Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.
Galakkan centeng-nya dari yang punya ; suatu idiom yang sering dilontarkan saat kita menemui kesulitan memasuki perusahaan untuk suatu maksud. Apakah hanya sekedar menitipkan lamaran kerja, mengajukan proposal kerjasama ataupun untuk permintaan wawancara dsb. Sering dijumpai hal serupa dimana orang-orang upahan berlaku sok kuasa, merasa ia-lah yang berhak menentukan siapa dan apa yang boleh dilakukan. Ia lupa bahwa ada batasan-batasan yang harus tetap dilaksakan, yang harus diikuti sebagai orang upahan, bahkan ada ‘hukum’ yang harus dipatuhi.
Sebagai orang upahan ada tugas dan tanggung jawabnya, demikian juga ada laporan evaluasi pertanggungan jawab atas apa yang telah dipercayakan kepadanya. Tapi seringkali terjadi penyelewengan kekuasaan terjadi di tempat-tempat dimana pengawasan minim dilakukan. Tidak ada law enforcement.
Demikianlah dengan Bapa kita di surga; Ia adalah pemilik ‘kebun anggur’ di bumi dan mempercayakannya kepada kita untuk dikelola dan dipelihara dengan baik. Wajar lah kalau Ia meminta pertanggun-jawaban kita. Tapi karena kita sering lupa bahwa kita ini dipilih sebagai pekerjaNya, kita seenaknya saja memperlakukan pekerja yang lain. Ternyata enak punya kebun anggur, tidak perlu membeli lahan, tinggal ‘munguti’ tapi bisa dijual dan hasilnya digunakan sendiri. Gak ada yang tahu kan?
Dimanapun kita berada, kita juga hendaknya menyadari apapun yang ada pada kita hanyalah ‘titipan’ Tuhan pencipta kita. Kita perlu minta kebijaksanaan untuk mengelolanya dengan baik. Stewardship, kata yang tepat untuk menjaga segala harta benda, keluarga, kekayaan, talenta, teman dan usaha yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita. Ada saatnya kita harus mengembalikannya kepada sang pemilik kebun anggur. Semoga kita juga tidak merusakkan pertemanan, pelayanan, karya Tuhan yang ada disekitar kita karena kita merasa kita paling benar dan paling baik.
Sedih rasanya melihat perayaan hari lahirnya Pancasila 1 Juni yang hendak di doakan bersama dengan harapan agar persatuan dan kerukunan tetap terjaga di bumi pertiwi, justru dinodai oleh sekelompok orang yang juga mengatasnamakan agama. Ratusan orang menyerang dan menyiksa para peserta yang akan berdoa bersama . Persis seperti bacaan hari ini, para penggarap yang menyiksa orang-orang suruhan tuannya. Yang datang mewartakan indahnya persatuan dalamperbedaan, justru diserang dan dilukai. Penggarap yang diberi tugas yang sama untuk mengelola ‘kebun anggur’ bumi pertiwi yang telah diciptakanNya, justru dirusakkannya sendiri.
Mari kita doakan belasan korban yang jatuh akibat peristiwa kemarin siang di Monas. Semoga kejadian ini bukan menjadi pemecah belah, tidak mematahkan semangat persatuan. Tetapi justru memanggil kita menjadi penggarap kebun anggur yang semakin berkomitmen, yang sungguh menyadari bahwa kita pun diminta memelihara bumi pertiwi agar menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali bersama. Nyaman untuk semua orang yang mau bekerja sama memelihara indahnya perbedaan dalam persatuan, yang bercita-citakan negara adil, makmur dan sejahtera.
==================================================================
Bacaan (Mrk 12:1-12)
“Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: “Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan- Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia.”
May 27, 2009 at 2:38 pm
eh…, dikirain isinya teknik bercocok tanam anggur. taunya…, kecian deh yesus