Fiat Voluntas Tua

Rumah Di Atas Karang Atau Pasir

| 0 comments

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Mustahil ada developer yang berani-berani nya menawarkan rumah murah meriah, karena dibangun tidak pakai fundasi; apalagi dibangun di atas pasir. Beranikah anda menginap di rumah mewah tapi tidak berfundasi, dan dibangun di atas pasir? Gratis pun pelanggan masih mikir berkali-kali untuk menempati, karena tidak ada jaminan keamanan terhadap struktur rumah sama sekali. Dinas P2B tidak akan memberikan IMB karena melanggar persyaratan konstruksi bangunan. Alih-alih developer bisa dicabut ijin prakteknya bila nekad.

Perumpamaan yang dipakai Yesus di akhir kotbahNya di atas bukit, merupakan klimaks dari seluruh pangajaranNya. Ia mengajar hal-hal baru yang berlawanan dengan tradisi Yahudi. Ia mengajarkan cara berdoa, cara berpuasa, cara bersedekah dsb. Hhmm.. kotbah yang panjang sekali pastinya. Begitu mempersona banyak orang, sehingga mereka tidak mau pergi mencari makanan, takut ketinggalan hal-hal menarik dari kotbahNya. Memang inti dari kotbahNya, ia menuntut integritas dari semua orang yang telah datang berbondong-bondong untuk mendengarkanNya.

Ia tidak menghitung berapa banyak orang yang terpesona karena pengajaranNya, yang telah disembuhkanNya, yang terpesona dengan berbagai mujizat yang dilakukanNya. Tapi ia sungguh menantang semua orang yang menyimak sabdaNya untuk memilih yang baik; ambil keputusan untuk melakukannya, jangan hanya mendengarkan. No Action Talk Only yang bahasa gaulnya OMDO, Omong Doang.

Ia mengingatkan bahwa setiap orang yang telah mendengar sabdaNya, tidak dijanjikan akan lolos dari segala kesulitan. Akan selalu ada badai yang bisa menyerang siapapun, baik badai dalam kehidupan rumah tangga, kehidupan ekonomi, kesehatan, konflik politik bahkan perang sampai bencana alam. Yang membedakan adalah apakah masing-masing ‘rumah’ sudah menjadi Bait Allah tempat Roh Kudus bekerja dan berkarya serupa fundasi yang kokoh. Sehingga saat berbagai hujan badai datang menerjang, iman percaya tetap kokoh berdiri.

Di jaman instan seperti ini, iman tidak bisa diharapkan bisa instan dan langsung kokoh berdiri. Layaknya membangun rumah, diperlukan waktu lama dalam membuat fundasi. Makin tinggi rumah, makin dalam dan kokoh fundasi, makin lama membangunnya. Makin banyak kamar, ya makin besar biaya dikeluarkan.Itu kalau membangun rumah standard. Perikop ini menyebutkan rumah yang diharapkan adalah rumah yang dibangun diatas karang (rock, bukan stone : dalam Alkitab New King James Version). Anda bisa cari tukang batu mana yang berani kasih harga standard kalau diminta mengerjakan fundasi batu diatas tanah karang. Pasti ia minta bayaran 3 x biasanya. Bukan perkara mudah, menggali lubang di tanah cadas seperti batu karang. Butuh tenaga extra dan linggis lebih banyak.

Demikian pula, kalau kita mau memiliki iman yang teguh kokoh berdiri yang tahan banting dengan berbagai badai kehidupan, kita gak cukup hanya mendengarkan sabda Tuhan. Tapi harus berani konsisten melaksanakannya. Hati kita lah yang keras seperti batu karang yang harus berani ditebas, dikikis dan disempurnakan untuk memiliki hati yang lemah lembut dan murah hati. Hati yang mampu dengan tulus melakukan seluruh sabda Tuhan, karena kita mau memuliakan Dia dalam hidup kita.

Rumah kehidupan kita haruslah menjadi tempat dimana kemuliaan Allah bisa bersemayam. Sehingga orang lain bisa melihat, walau berkali-kali kita menghadapi masalah, kita tetap memiliki iman percaya yang teguh. Iman percaya bahwa Allah sungguh mencintai kita, dan Allah adalah setia tidak akan meninggalkan kita sendiri.

Mari kita jangan berhenti terpesona akan sabda Tuhan seperti penduduk di padang yang mendengarkan seluruh kotbah Yesus “Sabda Bahagia” (Mat 5:1-7:27), tapi berani melakukanNya. Keras juga perumpamaan ini, seolah-olah dikatakan jangan mengaku menjadi pengikutKu kalau engkau tidak melaksanakan perintahKu. Aku tidak mengenalMu.

Satu persatu, hari demi hari kita belajar menaati dan melakukan perintahNya. Berat?  Mana ada yang mudah, menggali batu membuat fundasi di batu karang? Memang lebih mudah mengatakannya daripada melakukannya. Tapi kalau hati kita sungguh memandang kepada Allah. Ia akan memampukan kita. Akhirnya justru “rumah” iman yang kita bangun menjadi tempat berteduh  banyak orang karena menjadi ‘rumah’ yang aman dan nyaman bagi banyak orang mana kala terjadi badai. Disaat semua orang mengalami kesulitan ekonomi dan berbagai tekanan hidup saat ini, inilah kesempatan kita seluas-luasnya untuk tidak ikut jadi korban badai, tapi justru menjadi tempat berteduh mereka yang membutuhkan pertolongan.

=================================================================

Bacaan Mat 7:21-27
7:21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
7:22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.