Fiat Voluntas Tua

Change is Inevitable

| 0 comments

“Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat”

Change is inevitable. Change is constant. Yang tidak pernah berubah di bumi ini adalah PERUBAHAN, demikian lah semboyan terkenal dari Benyamin Disraeli, seorang bangsawan dan politikus Inggris. Dunia berubah, politik, ekonomi, pendidikan bahkan ilmu pengetahuan dan alam berubah senantiasa. Ironisnya, manusia sulit sekali mau berubah.

Hal ini banyak dikeluhkan para pemimpin perusahaan yang menjadi klien kami saat menjadi konsultan mereka. Dalam perubahan visi dan misi sampai perubahan proses dan sistem pola kerja menuntut suatu penanganan khusus yang komprehensif untuk membawa seluruh SDM dalam Enterprise mau terlibat dalam perubahan. Oleh karena kendala tersebut maka berkembanglah ilmu managemen khusus yang disebut Change Management yang melibatkan berbagai disiplin ilmu; Baik yang menangani sistem informasi : hardware dan software, proses kerja dan industri expert sampai penanganan SDM dan organisasi.

Semper Reformanda, gereja selalu dalam perubahan. Kita pun diharapkan sebagai Bait Allah Roh Kudus siap untuk berubah ke arah yang lebih baik; tepatnya berubah menjadi semakin serupa dengan Kristus. Dalam berbagai kesempatan berdoa bersama baik di lingkungan maupun di berbagai kelompok doa, banyakujub doa dinaikkan agar pasangan berubah,lebih setia,lebih bertanggung jawab. Demikian juga bagi anak-anak agar lebih taat pada orang tua, agar tidak terjerumus narkoba lagi dsb.

Saya teringat pengalaman beberapa tahun lalu, saat menghadapi kondisi sulit dimana anak saya berada di lingkungan sekolah yang sangat kuat senioritasnya. Kami sebagai orang tua berharap agar sekolah berubah, tapi kelihatannya perubahannya jauh lebih lambat dari harapan para orang tua murid dari tahun ke tahun. Akhirnya kami berharap anak kami lah yang berubah agar ia berani mengambil sikap lebih tegas untuk mau dipindahkan ke sekolah lain. Ternyata sulit sekali dan kami seperti berjalan di tempat. Kekuatan kami hanya satu, dengan doa kami minta Tuhan membimbing kami agar menjadi lebih tabah dan bijaksana, tidak emosi dan memaksakan kehendak bagi anak kami. Rupanya Tuhan bekerja dengan cara yang berbeda dari yang kami inginkan.

Akhirnya setelah setahun lebih berlalu, kami bisa bersyukur menengok kembali penziarahan batin kami. Selama setahun itu anak kami memutuskan tidak mau sekolah lagi. Dari sekolah yang kuat senioritasnya,pindah ke sekolah lain ternyata tidak lebih baik,bahkan ia jadi korban pelecehan seniornya. Maka wajar kalau ia tidak lagi percaya bahwa sekolah itu diperlukan. Doa lah yang membuat kami bertahan disamping berbagai usaha dilakukan dengan menemui beberapa psikolog dan pendampingan para sahabat imam. Ternyata yang diubahkan dalam proses ini adalah kami berdua terlebih dulu. Saya dan suami menjadi semakin tekun berdoa,semakin sabar dan semakin mengasihi anak kami walaupun ia belum berubah. Lebih sering kami memeluknya tanpa kata daripada memintanya sekolah. Setelah kami diubahkan, baru Tuhan membuka jalan keluar lainnya, anak kami mau mengikuti beberapa kegiatan rohani serta retret yang diadakan khusus bagi anak SMU. Disinilah ia mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sama seperti para rasul yang melihat Yesus berubah rupa.

Di saat rekoleksi itu ia merasakan kasih Tuhan yang luar biasa. Ia sadar bahwa ia tidak sendirian  saat ia dilecehkan kakak kelasnya, tapi Tuhan ada bersama dia. Tuhan merasakan sakitnya dilecehkan. Tuhan merasakan pedih hati dan kekecewaannya pada sekolah. Sekembalinya dari rekoleksi, ia menyatakan mau kembali bersekolah, bahkan tidak keberatan untuk mengulang di kelas yang sama tanpa pindah sekolah. Ia bisa bersyukur diberikan orang tua, guru dan teman-teman yang bergantian memberikan penghiburan baginya di saat-saat sulit seperti itu.

Dua tahun lewat sudah, sekarang kami bisa lebih bersyukur lagi karena sekolahnya yang lama pun juga sudah berubah menjadi lebih baik; kepemimpinan yang baru memberikan citra positif sekolah tersebut di masyarakat. Kami tidak marah dan sakit hati dengan sekolah yang lama, sesekali saya masih mampir bertemu guru dan kepala sekolah disana sekedar bersilaturahmi. Pada akhirnya semua peristiwa ini menjadikan kami sekeluarga menjadi lebih baik lagi. Relasi kami menjadi semakin erat, semakin mengasihi satu sama lain. Semua nya ini kami capai melalui proses yang menyedihkan, menyakitkan dan melelahkan….Toh akhirnya membahagiakan.

Memang untuk dapat merubah sistem, diperlukan ketabahan dan kegigihan; kalau kita mau segalanya berubah lebih baik maka mulailah dari diri sendiri, mulai dari keluarga sendiri, tempat kerja, lingkungan dan paroki sendiri. Kalau kita ingin pasangan kita atau anak kita berubah, maka bersiaplah untuk mengubah diri sendiri terlebih dulu. Dengan pimpinan Roh Kudus, kita mengarah menuju kepada kebaikan, terutama lagi kita mau berubah menjadi serupa seperti Kristus. Tidak mudah memang, bersama Dia …kita pasti bisa. Berubah menjadi semakin serupa dengan Dia.  Siapkah kita?

==================================================================

Bacaan: Mrk 9:2-13

“Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang
diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. “

Leave a Reply

Required fields are marked *.