Fiat Voluntas Tua

Bakal Kumat Tanpa Tobat

| 0 comments

Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan”

Sebagai ibu paling sedih memang kalau ada anggota keluarga yang sakit.  Tidak boleh bising, semua anggota keluarga belajar untuk saling memperhatikan kebutuhan si sakit – jangan sampai ia sendirian tanpa teman di kamarnya. Maka kebiasaan makan dan pola istirahat dibentuk dari kecil sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki daya tahan yang prima. Tidak mudah kena flu dan tidak mudah masuk angin.

Saya masih ingat saat kami masih kecil, hampir setiap akhir pekan kami sekeluarga pergi keluar kota atau ketempat rekreasi. Maklum bapak-ibu sangat sibuk dengan usahanya waktu itu, sehingga kesempatan untuk pergi bersama pasti  digunakan untuk membawa seluruh anak yang waktu itu berjumlah 5 orang. Tapi namanya juga anak-anak, ada saja yang sakit pilek dan sakit perut. Kalau satu saja ada yang sakit, maka batal lah seluruh acara keluarga. Kami juga diajarkan untuk saling memperhatikan bila ada yang sakit. Saling menjaga juga agar jangan ada yang sakit bila sudah ada rencana pergi berlibur misalnya saling mengingatkan untuk tidak minum es, ganti baju kalau basah, tidak main hujan-hujanan.

Memang tidak enak menjadi orang sakit karena mobilitas kita menjadi terbatas. Panca inderapun terganggu sehingga mempengaruhi aktivitas keseharian kita. Kita baru bisa bersyukur nikmatnya sehat, kalau sudah merasakan tidak enaknya sakit gigi, sakit mata, sakit perut, gak bisa duduk dsb. Orang yang sakit itupun membutuhkan pertolongan dan perhatian orang lain disekitarnya, seperti keluarganya. Maka kalau ada yang sakit, serumah bisa heboh. Apalagi kalau yang sakit sang ‘ibu’ waaah… berantakan acara deh, tidak ada yang memperhatikan menu di rumah, baju-baju anak-anak tidak terurus, rumah pun tidak terawat.

Rupanya pelayanan Yesus yang melibatkan banyak orang juga menjadi terganggu bilamana ada anggota keluarga yang sakit. Sehingga sebagai bagian dari keluarga besar, pasti para murid harus memastikan bahwa seluruh anggota keluarga mereka dalam keadaan sehat sebelum ditinggal pelayanan keluar kota. Yesuspun ikut tergerak hatinya  untuk menyembuhkan mertua Simon begitu mendengar beliau sakit sehingga Simonpun berat meninggalkan rumahnya.

Rupanya berita kesembuhan sang ibu mertua mendadak sontak  membuat banyak orang heboh. Maklum di jaman itu tidak banyak dokter, sehingga kesembuhan yang ‘instan’ sekejab  tentu menumbuhkan harapan banyak orang.  Sehingga tidak heran berita ‘penyembuhan’ jauh lebih cepat beredar daripada berita ‘keselamatan’ apalagi pertobatan. Hal inipun juga berlaku sekarang ini dimana terlihat dari berbagai tema doa novena serta ujub para peziarah rata-rata memohon kesembuhan anggota keluarga yang sedang menderita sakit. Romo-romo yang mendadak jadi seleb biasanya yang dikenal karena ‘karunia kesembuhan’. Sampai ada seorang romo yang berkelakar ” sini saya doakan,  saya juga punya karunia kesembuhan”. Katanya ia sering memberikan sakramen orang sakit, dan biasanya tidak lama kemudian  orang itu,,,, meninggal.

Kita tidak boleh lupa bahwa yang utama dari misi Yesus datang kedunia adalah untuk memberitakan Injil, bukan untuk melenyapkan penyakit. Ia hadir menyertai kita saat kita sehat, tapi juga saat kita sedang menderita sakit. Penyakit bukanlah kutukan sehingga mereka yang belum sembuh beranggapan  bahwa Tuhan tidak mendengarkan doanya – karena ia masih belum sembuh. Menjadi sembuh itu memang bonus, karena yang paling penting bagi Yesus adalah apakah yang bersangkutan mau bertobat dan menerima Injil? Untuk apa menjadi sembuh, tapi tidak pernah bertobat? Jiwa manusia jauh lebih penting untuk diselamatkan daripada tubuhnya.

Sehingga kita yang terlihat sehat pun sebenarnya juga memerlukan pertobatan, karena bisa saja kita beranggapan bahwa orang-orang yang sakit tersebut menderita sakit akibat dosa-dosa mereka. Orang sehat bisa beranggapan bahwa keadaan mereka lebih baik dari orang lain (yang sakit), maka orang sehat ini justru lebih memerlukan pertobatan. Orang yang merasa lebih baik dari orang lain adalah orang yang justru memerlukan pertobatan. Orang yang merasa tidak perlu bertobat, justru adalah orang pertama yang harus bertobat terlebih dulu.  Maka berhati-hatilah kita yang jarang-jarang sakit, karena  kita pun bisa kumat sombongnya karena merasa lebih baik, merasa lebih diberkati Tuhan dibandingkan orang lain.

Semua ini harus disertai rasa syukur atas rahmat karunia yang terlimpah. Berada dekat dengan orang-orang yang sedang menderita sakit, membuat kita yang sedang sehat juga melatih diri untuk berempati, memohon kekuatan dan ketabahan dari Kristus sendiri untuk tetap setia saat sehat dan juga setia pada Tuhan di saat sakit. Tidak menjadi menggerutu dan menyalahkan siapa-siapa saat sakit. Tidak juga menghakimi siapapun yang sedang menderita sakit. Semua yang sehat dan yang sakit tetap membutuhkan Kristus, kita tetap memerlukan pertobatan agar tidak kumat… tidak kumat sombongnya, tidak kumat juga cueknya terhadap mereka yang sedang sakit….

==============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 1:29-39

“Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas.Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” Jawab-Nya: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan”

Leave a Reply

Required fields are marked *.