merasa diterima, diajak untuk berdoa dan tertantang oleh Sabda Allah
- Memandu umat paroki dalam peziarahan iman dengan menunjukkan arah, memperhatikan inspirasi Roh dan memimpin umat kembali pada jalur yang benar bila menyimpang.
- Memfasilitasi pengelolaan paroki dengan memberikan peluang bagi pemuka umat di paroki untuk bekerjasama dalam tujuan dan menentukan prioritas bersama.
- Mengesahkan keputusan-keputusan yang dibuat staf dan dewan untuk memberikan legitimasi dan dukungan atas program dan rencana mereka.
- Delegasikan tanggungjawab paroki kepada orang lain dan membebaskan diri sendiri menjadi pemimpin spiritual umat daripada menjadi administrator kebutuhan fisik dan finansial paroki.
- Menciptakan iklim pembaruan, pengembangan spiritual dan keberbagian kepemimpinan paroki dengan mendorong orang lain bekerja ke arah tujuan paroki.
- Membangun hubungan dua arah dengan keuskupan dan umat paroki dengan menjadi wakil uskup di paroki dan juga menyuarakan umat ke keuskupan dan Gereja Universal.
- Menantang umat untuk hidup menurut Injil terutama dalam bidang yang kurang mendapat perhatian seperti pelayanan terhadap orang miskin dan isu keadilan sosial.
- Mempertahankan ajaran Gereja sehingga umat selalu mendapat informasi dan diberi panduan dalam isu-isu moral.
- Menghadiri momen-momen kunci kehidupan komunitas paroki bersama umat, baik dalam suka dan duka sehingga mereka sadar bahwa gembalanya ada bersama mereka dalam berbagai keadaan.
- Hindari kesan menjadi satu-satunya pemilik paroki. Diperlukan ketrampilan dalam berbagi tanggungjawab dan beban kepemimpinan pastoral dengan orang lain.
- Hindari menjadi pelaksana dari segalanya terutama bila umat tidak muncuk sesuai dengan yang dijanjikan. Lebih baik membiarkan suatu program atau kegiatan gagal daripada tergesa-gesa mengisi kekosongan.
- Hindari untuk menjadi satu-satunya pengambil keputusan. Dengan mengijinkan orang lain mempengaruhi dan mengubah pendapat pastor, hal ini bisa berakibat baik dalam jangka panjang.
- Berperan sebagai pemandu agar terjadi perkembangan spiritual serta pembaruan komunitas paroki.
Banyak memang yang dituntut dari seorang pastor yang bertanggung jawab menciptakan warna dan arah paroki. Diperlukan persiapan dan pengembangan berkesinambungan bagi seorang pastor modern. Meski begitu, seorang pastur tidak perlu menjalaninya sendirian. Realitas mengagumkan dari paroki saat ini adalah bahwa banyak orang menanggapi panggilan untuk menjadi pelayan dalam paroki mereka dan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yang dibutuhkan adalah seorang pastor yang dapat mengerahkan sumber daya yang belum termanfaatkan ini untuk pelayanan dan kepemimpinan pastoral.
Saya ingat kesaksian seorang teman yang ditegur Uskup yang dulu pernah menjadi pastor parokinya selagi menjadi putra altar. Apa tugasmu di paroki ini? Dan dijawabnya “saya hanya menjadi uamt yang baik saja Monsinyur, mengikuti Misa setiap hari Minggu”. Lalu apa jawab Bapak Uskup? Itu bukan umat yang baik namanya. Umat yang baik adalah umat yang mengambil bagian pekerjaan disekitar altar dan diluar tembok gereja. Sejak saat itu, teman saya terlibat sebagai prodiakon, pengurus Dewan paroki dan aktif hadir di pertemuan lingkungan. Marilah kita membantu para pastor kita dengan apa yang ada pada kita, sesibuk apapun juga dengan pemikiran dan talenta yang kita miliki; karena sesibuk apa pun Tuhan pasti mengirimkan seorang pastor bagi kita dalam berbagai momen kehidupan kita…. sampai akhir hidup kita.