“Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.”
Jadi raja atau pemimpin itu memang susah, semua yang diucapkan menjadi perhatian banyak orang. Coba kita perhatikan di koran dan media. Semua yang dikatakan para pejabat disorot lampu kamera dan direkam, menjadi bukti segala janji yang pernah diucapkan…Jangankan yang terucapkan, yang dibicarakan sembunyi-sembunyi pun bisa disadap dan akhirnya dibeberkan didalam sidang di pengadilan! Lha yang dua ribu tahun lalu ‘salah ucap’ nya Herodes sehingga membuat Johanes Pembaptis menjadi martir masih tertulis dan dibaca jutaan orang sampai sekarang kan? Artinya segala yang pernah dijanjikan dan diucapkan manusia pasti akan ditagih sebagai bukti untuk tidak berkelit, walaupun kita bisa saja mengaku ‘amnesia’ alias lupa.
Umumnya sebagai pemimpin atau tokoh yang menjadi sorotan, minta maaf sepertinya tabu. Mereka bisa bersilat lidah menyangkal pernah berjanji, bahkan berkelit dan mencari pembenaran akan kesalahannya. Juga tidak mau mengubah pernyataan yang sebenarnya salah bahkan menimbulkan kerugian bagi orang lain yang dikasihinya. Herodes menyesal telah terburu-buru berjanji tapi juga gengsi untuk menolak atau menarik perkataannya didepan banyak orang. Begitulah akibat lidah tak bertulang, keburu umbar janji.
Di sisi lain,Johanes pembaptis tahu persis akibat perkataannya, ia siap menanggung resiko atas ucapannya. Ia dengan berani menegur sang raja yang telah berbuat dosa. Herodes tahu bahwa ia salah, tapi tidak mau mengakui kesalahannya bahkan memenjarakan Johanes yang dikaguminya. Herodias pun geram mendengar peringatan Johanes, dan mencari cara untuk membungkam ‘aktivis’ pemberontak ini.
Dijaman sekarang ini, kita ditantang untuk berani menyatakan kebenaran ditengah kebengkokan hati banyak orang bahkan ditengah praktek KKN dimana-mana. Sikap siap menjadi martir, siap menanggung akibat setiap ucapan demi kebenaran, adalah hal langka. Siap kah kita dikucilkan oleh banyak orang karena menyatakan kebenaran? Kita juga dituntut untuk berhati-hati dalam berkata-kata, karena satunya kata dan perbuatan harus lah membawa kebaikan bagi banyak orang. Padahal menyenangkan semua orang nyaris mustahil.
Marilah kita mohon agar kita menjadi bijaksana dalam setiap apapun yang di perkatakan dan diperbuat. Ini hanya bisa dilakukan bila kita ada dalam relasi yang akrab dengan Tuhan agar kita diberi kepekaan menghadapi segala hal disekitar kita . Sehingga kita tidak berhenti pada terpesona pada kebaikan Tuhan saja seperti Herodes yang kesengsem dengan ajaran Johanes tapi tidak berani melakukan yang baik dan benar dimata Allah.
=====================================================================
Bacaan: Mat 14:1-12
“Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah. Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: “Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya.” Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: “Tidak halal engkau mengambil Herodias!” Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara dan kepala Yohanes itu pun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.”